INTERMESO

Agar Warteg Bangkit Kembali

Pengusaha warteg yang terdampak pandemi COVID-19 berharap pemerintah dapat memberikan stimulus ekonomi. Agar warteg kembali bergairah.

Foto: Grandyos Zafna/detikcom

Minggu, 22 November 2020

Ungkapan usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil memang benar adanya. Itu pula yang dialami Rojikin. Laki-laki asal Kota Brebes, Jawa Tengah, ini berniat mengadu nasib di Jakarta. “Dulu waktu ke Jakarta pengen bantu orang tua. Apalagi saudara-saudara di Jawa banyak yang masih nganggur,” ungkap pria berusia 39 tahun ini.

Setibanya di ibu kota, Rojikin menggunakan modal untuk menjadi penjaja makanan kaki lima. Ia mendorong gerobak untuk berjualan martabak dan gorengan. Berbagai jenis makanan lain juga ia coba untuk dijual.

Siapa sangka, beberapa tahun kemudian, Rojikin telah bertransformasi menjadi pengusaha warung tegal alias warteg. Tak tanggung-tanggung, Rojikin menyewa 10 lahan untuk dijadikan warteg dan tersebar di Jabodetabek.

“Jumlah ada sepuluh. Tapi itu sebelum pandemi. Sesudah pandemi tersisa empat warteg. Baru kemarin tutup satu lagi di Jakarta,” kata Rojikin yang sudah menjadi pengusaha warteg sejak tahun 2012.

Salah satu warteg di Jalan Sawo Manila, Pejaten, Jakarta Selatan yang tutup diterpa pandemi COVID-19
Foto : 20Detik

Pandemi COVID-19 menjadi pukulan keras bagi pengusaha warteg. Mereka biasanya berjualan di sekitar area perkantoran, pabrik, sampai universitas. Selama penerapan PSBB di Jakarta, tempat tersebut belum beroperasi secara normal. Otomatis pengunjung berkurang drastis.

Di saat PSBB awal terutama kita kan begitu marak razia. Petugas merazia bangku warteg, ada juga yang dikenain denda. Nggak usah diambilin bangkunya saja nggak ada yang beli. Ini ibaratnya sudah jatuh ketimpa tangga."

Sedangkan biaya operasional warteg tetap berjalan, termasuk biaya sewa tempat. Akibatnya, terdapat sekitar 10.000 warteg yang menutup usahanya di Jakarta dan pindah ke Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Data ini dicatat oleh Mukroni, Ketua Koordinator Kowantara (Komunitas Warteg Nusantara).

Kok, saya hidup bisa ngalamin fenomena yang seperti ini? Seluruh dunia khususnya orang warteg nggak pernah terbayangkan sampai pandemi yang begitu hebatnya. Ekonomi bisa dikatakan lumpuh khususnya buat warteg,” ujar Rojikin tak menyangka.

Jika dulu omsetnya Rp 5 juta per hari, kini Rojikin hanya mengantongi pendapatan kotor sebesar Rp 500 ribu. Rojikin menyiasati penurunan drastis pemasukannya itu dengan mengurangi porsi masakan. Jika biasanya Rojikin bisa mengolah 10 ekor ayam per hari. Kini ia cuma bisa mengolah 2 ekor ayam. Selain itu, Rojikin juga terpaksa memberhentikan sebagian karyawannya.

“Sedihnya memberhentikan karyawan yang sudah telaten. Dan mereka itu saudara sendiri. Tapi kalau mau dilanjutkan terus operasional kita nggak bisa,” tuturnya. Tak jarang pelanggan warteg Rojikin datang untuk meminta pekerjaan. Namun Rojikin terpaksa menolaknya.

Rojikin, salah satu pengusaha warteg di Jakarta yang terdampak pandemi COVID-19
Foto: 20detik

Warteg miliknya yang masih bertahan hingga kini hanyalah warteg yang memiliki sisa waktu kontrak. Jika masa kontrak sudah habis, Rojikin tidak bisa memperpanjangnya karena harga sewa kian mahal.

“Per bulan variatif. Di Jakarta mahal-mahal sekali. Per tahun kisaran Rp 20-40 juta di Tangerang. Kalau Jakarta Rp 70-100 juta per tahun. Pemiliknya juga nggak mau kasih keringanan di situasi begini,” ungkapnya.

Meski tidak mengalami, Rojikin mendapatkan curhat dari teman-temannya sesama pengusaha warteg yang terkena razia oleh petugas Satpol PP. Razia ini memang dilaksanakan dalam rangka menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan virus corona . Sasarannya rumah makan dan warung kaki lima.

“Di saat PSBB awal terutama kita kan begitu marak razia. Petugas merazia bangku warteg, ada juga yang dikenain denda. Nggak usah diambilin bangkunya saja nggak ada yang beli. Ini ibaratnya sudah jatuh ketimpa tangga,” keluh Rojikin.

Bantuan Modal Usaha Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UMKM) memberikan subsidi BLT besar-besaran untuk pelaku usaha kecil dalam program Banpres Produktif atau bantuan UMKM Rp 2,4 juta. Awalnya program ini telah berakhir pada September lalu, namun kemudian diperpanjang hingga akhir November. BLT UMKM Rp 2,4 juta tahap II bakal menyasar tambahan 3 juta pelaku usaha kecil. Namun Rojikin mengaku belum mendapatkan bantuan itu.


Warteg Restu Ibu di Jalan Bulak Raya No 10, Klender, Jakarta Timur yang tutup. Sebanyak 10 ribu pengusaha warteg di Jakarta terpaksa hijrah keluar ibu kota karena tak kuat membayar sewa tempat.
Foto : 20detik

“Bantuan UMKM Rp 2,4 juta nggak pernah dapat. Setahu saya teman Komunitas Warteg Nusantara juga belum ada yang dapat. Entah karena nggak bisa akses atau nggak memenuhi syarat, saya nggak tahu. Sekali pun dapat jumlahnya masih sangat jauh dari kebutuhan kita yang seperti ini,” katanya.

Di masa sulit seperti ini, kendala di permodalan membuat banyak warteg berguguran. Mukroni, Ketua Koordinator Kowantara (Komunitas Warteg Nusantara), berharap pemerintah dapat memberikan akses permodalan yang lebih mudah dengan persyaratan yang lebih luwes.

“Perbankan harus memberi stimulus di luar aturan baku, seperti dana KUR misalnya. Kalau ada yang tidak bisa mencicil karena pandemi tolong lah dikasih keringanan. Seandainya dimudahkan harapannya warteg bisa bergairah lagi. Masyarakat sudah banyak yang kelabakan. Semoga pemerintah bisa kasih solusi terbaik untuk warteg,” harapnya.

KUR adalah program pemerintah dalam memberikan kredit dengan bunga sangat terjangkau untuk usaha. Tujuan KUR adalah memberikan akses kredit, inklusi keuangan, kepada pengusaha kecil dan menengah yang selama ini tidak bisa mengambil kredit ke bank.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE