Foto: Foto makanan hasil jepretan Valencia Evita (Dok. Pribadi)
Sabtu, 17 Oktober 2020Setelah bekerja selama dua tahun, Nicholas Devin Santoso mantap mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pekerja kantoran di bagian keuangan. Devin sudah berencana untuk mengembangkah usaha Molen Bakar Ahok yang diambil dari nama ayahnya. Februari lalu, bertepatan dengan munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia, Devin memulai bisnisnya.
Devin membuka sebuah toko di Green Lake City, Jakarta Barat. Namun, karena pandemi, tentu ia tidak bisa berharap banyak pada pengunjung yang datang langsung ke toko. Dengan handphone seadanya, Devin mengambil foto molen dan memakai foto itu untuk dipajang di toko online. Setelah makin berkembang, Devin merasa ia butuh bantuan agar tampilan foto produknya terlihat lebih menarik.
Melalui fitur Instagram Ads, Devin menemukan akun Fat Tummy. Akun ini menawarkan jasa fotografi produk dan makanan. “Saya lihat portofolio foto makanannya bagus dan harganya masih masuk di saya. Harganya cocok buat saya yang baru mulai jualan,” ungkap alumni Universitas Trisakti jurusan Akuntansi ini.
Stefani, pemilik studio foto Fat Tummy (dok. pribadi) .
Foto makanan Fat Tummy (Dok. pribadi)
Selama masa pandemi, jasa foto produk dan makanan memang menjadi incaran. Terutama karena menjamurnya bisnis online dadakan. Stefani mendirikan Fat Tummy ketika dirinya sedang menjalani kebijakan Work From Home dari kantor. Sehari-hari ia bekerja sebagai staf keuangan di salah satu perusahaan Food and Beverages. Kebetulan Stefani juga punya minat di bidang fotografi. Saat itu ada temannya yang meminta bantuan Stefani untuk memfoto produk jualannya.
Biasanya satu hari jadi, sudah termasuk foto dan edit. Untuk satu produk aku kenain tarif Rp 100 ribu. Nanti bakal dapet 15 sampai 20 foto."
“Setelah ngeliat hasilnya temen usulin kenapa nggak buka jasa foto aja. Setelah aku jalanin dari bulan Maret sampai sekarang ternyata lumayan. Padahal awalnya aku insecure sama hasil foto aku. Terutama kalau lihat mereka yang lebih jago,” tutur Stefani yang belajar fotografi secara otodidak ini.
Setiap hari ada saja yang menanyakan perihal jasa foto Stefani. Karena masih mengerjakan pekerjaan kantor, Stefani hanya menerima tiga sampai empat klien dalam satu minggu. Stefani mengenakan tarif Rp 12 ribu untuk satu foto. Klien harus memesan minimal 10 foto untuk satu produk.
Dengan adanya jasa foto semacam ini, pebisnis kuliner online seperti Devin sangat merasakan manfaatnya. “Sangat membantu pedagang online seperti saya. Dengan foto yang menjual orang jadi berani coba. Customer jadi kepengen beli,” ucap Devin. Ia pun merasakan kenaikan pada omset penjualannya. “Saya ngerasain naik dua kali lipat. Sekarang saya bisa jual sampai 50-60 bungkus per hari.”
Kehadiran jasa fotografi produk dan makanan ini bukan cuma menguntungkan pemilik bisnis. Tapi juga mendatangkan cuan buat penyedia jasa fotografi seperti Valencia Evita. Baru sebulan membuka akun Instagram @difotosamavalen, Valencia bisa membeli sebuah kamera mirrorless seharga Rp 6,8 juta dari hasil kerja kerasnya.
“Waktu pertama kali buka jasa ini aku masih pinjem kamera punya paman aku dan peralatan yang lain juga seadanya. Karena memang awalnya nggak ada niatan buat diseriusin. Cuma iseng bantuin foto produk temen doang,” ujar mahasiswi sebuah universitas swasta di Hangzhou, China, yang saat ini tengah mengikuti perkuliahan jarak jauh dari rumahnya di Jakarta.
Permintaan untuk foto produk dan makanan yang dilayani Valencia datang silih berganti. Setiap bulan Valencia bisa menangani hingga maksimal 20 klien dengan berbagai macam tipe produk. Setelah klien menyetujui konsep foto, Valencia akan dikirimkan produk yang akan di foto. “Biasanya satu hari jadi, sudah termasuk foto dan edit. Untuk satu produk aku kenain tarif Rp 100 ribu. Nanti bakal dapet 15 sampai 20 foto, termasuk satu video,” kata Valencia.
Selain itu ada pula fotografer Fernanda Gunsan juga membantu para pebisnis kuliner online yang kesulitan di tengah pandemi COVID-19. Caranya dengan memberi jasa foto makanan gratis untuk produk mereka. Saat luang, ia memberi jasa foto makanan gratis untuk mereka. Caranya simpel, pebisnis kuliner online yang tertarik hanya tinggal mengirimkan produk makanan mereka ke Fernanda. Nantinya ia akan memotret makanan tersebut, lengkap dengan background hingga properti yang mumpuni.
Foto kue hasil jepretan Stefani.
Foto : Dok Pribadi
“Jadi gue mau bantu orang di masa-masa pandemi, bukan secara langsung donasi uang, tapi ngebantu jasa dengan profesi sebagai fotografer. Gue berinisiasi bikin photoshoot gratis untuk produk makanan."
Foto ini bisa dijadikan media promosi bisnis kuliner tersebut, seperti di media sosial atau aplikasi makanan ojek online. "Foto makanan gratis dilakuin sejak akhir Mei, tanggal 18. Gue mulai dari Direct Message (DM) temen dulu. Cobain untuk ke Twitter kayaknya lumayan ramai. Akhirnya posting di Twitter dan lumayan banyak yang retweet dan like. Dari situ mulai gue kerjain," katanya.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho