Ilustrasi: IStock
Senin, 15 Juni 2020‘Pasukan’ berjaket hijau memenuhi sebuah kontrakan mungil di Pondok Aren, Tangerang Selatan. Mereka yang tergabung dalam Komunitas GoGrab Bintaro sedang menengok Muhammad Boni Alfiano. Masih mengenakan baju tidur berwarna oranye, bocah berusia tujuh tahun ini terkulai lemah di atas tempat tidur. Di sampingnya ada sang ibu, Anita dan ayahnya, Boy Nalriska, yang sehari-hari berprofesi sebagai supir angkot.
Boni mengidap penyakit kanker tulang rahang atau Rhabdomyosarcoma stadium tiga. Hal ini membuat wajahnya membengkak hingga kesulitan makan. Setelah memastikan kondisi anak ini, Rully, Ketua Komunitas GoGrab Bintaro, tergerak untuk menggalang donasi guna meringankan beban keluarga Boni. “Sebelumnya sempat dirawat di RSCM, tapi karena musim corona, anaknya dibawa pulang buat berobat jalan,” ujar Rully yang sudah berprofesi sebagai ojek online sejak tahun 2015.
Berangkat dari niat ingin membantu itu, Rully bingung bagaimana mereka mengumpulkan dana. Karena selama masa PSBB, ojek online merupakan salah satu profesi yang cukup terdampak. Pengemudi tak lagi boleh membawa penumpang. Alhasil dalam sehari orderan menurun drastis. Tak jarang para ojek online pulang ke rumah karena lelah menunggu orderan yang tak kunjung datang. “Saya keluar dari pukul 06.00 WIB sampai malam cuma dapat satu orderan. Makanya kalau dana kami juga kekurangan. Kami cuma bisa bantu pakai tenaga dan waktu,” kata Rully.
Muhammad Boni Alfiano, bocah tujuh tahun warga Bintaro yang mengidap kanker tulang rahang.
Foto: Dok Twitter @sekbil___
Soal kekompakan, pengendara ojek berbasis daring ini memang tidak perlu diragukan. Tak pakai kompromi, mereka langsung turun ke jalan untuk menggalang bantuan. Salah satunya Marthin, pria asal Medan yang sudah 20 tahun merantau di Jakarta dan menjadi pengemudi ojol. “Kita ngumpulin dana kepada sesama pengguna jalan, dalam sehari bisa terkumpul sekitar Rp 3,8 jutaan,” tuturnya.
Tidak berhenti sampai di situ, Rully juga menggalang bantuan di akun twitter-nya @sekbil___. Dari situ pula ia bertemu dengan seorang netizen bernama Judith Lubis. Judith juga merupakan pelanggan yang menggunakan jasa Rully melalui hastag #butuhdriver. Hastag yang sempat trending beberapa waktu lalu ini menawarkan jasa sama persis seperti yang ditawarkan pada aplikasi ojek daring. Hanya saja transaksi dilakukan dengan saling bertukar nomor handphone. Melalui jejaring yang dimiliki Judith, donasi kembali bertambah menjadi sebesar Rp 90 juta.
“Mereka bukan sekedar mitra, buatku mereka juga adalah pahlawan kemanusiaan di tengah pandemi COVID-19 ini. Walaupun minim order yang masuk, tidak menyurutkan langkah untuk membantu sesama,” ucap Judith yang terkesima dengan aksi Rully dan sesama ojol. Rully juga ikut menyalurkan paket sembako dari Judith untuk mereka yang membutuhkan.
Aksi penggalangan dana dari para pengemudi online ini membuat ayah Boni ikut terharu. Padahal sebagai supir angkot, ia juga menolak keras kehadiran ojek daring. “Sampai angkot bingung kok mereka bantu orang yang diluar profesi mereka, padahal dulu kita pernah berseteru,” kata Rully.
Pengumpulan dana awalnya dilakukan Komunitas GoGrab Bintaro untuk sesama pengendara ojol yang kekurangan dana untuk membeli pesanan makanan di aplikasi. Uang kebersamaan dikumpulkan secara sukarela. Belakangan, uang yang terkumpul juga dipakai untuk membantu rekan sesama ojek online yang tertimpa musibah.
Komunitas GoGrab Bintaro
Foto: Dok Twitter @sekbil___
“Ada rekan kita kena musibah atau nggak dikasih order selama 2 minggu, sampai beras aja nggak punya di rumah, anaknya sakit, kita pakai uang kebersamaan kita. Setelah itu malah keterusan, kita bantu tukang kopi di tempat biasa mangkal. Dia nggak bisa bayar kontrakan 4 bulan, lumayan bisa kita bantu bayar 2 bulan,” tuturnya.
Bukan cuma Boni, kini Rully dan teman-teman ojek online juga tengah mengumpulkan donasi untuk Aira, balita usia 3 tahun 3 bulan yang mengidap penyakit kanker mata atau Retinoblastoma stadium 4. “Meskipun dalam situasi ini kami juga kekurangan, saya selalu ingat pesan dari Kak Judith, jangan pernah berhenti dan bosan berbuat baik.”
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban