INTERMESO

Nyaman Wisata di Turki Meski Pandemi

Antusiasme wisatawan dari Indonesia ke Turki meningkat. Meski protokol kesehatan diterapkan dengan ketat, perjalanan tetap menyenangkan.

Foto: Bagunan masjid di Turki (Getty Images)

Senin, 16 November 2020

Pandemi COVID-19 membuat begitu banyak masyarakat Indonesia khawatir dengan kesehatannya. Rasa takut juga menghantui Kristin Yuliana Santosa. Di rumahnya, Kristin mewajibkan tamu yang berkunjung untuk disemprot cairan disinfektan. Kristin juga meminimalkan berkegiatan di luar rumah.

Namun, tak disangka, akhir Oktober lalu ia malah jalan-jalan ke Turki bersama ibu dan adiknya. “Di awal pandemi itu memang saya parnoan banget. Sekarang pun sebetulnya masih membatasi diri. Justru saya ke Turki karena bingung di sini tempat wisatanya ramai terus. Orang-orang seperti pelampiasan karena nggak bisa jalan,” ujar Kristin, yang tinggal di Semarang Barat, Jawa Tengah.

Kristin memberi contoh sebuah pantai kecil yang terletak tak jauh dari rumahnya. Selama ia tinggal di sana, pantai itu selalu terlihat lengang. Namun, sejak pandemi COVID-19, kunjungan wisatawan lokal justru melonjak tajam. “Ini enam kali lipat lebih ramai dari hari biasa. Pantainya sudah nggak kelihatan lagi karena kerumunan orang berjejer di sana. Mengerikan banget. Makanya saya pikir, sudahlah, mending ke luar negeri sekalian. Kita ke tempat sepi,” tutur pemilik akun Instagram @tintinrayner, yang telah diikuti lebih dari 800 ribu followers.

Adik laki-laki Kristin memberi informasi mengenai pariwisata di Turki. Tak pikir panjang, malam itu juga Kristin memesan paket perjalanan wisata untuk tiga orang. Sebelum keberangkatan, sejumlah persiapan ia lakukan. Mulai rapid test sampai menyiapkan stok vitamin untuk dikonsumsi selama perjalanan.

Kristin Yulia Santosa dan keluarganya saat berwisata ke Turki beberapa waktu lalu
Foto: dok pribadi (Instagram)

“Saya sendiri selalu berusaha jaga jarak dan pakai masker dobel di tempat yang ramai. Misalnya di bandara. Sebelum berangkat pun sengaja saya kenyang-kenyangin dulu biar di pesawat nggak usah makan. Saya malas kalau harus buka masker,” ucap Kristin dengan logat Jawa-nya yang kental. Perjalanan menuju Turki ditempuh hampir 12 jam.

Pandemi COVID-19 begitu mempengaruhi keadaan di Turki. Kota-kota di Turki terlihat masih sepi. Hanya ada segelintir turis asing yang berwisata. Saat itu Kristin bersama rombongannya, yang berisi 20 orang, mampir ke sebuah restoran. Pelayan restoran menyambut mereka dengan antusias. Mereka bahkan mendokumentasikan kedatangan Kristin dengan merekamnya menggunakan handphone. Rupanya sudah lama mereka tidak mendapatkan pengunjung sebanyak ini.

Chef sempat curhat ke kita. Selama masa pandemi, dia turun 20 kilogram, stres karena restorannya sepi banget. Makanya mereka senang banget waktu kami datang. Begitu juga yang jual suvenir. Baru sekitar dua bulan belakangan ini mereka ada pemasukan setelah kosong sama sekali,” cerita Kristin, yang juga sempat mengunjungi CZN Burak di Istanbul. Sebuah restoran milik Burak Ozdemir, chef asal Turki yang populer karena video masaknya.

Langkah pencabutan pembatasan mobilitas sosial dan jaga jarak yang ketat membantu Turki mengembalikan perekonomian yang tumbang. Pada Juli 2020 saja, Turki menerima 932.927 turis. Angka ini memang jauh dari kunjungan tahun lalu pada periode yang sama, yang mencapai 6,5 juta orang. Total pada 2019 ada 49 juta turis yang memasuki Turki, naik dibanding pada 2018, yang mencapai 39,5 juta.

Dunia pariwisata seketika berubah muram saat masa pandemi COVID-19 melanda. Selain industri yang lesu, para traveler terpaksa menunda perjalanan mengeksplorasi ragam destinasi. Salah satu agen perjalanan wisata di Indonesia, Bayu Buana, juga terpaksa menunda agenda perjalanan mereka.

Namun, sejak Turki membuka diri untuk wisatawan, hal ini menjadi angin segar, tak terkecuali untuk agen wisata yang berdiri sejak 1972 ini. Adi Kencono Suyanto, Asisten Manajer Reservation ditunjuk menjadi tour leader untuk menemani tamu mereka menjelajahi negara yang terkenal dengan makanan kebab itu. Perjalanan wisata ke Turki ini menjadi yang pertama ia lakukan setelah pandemi melanda.

Salah satu objek wisata di Turki
Foto: dok. detikcom

Saking lamanya udah nggak bepergian lagi, sampai lupa passport nyelip ke mana,” ujar Adi tertawa saat dihubungi detikX pekan lalu. Mendapat kabar ini, para tamu yang biasa menggunakan jasa Bayu Buana pun begitu antusias. “Karena jalan-jalan ini sudah menjadi agenda tahunan mereka. Ada yang dari bulan April sudah bayar deposit tapi ternyata nggak bisa. Akhirnya sekarang baru bisa pergi lagi.”

Adi menemani tamu yang usianya rata-rata sekitar 30 tahun ke atas. Mereka mengunjungi berbagai destinasi wisata ikonik di Turki. Mulai Trojan Horse, Blue Mosque, Hagia Sophia, sampai menjajal balon udara di Cappadocia. Kapasitas tamu pun dibatasi menjadi hanya 20 orang.

Bayu Buana juga membantu para tamu melengkapi visa dan surat keterangan bebas COVID-19. Untuk mendapatkan surat keterangan bebas COVID-19, tamu harus melakukan tes sebanyak dua kali, pertama rapid test di Jakarta sebelum berangkat dan yang kedua adalah PCR test di Turki. Untuk rapid test sebelum keberangkatan, Bayu Buana bekerja sama dengan beberapa laboratorium klinik. Sebagai tour leader yang akan menemani para tamu selama perjalanan, Adi sempat dilanda rasa khawatir, apalagi perjalanan pada masa pandemi, yang semua tamu dituntut patuh pada protokol kesehatan.

“Yang saya khawatirkan itu justru lebih ke arah apakah tamu bisa menaati protokol kesehatan dengan baik sesampainya di sana. Ternyata mereka sangat patuh sekali. Mereka taat pakai masker dan hand sanitizer. Masker dibuka saat foto. Itu pun dengan catatan area outdoor dan sepi,” ujar Adi.

Keindahan sebuah pantai di Turki
Foto: Getty Images

General Manager Marketing and Business Development Bayu Buana, Shirley Teguh, juga melihat kenaikan tren wisata ke Turki pada masa pandemi. “Biasanya orang kita lebih banyak jalan ke Eropa. Tapi, karena mereka belum buka dan opsi yang tersedia sekarang kebanyakan dari kawasan exotic country,” tuturnya.

Meski perjalanan ini dilakukan selama masa pandemi, Shirley yakin perjalanan akan tetap aman dan nyaman. “Yang berbeda dari perjalanan ini hanya kita harus beradaptasi dengan kebiasaan baru lewat penerapan protokol-protokol kesehatan. Perjalanan tetap terasa menyenangkan sebagaimana mestinya,” ungkapnya. “Ada juga tamu kami yang baru pulang dari Turki. Kemarin mereka sudah ada yang booking lagi untuk perjalanan ke Maroko. Itu pun sudah kami siapkan juga paketnya.”


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE