INTERMESO

Masker-masker Sultan

Virus Corona menyerang semua golongan. Tetapi, bagi orang kaya, uang ratusan dolar Amerika untuk sebuah masker enteng-enteng saja.

Ilustrasi: Edi Wahyono

Sabtu, 19 September 2020

Semenjak virus COVID-19 mewabah, kehidupan seluruh dunia berubah total. Tapi perubahan ini tidak berlaku untuk remaja super tajir asal Rusia, Tair Marassulov. Dengan menggunakan jet pribadi, pemilik barber shop mewah TM Barbershop ini pergi liburan ke Paris. Ia mengunggah di depan Menara Eiffel bersama mobil Lamborghini miliknya.

Tak lupa ia mampir ke butik Louis Vuitton untuk melengkapi koleksi barang mewahnya. Tak terkecuali membeli masker selama masa pandemi. Louis Vuitton memang terkenal dengan barang fashion mewah seperti tas atau dompet. Merk kenamaan ini sempat viral ketika pertama kali meluncurkan desain masker merk LV.

Di beberapa foto unggahannya, Tair kelihatan memakai masker N95 merek Louis Vuitton seharga US$ 169 atau setara Rp 2,4 juta. Bentuknya tak jauh berbeda dengan masker lain. Hanya ciri khas Louis Vuitton yang tak ketinggalan. Perpaduan warna cokelat dan hitam serta tulisan monogram LV. Lapisan terluarnya menggunakan kulit asli. Serta terdapat lubang udara di beberapa area.

Tair Marassulov dengan masker mewahnya
Foto : Instagram

Bukan cuma Tair, banyak kaum tajir lainnya yang melirik koleksi masker mewah ini. Agar bisa pamer gaya selama pandemi, Mark Berman, model Remaja asal Rusia juga menggunakan masker Louis Vuitton dengan harga US$ 85 atau Rp 1,2 juta. Selain harganya yang mahal, masker ini diklaim menggunakan kain antibakteria 3A yang sesuai dengan kontur wajah. Dan hanya bisa digunakan sekali pakai.

Kami telah mengamati ada tanda-tanda kuat dari peningkatan aktivitas sejak Juni 2020, tapi kami akan tetap sangat waspada selama sisa tahun ini."

Bagi Tair dan Berman, ratusan dollar Amerika untuk sebuah masker sekali pakai tentu bukan masalah. Selama masa pandemi Covid-19, Louis Vuitton merambah ke bisnis alat pelindung diri alias APD. Selain hand sanitizer dan masker, Louis Vuitton akan segera merilis face shield mewah yang dilengkapi dengan hiasan emas. Face shield keluaran Louis Vuitton itu dihiasi dengan logo LV yang khas dan memiliki warna cokelat.

Merk LV meluncurkan face shield dengan harga tak kira-kira. Pelindung wajah atau face shield milik LV ini dibanderol sekitar US$ 1.000 per buah. Ini artinya jika dirupiahkan sekitar Rp 14,8 juta dengan asumsi kurs Rp 14.800. "Ini menjadi headpiece yang menarik perhatian gaya dan melindungi diri," ujar salah seorang desainer LV dikutip dari New York Post, Jumat, 18 Maret 2020. Nantinya pelindung wajah ini mulai tersedia di gerai-gerai khusus pada 30 Oktober mendatang.

Selain modelnya yang fashionable, face shield LV diklaim dapat melindungi pemakainya dari penyebaran virus. Pelindung wajah ini juga dibuat photochromatic atau dapat berubah dari transparan ke gelap. Jika dipakai di bawah sinar matahari, maka permukaan face shield akan menggelap. Face shield Louis Vuitton juga dapat digunakan sebagai topi jika bagian depan pelindung dinaikkan. Sedangkan kancing yang tersemat di face shield dibuat dari emas dengan logo LV. 

Miliarder berkebangsaan Perancis Bernard Arnault terpaksa banting setir dengan memproduksi APD setelah mengaku rugi besar gegara pandemi Corona. Arnault, CEO LVMH yang juga orang terkaya ketiga di dunia, dalam sepekan kehilangan kekayaannya senilai US$ 6 miliar atau setara Rp 87 triliun (kurs Rp 14.500/US$).

Mark Berman
Foto : Instagram

Dilansir dari Forbes, Senin, 3 Agustus 2020, kekayaan bersihnya menjadi US$ 106,2 miliar atau Rp 1.539,9 triliun, dari sebelumnya US$ 112,1 miliar atau Rp 1.625,4 triliun. Hal itu terjadi setelah LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton SE, atau yang lebih sering disebut LVMH, melaporkan kinerja keuangan yang buruk di paruh pertama 2020.

Keluarga Arnault sudah memulai menjalankan bisnis fesyen sejak 1980. Louis Vuitton, memiliki profit margin sebesar 45%. Arnault mengatakan LVMH sudah cukup menunjukkan ketahanan pada paruh pertama 2020 dalam menghadapi pandemi virus Corona. Perusahaan telah menerapkan langkah-langkah untuk menekan biaya operasional dan mempercepat pertumbuhan penjualan online. "Kami telah mengamati ada tanda-tanda kuat dari peningkatan aktivitas sejak Juni 2020, tapi kami akan tetap sangat waspada selama sisa tahun ini," kata Arnault.

Memang terjadi peningkatan penjualan secara tajam di China selama kuartal II-2020. Namun, kinerja perusahaan barang mewah ini tak bisa terdongkrak lantaran penutupan sejumlah toko dan pabrik yang berada di luar China, serta kebijakan penangguhan perjalanan Internasional oleh berbagai negara.

Louis Vuitton tak sendiri, brand fashion mewah lainnya ikut berubah haluan dengan memproduksi APD. Sebut saja Chanel, Burberry dan Gucci. Tak ketinggalan streetwear branded seperti Off White dan Supreme.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE