Ilustrasi : Edi Wahyono
Selasa, 2 Juni 2020Aroma gurih daun kucai dan udang rebon goreng tercium dari sebuah warung berwarna hijau tosca. Di balik warung mungil itu, Dwi Agus Prianti, sibuk menggoreng bakwan berbentuk bundar. Begitu adonan mulai tampak kuning kecoklatan, Dwi segera memindahkan gorengan ke dalam box kertas berwarna putih. Satu porsi bakwan hangat rasanya tak lengkap jika tidak dinikmati bersama sambal asam manis.
Sebelum beradu nasib ke Jakarta, Dwi sengaja membuat racikan bakwan khusus dari tempat kelahirannya di Pontianak, Kalimantan Barat. Letaknya warungnya cukup strategis, hanya sekitar 400 meter dari MRT Bundaran HI. Di tengah pandemi virus Covid-19, Dwi tetap membuka warungnya. Mulai dari jam 1 siang, Dwi dibantu istrinya Gresanti Lucyla, mulai berjualan. Tapi sejak beberapa bulan belakangan orderan Bakwan Pontianak Dwi membludak berkat orderan jasa titip alias jastip.
“Sebelum pukul 13.00 WIB kita sudah bikin orderan untuk jastip. Ada sekitar belasan orang sudah nunggu di sini. Kalau order jastip udah beres, pukul 13.00 WIB baru buka untuk pesanan ojek online sama orang yang beli langsung di toko,” ungkap Dwi.
Bakwan Pontianak
Foto: Dok Instagram @bakwan.pontianak
Orderan jastip Bakwan Pontianak berawal dari rekomendasi platform kuliner Dari Halte ke Halte (DHKH). Platform yang berbasis di Twitter (@drhaltekehalte) dan Instagram (@darihalte_kehalte) ini kerap berbagi informasi kuliner di seputar halte, stasiun maupun MRT. Namun, selama pandemi ini, penikmat jajanan rekomendasi DHKH harus terhenti karena adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dari akun ini pula ide untuk membuka layanan jastip makanan muncul. Pengikut DHKH mulai berinisiatif menyediakan jastip khusus jajanan DHKH. Rekomendasi makanan yang dijastip bukan hanya Bakwan Pontianak. Penganan lainnya antara lain ada Dimsum Arsyif, Choipan Manie, Roti Srikaya Tet Fai dan masih banyak lagi. Jastip pun jadi sumber penghidupan baru.
“Bukan cuma followers DHKH, driver online juga ikutan. Kadang ojol itu kalau datang suka curhat sama istri saya, dia bilang 'Mba Santi, Bakwan Pontianak jadi alternatif nafkah kami di saat corona, di saat kami sepi penumpang',” tutur Dwi menirukan curhatan seorang ojek online.
Warung di Jalan Kebun Kacang ini merupakan cabang ke empat milik Dwi. Awalnya Dwi sempat membuka berbagai gerai di pinggiran Jakarta, tapi ternyata responnya kurang baik. Barulah ketika ia membuka cabang baru di Bundaran HI awal Januari lalu, pelanggan mulai berdatangan. Mereka didominasi oleh karyawan yang bekerja di mall dan sekitar kawasan Sudirman. Bakwan Pontianak menjadi semakin viral berkat terpilih sebagai salah satu jajanan rekomendasi DHKH. Tapi begitu corona datang, penjualan bakwan Dwi sempat menurun drastis.
Saat lagi booming, corona datang. Mall dan karyawan kantor di Sudirman tutup, otomatis orderan turun drastis. Sampai kami pernah dalam sehari omzetnya cuma Rp 150 ribu dalam satu hari.”
Kedai bakwan Pontianak
Foto : Dok Instagram @bakwan.pontianak
“Saat lagi booming, corona datang. Mall dan karyawan kantor di Sudirman tutup, otomatis orderan turun drastis. Sampai kami pernah dalam sehari omzetnya cuma Rp 150 ribu dalam satu hari,” ungkapnya. Dwi pun terpaksa mengurangi karyawannya.
Di saat itu pula lahirlah alternatif jastip. Admin DHKH ikut mempromosikan followers yang menyediakan layanan ini. Jangkauan antarannya pun beragam, mulai dari sekitar Jakarta sampai ke Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor.
“Walaupun followers-nya nggak sebanyak akun kuliner lain, tapi menurut saya followersnya DHKH sangat militan. Terbukti dari penjualan saya berkat jastip juga, masuk bulan puasa omzetnya per hari naik ke Rp 7 jutaan, stabil di angka Rp 4-5 juta. Ini bahkan lebih dari sebelum corona,” sebut Dwi yang pernah bekerja sebagai dosen musik di Institut Musik Indonesia.
Karena posisi warung bakwannya yang strategis, banyak penyedia layanan jastip yang menjadikan Bakwan Pontianak sebagai tujuan terakhir. Satu bungkus berisi 5 bakwan Dwi jual dengan harga Rp 10 ribu. Penyedia jastip akan mematok tarif tertentu untuk biaya layanan jasa titip. Biayanya pun bervariasi, tergantung jarak atau banyaknya orderan.
“Tujuan mulia akun DHKH tercapai, tidak hanya UKM seperti kami yang terbantu, tapi juga para ojol dan orang yang banting setir jadi penyedia layanan jastip,” kata Dwi yang pernah menjadi guru musik vokalis Kerispatih, Sammy Simorangkir dan drummer Noah, Rio Alief, ini.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban