Ilustrasi: Edi Wahyono
Senin, 25 Mei 2020Fitri Arisanty memandang kalender yang terpasang di dinding kamarnya. Pandangannya tertuju kepada lingkaran merah di tanggal 21 Mei 2020. Hari itu seharusnya Fitri berangkat ke Yogyakarta untuk menghabiskan waktu liburan panjang lebaran bersama pacarnya. Tapi karena pandemi Covid-19, semua rencana Fitri jadi berantakan. Bukan hanya itu. Sejak peraturan PSBB diberlakukan dan perkantoran menerapkan sistem Work From Home, Fitri dan sang pacar yang berjarak Bogor-Jakarta tak bisa lagi bertemu.
“Kita paham betul anjuran pemerintah. Aku juga nggak mau maksa buat ketemu. Jadi selama pandemi ini belum ketemu lagi. Sudah hampir tiga bulan. Kalau dibilang kangen ya pasti kangen banget,” ucap Fitri yang bekerja sebagai sekretaris di salah satu perusahaan manufaktur di Jakarta. Padahal normalnya, Fitri dan pasangannya bertemu setidaknya tiga kali dalam seminggu.
Waktu pacaran yang biasanya dihabiskan dengan makan bareng kini diganti lewat video call. Pacarnya kerap mengirimkan makanan ke rumah Fitri, begitu pula sebaliknya. Cara Fitri untuk melepas kangen dengan memberi kabar satu sama lain dengan intens. “Karena yang terpenting dalam hubungan menurut aku komunikasi. Cuma keseringan ngobrol juga lama-lama jadi berkurang kualitas ngobrol-nya.”
Suasana PSBB di Jakarta
Foto : DW (News)
Namun, belakangan jaringan internet yang bermasalah membuat Fitri jadi emosi sendiri. Padahal Fitri hanya bisa mengandalkan video call untuk melihat langsung wajah sang pacar. Perempuan berusia 27 tahun ini makin emosi kala melihat banyak orang melakukan pelanggaran PSBB. “Aku yang udah patuh di rumah aja sampai rela nggak ketemu pacar jadi berasa sia-sia. Kasus COVID-19 Belum ada penurunan sama sekali. Kalau kondisinya kayak gini terus kapan kita baru bisa ketemu,” keluh Fitri yang sudah pacaran selama empat tahun ini.
Awalnya aku nggak mau. Apalagi sekarang kendaraan umum lagi susah. Tapi karena dia maksa terus buat ketemu akhirnya aku setuju."
Wabah Corona justru membuat hubungan Reynaldo dan pasangannya merenggang. Meski jarak antara rumah Reynaldo dan pacarnya hanya 15 menit berkendara, mereka sementara dilarang bertemu oleh orang tuanya. “Kita nggak dibolehin ketemu dulu selama corona ini. Jadi Jadi kita berdua nurut aja. Masalahnya kita berdua nggak begitu suka komunikasi via chat. Kita lebih suka ketemu langsung,” ujar Reynaldo, mahasiswa akhir jurusan hukum di Universitas Indonesia ini.
Akibatnya, selama pandemi ini, komunikasi antara keduanya jadi kurang intensif. Hal ini juga bikin Reynaldo dan pacarnya suka berselisih paham. “Kadang kalau gw telat bales chat atau dia lihat gw online tapi belum bisa balas chattingan-nya, pasti dia langsung pikirannya ke mana-mana,” ujar Reynaldo.
Berbeda dengan Fitri dan Reynaldo, meski berstatus jomblo, kehidupan percintaan Fica Marshella selama pandemi tetap dapat bersemi. Karena bosan, Fica mulai mencari ‘target’ baru melalui aplikasi kencan online Tinder. “Tinder sekarang lagi rame dan orang-orang pada nulis di bio-nya ‘Corona Brought Me Here’,” ujar Fica.
Kencan online
Ilustrasi: Edi Wahyono
Belum genap seminggu Fica bermain Tinder, ia match dengan seorang pria yang mengaku bekerja sebagai HRD di salah satu bank swasta. Tidak ingin menunggu lama, pria itu mengajak Fica bertemu. “Awalnya aku nggak mau. Apalagi sekarang kendaraan umum lagi susah. Tapi karena dia maksa terus buat ketemu akhirnya aku setuju,” tuturnya.
Jika dulu Fica punya banyak opsi tempat bertemu. Tapi karena penerapan PSBB ini, Fica memutuskan untuk bertemu di pulau reklamasi, Pantai Indah Kapuk 2. Meski sebagian bangunannya sudah dihuni, masih banyak pertokoan dan rumah yang kosong. Pada hari normal, jalanan di sana juga masih cenderung sepi.
“Aku ke sana hari minggu lalu dan nggak nyangka ternyata rame banget. Akhirnya kita juga cuma bisa duduk dan ngobrol di situ. Kayaknya karena nggak ada mall yang buka, orang lain juga kayak aku pacarannya di sini,” tawa Fica.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Irwan Nugroho