INTERMESO

Meroket karena Jualan Online

“Di sana bisnis saya meroket, jauh lebih banyak dan besar dari sebelumnya.”

Ilustrasi: Edi Wahyono

Minggu, 06 September 2020

Baru lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai sarjana akuntansi, sudah terbayang di benak Dedy pekerjaan keren yang akan ia lakoni. Ia bakal bekerja di ruang AC yang nyaman dengan setelan kemeja dan dasi.

Tapi angan-angan memang tak seindah kenyataan. Dedy malah terdampar di sebuah sudut kota Yogyakarta, bersama gerobak angkringan ala kadarnya beratapkan spanduk bekas. Dedy menjual aneka nasi kucing, gorengan, dan minuman.

Keuntungan per hari paling hanya Rp 20 ribu. Ia ditemani Tri Wardhani, mantan pacar yang kini sudah menjadi istrinya. Setelah menikah dan punya anak, kehidupan Dedy juga tak kunjung membaik.

“Saya pernah merasakan susahnya jadi orang susah. Susahnya jadi orang nggak punya, gaji sangat minim, makan satu telur dibagi satu keluarga. Sepulang kerja ngojek untuk tambah penghasilan,” ucap ayah tiga anak ini ketika dihubungi detikX.

Dedy Liem
Foto : Dok pribadi (Instagram)

Dedy sempat mendapatkan pekerjaan di salah satu bank swasta dengan gaji jauh lebih baik. Namun, pemasukannya berbanding lurus dengan kenaikan gaya hidup.

Aku nggak bisa riset trend, apa yang aku punya aku jual. Target banyak tapi sebagai mahasiswa uang aku mepet,"

“Walaupun saat itu saya tergolong sudah memiliki gaji lumayan besar, namun nyatanya saya tetap tidak bisa menabung karena gaji setiap bulan selalu habis untuk memenuhi kebutuhan serta membayar berbagai cicilan seperti cicilan motor, cicilan kartu kredit, serta cicilan kontrak rumah,” tutur pria kelahiran Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, tahun 1980 ini.

Internet kemudian mengubah hidup Dedy sepenuhnya. Sebuah keputusan besar diambilnya pada 2010. Ia meninggalkan posisi enak dan gaji besar untuk jualan sprei secara online melalui domain website. Tak disangka, bisnisnya semakin berkembang. Dedy kesampaian mengontrak ruko dan membuka toko dengan nama Jaxine Sprei & Bedcover yang berlokasi di Yogya.

Saat bisnis online-nya tengah bertumbuh, Dedy diterjang masalah baru. Maraknya kasus penipuan online membuat calon pembeli enggan berbelanja daring. Omzetnya sedikit demi sedikit mengalami penurunan. Di saat itulah, tepatnya di tahun 2014, Dedy mulai melirik marketplace Tokopedia dan Lazada.

“Di sana bisnis saya meroket, jauh lebih banyak dan besar dari sebelumnya. Kalau dulu melalui website saja saya dapat omzet Rp 20-30 juta per bulan, di marketplace saya bisa dapat di atas Rp 100 juta dulu,” tutur Dedy.

Salah satu alasannya karena pada saat itu Dedy belum punya banyak saingan yang berjualan di marketplace. Dengan menjual satu produk, Dedy bisa mendapatkan keuntungan setengah dari harga jual. Dedy pun bisa mendapatkan keuntungan besar setiap bulannya.

Muhammad Ridwan dan timnya.
Foto : Dok Pribadi

Dedy kemudian merambah dan bergabung bersama Shopee dan Bukalapak di tahun 2017. Kini beberapa toko Dedy di Shopee telah berstatus Star Seller Shopee.

“Contohnya saat puncak Harbolnas tahun 2018, cuma dari Lazada saja saya bisa menjual 3.500 produk dalam sehari,” ungkap Dedy yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai Pahlawan Ekonomi Digital Lazada di tahun 2018 dan mendapatkan reward mengunjungi Alibaba Headquarter di Hangzhou, China.

Kini Dedy tak terlalu ikut campur mengurusi jualannya. Bisnisnya sudah dibantu oleh puluhan pegawai yang ia rekrut. Fokus Dedy kini bukan melulu urusan materi. Ia ingin lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang merasakan nikmat yang sama. Dedy ingin membantu UKM Indonesia berjualan online, khususnya melalui marketplace.

“Di akhir tahun 2019 saya terpilih menjadi 1 dari 7 orang yang berhak menjabat sebagai Lazstar Trainer yaitu trainer resmi bersertifikat dari Lazada. Perkembangan ini kemudian mendorong saya untuk membuat channel Youtube dengan nama Dedy Liem yang berisikan video tentang tips-tips serta pelatihan berjualan online khususnya di marketplace,” katanya.

Tak hanya YouTube, Dedy juga berbagi ilmu melalui grup yang dibentuk di Facebook dan WhatsApp. Salah satu 'murid' yang juga dibimbing oleh Dedy yaitu Muhammad Ridwan. Pria yang baru lulus dari Universitas Amikom Yogyakarta jurusan Sarjana Informatika. Saat masih berstatus sebagai mahasiswa, Ridwan sudah memulai jualan online dan kini bisa merekrut 9 orang. Ridwan memproduksi sepatu lokal buatan sendiri bernama Sriwa.

Produk sepatu yang dijual Muhammad Ridwan di marketplace
Foto : Dok Pribadi

Sebelum berjualan sepatu, Ridwan sudah mencoba berbagai berbagai jenis usaha. “Aku udah jualan banyak banget. Mulai dari sambel, sepatu, kaos, sempak, mukena. Aku nggak bisa riset trend, apa yang aku punya aku jual. Target banyak tapi sebagai mahasiswa uang aku mepet,” ungkap Ridwan yang juga berjualan di aneka marketplace.

Sebelum bertemu Dedy, Ridwan juga sempat terkendala karena masalah iklan. Uang yang seharusnya ia pakai untuk membayar kos malah digunakan untuk beriklan. “Sampai nangis aku karena boncos. Uang Rp 200 ribu buat iklan habis dalam waktu lima menit. Aku pikir kalau iklan besar, pendapatan besar, padahal belum tentu. Sekarang walaupun iklan tipis tapi order lumayan,” kata Ridwan yang kala itu sempat menumpang di rumah temannya karena kehabisan uang.

Ridwan baru merasakan manisnya berjualan di marketplace dengan produk sepatu bikinan sendiri. Kini Ridwan bisa meraih keuntungan hingga 200% dari satu produk yang ia jual. “Penjualan meningkat, terutama di bulan Juni-Juli ini. Mungkin toko sepatu pada tutup, jadi mereka belanjanya di marketplace,” ujarnya.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE