INTERMESO

Jualan Ribuan Paket dari Kampung

“Ada yang bilang saya punya pesugihan, karena di desa masih nggak ngerti jualan online.”

Ilustrasi: Edi Wahyono

Senin, 07 September 2020

Di sebuah rumah terpencil, di mana kanan-kirinya diapit hutan, orang dan kendaraan bermotor pun jarang lewat, terdengar suara berisik lakban yang sedang ditarik. Sekumpulan ibu-ibu sedang sibuk membungkus paket menjadi tumpukan gunung. Paket itu dibungkus plastik hitam lalu diberi label alamat.

Seorang kurir berbaju merah memindahkan gunungan paket itu ke dalam mobil boks. Sementara Drica Wibowo memantau para karyawannya itu bekerja. Memastikan tidak ada satu pun paket yang terlewat. “Done buat hari ini kirim total lebih dari 2.000 item. Masih ngutang lagi 400-an paket belum dibungkus. Lanjut besok. Sudah nggak ada tenaganya,” ujar Drica.

Dari rumahnya di Wates, Kulon Progo, atau sekitar 1 jam jika ditempuh dengan mobil dari Kota Yogyakarta, Drica berjualan baju dan perlengkapan anak. Selain berjualan di toko, ia juga memajang dagangannya di berbagai marketplace, di antaranya Lazada dan Shopee. “Ada yang bilang saya punya pesugihan, karena di desa masih nggak ngerti jualan online. Mereka nggak mengira kalau perkembangannya bisa secepat ini,” ucap Drica saat dihubungi detikX beberapa hari lalu.

Drica Wibowo
Foto: dok. Pribadi

Semua bermula ketika Drica harus mundur dari pekerjaannya. Sebelumnya Drica bekerja sebagai kru kapal pesiar. Ia terpaksa berhenti bekerja karena hamil dan kelak harus mengurus buah hatinya. Drica pun meninggalkan suaminya yang juga bekerja di kapal. Ketika anak pertamanya lahir, Drica sering membeli pakaian dan kebutuhan bayi dalam jumlah lebih banyak agar mendapatkan harga murah. Kelebihan barang itu sering kali tidak terpakai. Drica pun kepikiran untuk menjadikannya cuan.

Akhirnya aku ke toko swalayan terdekat, aku foto semua produknya. Jadi aku jualan padahal barangnya aku nggak punya.'

Dengan modal seadanya di tahun 2012, Drica memutuskan menyewa kios untuk berjualan. Tanpa banyak kendala, usahanya berjalan lancar. Di wilayahnya, penjual yang berdagang barang serupa hampir tidak ada. Setelah delapan tahun berjalan, Drica juga ingin sang suami bisa pulang dan berkumpul dengan anak di rumah. Selama menjalani hubungan jarak jauh, suami Drica hanya pulang sekali dalam setahun.

“Anak-Anak berharap punya bapak yang ada di samping mereka. Istri kan juga butuh suami. Tapi tanggungan cicilan rumah, mobil kan aduh tahu sendiri. Itu semua masih belum ter-cover dari jualan offline. Saya harus take over pendapatan suami dari kapal pesiar biar dia bisa berhenti,” kata Drica yang akhirnya memutuskan untuk jualan online dengan nama Kiddosaurus.

Baju anak-anak koleksi jualan Drica Wibowo
Foto: Dok Pribadi

Tahun 2018, Drica memutuskan berjualan online di platform Lazada. Empat bulan pertama penjualan Drica bisa dibilang hampir nihil. Kalau pun ada pemasukan hanya Rp 125 ribu per bulan. Padahal Drica sudah banting harga. Sampai akhirnya Drica dipertemukan dengan beberapa coach yang membantu pemula berjualan lewat marketplace. Salah satunya Dedy Liem. Drica bertemu dengannya di sebuah acara roadshow yang diadakan oleh Kominfo dengan mengundang 200 UKM di Kulonprogo.

“Ko Dedy akhirnya niat ngajarin aku sampai bisa. Dia dan istrinya datang ke rumah saya sekalian bersama 15 orang lain yang saya kumpulin buat belajar bareng,” ungkapnya.

Setelah mendapatkan tips dan trik berjualan online di marketplace, Drica mulai melengkapi barang jualannya. “Produk harus lengkap banget, misalkan kita jualan di satu kategori, assortment-nya harus banyak. Kayak saya jual baju bayi harus ada cewek dan cowok, kualitas menengah dan bagus, semua ada. Bahkan sampai ke perlengkapannya kayak pampers, minyak telon, dan sebagainya,” tuturnya.

Namun ada kendala yang ditemui Drica, yaitu modalnya masih mepet. Drica tidak punya uang untuk menyetok barang. “Akhirnya aku ke toko swalayan terdekat, aku foto semua produknya. Jadi aku jualan padahal barangnya aku nggak punya,” terang Drica mengenai caranya mengakali modal yang seadanya. Setelah setahun berjalan, sang suami pun bisa berhenti dari pekerjaannya dan membantu dagangan Drica.

Banyaknya transaksi jual beli online turut meningkatkan bisnis paket.
Foto : Yulius Satria Wijaya/ANTARA Foto

Sebagai pedagang yang tinggal di daerah, Drica juga terkendala dengan pengiriman. Saat itu di wilayahnya belum ada kantor kurir. Alhasil, setiap hari ia harus mengantar pesanan ke gudang Lazada yang jaraknya bisa ditempuh sampai 3 jam pulang-pergi. “Lebih ngeri lagi waktu gudangnya pindah ke Jalan Imogiri, jaraknya bisa sampai 2 kali lipat. Baru sekarang kurir datang untuk jemput,” katanya.

Berkat kegigihannya, Drica bisa meraih banyak keuntungan. Jika setiap tahun jualannya di toko bisa mengalami kenaikan keuntungan hingga 30%, di marketplace kenaikannya per tahun bisa mencapai lebih dari 1.000%. “Enjoy the process, enjoy the pain, dan kuat tahan banting. Saat penjualan turun, kita harus ada semangat pengin sukses. Sekarang pun saya rumah sudah balik ke fungsi sebelumnya. Karena dulu semua barang aku simpan di rumah. Sekarang sudah bisa sewa gudang,” kata Drica yang kini juga membimbing ibu-ibu di Wates untuk belajar berjualan online.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE