INTERMESO

Polas-poles
Jualan Online

“Alhamdulillah, habis perbaikan Instagram, entah gimana, omzet naik hampir 30 persen. Mungkin orang jadi notice, ya.”

Ilustrasi: Luthfy Syahban

Senin, 3 Agustus 2020

Jika melihat lini masa di media sosial akhir-akhir ini, kita bisa menjumpai fenomena latah jualan online. Tak terhitung jumlah saudara ataupun teman-teman yang mendadak berjualan online. Peningkatan ini semakin diperkuat oleh data dari e-commerce Tokopedia. Telah terjadi lonjakan jumlah akun baru, bahkan lonjakan jumlah akun baru alat kesehatan bisa mencapai 250 persen.

Pandemi COVID-19 juga membuat Bobby Setiawan putar otak dan memulai bisnis online. Sebelumnya, sudah 5 tahun Bobby berjualan aksesori mobil. Setelah beberapa kali pindah lokasi, Bobby membuka gerai di pusat onderdil mobil Blok M Mall, Jakarta Selatan. Hasilnya pun lumayan. Penghasilannya cukup untuk membiayai gaji dua karyawan.

Bobby mengira akan terus-menerus cuan (untung). Ternyata pandemi COVID-19 mempengaruhi penjualannya. Semenjak peraturan PSBB diterapkan, selama beberapa bulan, tokonya terpaksa ditutup. Bobby pun pusing membayar biaya operasional toko yang terus berjalan.

Meski toko ditutup, Bobby mendengar kabar toko sebelah tetap bisa berjualan melalui platform online. Semenjak saat itu, Bobby baru tahu tetangganya tersebut sudah lama berjualan online melalui media sosial. Tak mau ketinggalan dan terus-menerus rugi, Bobby memutuskan ikut berjualan online meski tanpa pengetahuan.

Sudah beberapa minggu mengurusi platform online, usaha Bobby belum juga membuahkan hasil. Di luar sana, banyak Bobby lain yang tak langsung mulus berjualan online. Kendala itu pun dilirik oleh para agensi pemasaran digital.

Penampilan produk menjadi hal penting saat produsen menjual barang lewat media sosial. 
Foto: dok. Instagram Getlook

Muhammad Dirga Ismansyah Putra, pria yang membuka bisnis Uraga Digital Agency, sering menangani permintaan untuk memindahkan bisnis ke platform online. Pada masa pandemi COVID-19, permintaan semacam ini semakin datang berdatangan.

“Banyak yang datang ke kami dan belum paham soal digital marketing. Yang penting punya Instagram dan sebagainya. Kita berusaha jadi jawaban dari pertanyaan mereka. Platform online ini, kalau dikelola dengan baik, akan powerful sekali hasilnya,” ungkap pria asal Surabaya ini.

Semenjak 2019, Uraga berfokus membantu pemilik usaha memasarkan produk atau jasa melalui media sosial, sehingga keberadaan bisnis online bisa terbaca di media sosial. Namun, untuk membangun jejaring bisnis online, memang dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Karena kurangnya edukasi dan pengetahuan, ada pula kliennya yang tidak sabar dan menginginkan hasil dalam bentuk peningkatan penjualan.

“Kita harus meyakinkan ini ada hasilnya kalau long term. Kalau kami keberhasilannya dilihat dari angka. Impresinya, profil visit dalam 1 minggu insight-nya sudah kelihatan peningkatannya. Kalau real marketing kan baru jumlah penjualannya yang dilihat,” kata Dirga, yang dibantu beberapa karyawan freelance.

Tak melulu soal jualan, klien yang menggunakan jasa Dirga juga memiliki tujuan berbeda-beda. Ada yang ingin menguasai urutan pencarian pertama di Google maupun Instagram. ”Waktu itu klien kami mau jadi top search di Instagram. kebetulan dia bergerak di bidang sewa proyektor. Jadi, begitu orang ketik 'sewa proyektor Jakarta', akun dia yang langsung muncul. Itu perlu trik khusus dan tidak kita sadari ada algoritmanya,” katanya.

Ada pula pemilik bisnis yang ingin membangun reputasi dan kredibilitas dagangannya melalui platform online. Kepercayaan klien bisa dibentuk dari keberadaannya di dunia online. “Antara akun yang followers-nya 8.000 dan 200 ribu, orang pasti akan lebih percaya yang 200 ribu. Itu secara psikologis masih berhasil walaupun sekarang banyak fenomena followers palsu,” tutur Dirga, yang mengembangkan media sosial kliennya secara organik.

Jasa digital agency yang ditawarkan Dirga tidak hanya diminati pebisnis lokal. Ia juga pernah menangani permintaan dari Amerika. “Waktu itu klien saya jualan masker. Mereka cuma mau dibikinin content awareness soal pentingnya pakai masker. Kalau dari kualitas, kita bersaing dan jasa cost labour-nya lebih murah. Kita cuma kalah saing sama freelancer dari India karena kadang harga jasa yang mereka tawarkan bisa lebih murah lagi,” tutur Dirga, yang lebih banyak menangani klien lokal.

Tampilan foto yang bagus juga menunjang platform bisnis online.
Foto : dok. Instagram uraga

Setelah 6 bulan berkutat di bidang digital agency, Zera Tasmani, founder Getlook Digital Agency, menyadari kesalahan yang kerap dilakukan orang saat mulai berjualan online. Karena baru awal jualan, mereka tidak mau ribet dan hanya fokus mencari cuan. Ketika membuat platform bisnis online, foto yang diunggah hanya produk jualannya. Terkadang fotonya pun dengan kualitas seadanya.

“Manusia kan makhluk visual ya. Mereka mau lihat yang tampilannya menarik. Percuma kalau dari kualitas dan rasa produk yang dijual bagus tapi nggak diiringi dengan tampilan maksimal, itu akan sia-sia,” tutur Zera. Memaksimalkan tampilan produk juga bisa dimulai dari membuat feeds Instagram yang menarik. 

Bukan hanya foto barang jualan, feeds Instagram bisa diisi dengan tips yang berkaitan dengan produk tapi bermanfaat untuk orang lain, games, quotes, dan promo. Jika hal tersebut dikombinasikan, pembeli pun akan tertarik dan semakin betah berlama-lama melihat halaman Instagram. Keuntungannya, secara tak langsung omzet penjualan akan mengalami peningkatan. “Alhamdulillah habis perbaikan Instagram, entah gimana, omzet naik hampir 30 persen. Mungkin orang jadi notice, ya,” tulis salah satu klien Zera dalam testimoni Getlook.

Semenjak pandemi COVID-19, Zera juga turut membantu pemilik UMKM yang baru saja membuka bisnis online. Zera menerapkan tarif promo khusus untuk mereka. “Order yang masuk ke kami selama pandemi bisa dibilang meningkat hampir 50 persen. Yang penting mereka punya tampilan menarik di awal. Kalau berperan bagus, bisa lanjut lagi. Yang penting membantu mereka dulu. Walaupun tim kami sampai kewalahan juga menangani permintaan customer,” ungkap Zera.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE