Ilustrasi: IStock
Selasa, 16 Juni 2020Hujan deras mengguyur kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, di malam hari. Rully memarkirkan motor dan berteduh di warung kopi langganannya. Sambil menghela nafas panjang, ia melihat layar handphone yang sunyi senyap. Dari pukul 06.00 WIB, pria yang bekerja sebagai pengemudi ojek online ini sudah keluar mencari nafkah. Tapi aplikasi ojek daring itu hanya baru memberikan Rully satu orderan.
Ketika hujan mulai mereda, sebuah pesan WhatsApp masuk ke handphone Rully. Sebuah pesan datang dari pelanggan Rully. Seperti hari-hari sebelumnya, kali ini pelanggan Rully meminta untuk dibelikan seloyang kue dan seikat bunga mawar. Pesanan khusus untuk istri pelanggan itu yang sedang berulang tahun.
Rully segera menghidupkan motor, meninggalkan segelas kopi hangat yang baru saja disajikan. Pesanan khusus ini Rully tak akan menolak. Apalagi pelanggan ini terkenal ringan tangan. Terbukti setelah mengantar pesanan, pelanggannya memberikan lima lembar uang seratusan ribu. Sementara kembaliannya Rully bawa pulang.
Iklan jasa titip belanja para driver ojol di Twitter
Foto: Twitter @sekbil____
“Pada dasarnya sistem ini atas dasar kepercayaan. Kalau tarifnya kita sesuaikan dengan mengikuti aplikasi.”
“Kalau beliau yang order saya nggak mungkin nolak sesusah apapun barangnya. Padahal belanjanya cuma Rp 360 ribu,” ucap Rully yang telah menjadi mitra pengemudi ojek online sejak tahun 2015. Beberapa hari lalu, pelanggan Rully juga sempat memesan untuk dibelikan mainan untuk anaknya. “Kemarin cari layang-layang susah juga, padahal udah ke sana kemari, tapi untung aja ketemu.”
Pesanan dari pelanggan Rully menjadi angin segar di tengah sepinya order dari aplikasi. Apalagi semenjak masa Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB diberlakukan, pemasukan Rully dan teman seprofesinya menurun drastis. Ditambah lagi, Rully juga mengeluhkan pembagian order dari aplikasi yang ia rasa janggal.
“Kalau memang order volumenya menurun dari customer kita juga bisa ngerti. Tapi ada sebagian driver yang bolak balik dapat order, kita cuma jadi penonton. Nambah beban kita nih. Ditambah pandemi ini omzet menurun drastis terus pembagian order yang menurut saya aneh,” keluh Rully yang istrinya juga bekerja sebagai ojek online.
Dihadapkan pada situasi seperti ini, Rully dan sesama ojek daring tidak tinggal diam. Situasi ini memunculkan tagar #ButuhDriver yang beberapa waktu sempat trending di Twitter. Dari tagar ini Rully mendapatkan penghasilan tambahan dengan mengambil orderan reguler atau orderan offline di luar aplikasi. Skemanya mirip seperti ojek pangkalan (opang), setelah order diambil, tarifnya ditentukan atas perjanjian dua belah pihak.
“Pada dasarnya sistem ini atas dasar kepercayaan. Kalau tarifnya kita sesuaikan dengan mengikuti aplikasi,” tutur Rully. Sistem ini dirasa Rully lebih menguntungkan karena tidak dikenakan potongan oleh aplikator. “Alhamdulillah customer selalu kasih lebih karena empati terhadap kita, apalagi kondisi begini.”
Rully
Foto: Twitter
Pelanggan yang tidak berani keluar rumah menitipkan belanjaannya pada Rully. Barang, makanan, atau obat. Paling banyak titip belanja di pagi hari. Tak menentu, dua sampai tiga order dalam sehari. Menerima orderan di sekitar kawasan Bintaro. Sangat membantu apalagi PSBB di Tangerang Selatan masih akan diperpanjang hingga dua pekan ke depan. “Kalau saya hampir tiap pagi ada aja yang titip belanja. Kebetulan Bintaro kan ada pasar modern, jadi bisa terakomodir lah kebutuhan customer. Customer yang nggak berani keluar dan empati kepada kita,” ungkapnya.
Nadia Dewi, adalah pengguna Twitter yang tak sengaja menemukan hastag #ButuhDriver. Saat bulan puasa bulan lalu, Nadia sempat menggunakan jasa #ButuhDriver untuk membeli takjil buka puasa. Ia mencari pengemudi yang berada di lingkungannya di Jakarta Selatan. Setelah menghubungi nomor kontak yang tertera, Nadia mentransferkan uang untuk membelanjakan makanan titipannya dan ongkos jalan.
“Ini gerakan yang bagus sekali. Di satu sisi membantu saya jadi nggak perlu repot keluar rumah. Apalagi saat bulan puasa take away dimana-mana antri. Dan di sisi lain bisa sekaligus membantu para ojol yang selama PSBB ini juga sangat terdampak.” tutur Nadia.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban