Ilustrasi: Edi Wahyono
Minggu, 10 Mei 2020Suara adzan maghrib berkumandang. Lantunannya terdengar nyaring dari balik jendela di rumah Fitri Suryanti. Perempuan berusia 26 tahun ini segera beranjak ke dapur. Di sana ibunya sudah menyiapkan aneka takjil yang dibeli dari tetangga. Acara buka puasa dilanjutkan dengan makan malam bersama orang tua dan dua adiknya. Bagi Fitri buka bersama dengan keluarga merupakan kejadian langka, karena biasanya keluarga Fitri disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Fitri sendiri lebih sering buka bersama dengan klien atau teman kantornya.
Sejak pandemi virus corona atau COVID-19 merebak di Indonesia, keharusan menjaga jarak alias physical distancing telah membuat banyak orang beraktivitas di rumah saja. Bagi umat muslim di seluruh dunia, kegiatan buka bersama tahun ini jadi berbeda. Jika biasanya dilakukan dengan kerabat pun kini hanya bisa dilakukan melalui fitur video call.
“Kalau aku biasanya janjian lewat zoom atau google meet. Kita video call sambil nyiapin takjil buat buka puasa di rumah masing-masing,” ujar Fitri yang bekerja sebagai data analyst di perusahaan swasta itu. Semenjak peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilaksanakan, sudah hampir dua bulan ia menjalankan work from home.
Ilustrasi bukber pada saat ramadhan
Foto : iStock
Tahun lalu undangan buka bersama untuk Fitri mengalir tanpa henti. Ajakan nongkrong sambil minum kopi pun digantikan acara buka bersama. Mulai dari buka bersama dengan teman SD, SMP, SMA sampai kuliah. Lokasinya juga beragam, mulai dari kaki lima sampai hotel bintang lima. Meski bikin kantong jebol, Fitri sungkan menolak ajakan itu.
Misalnya, sehari biasanya jajan Rp 100.000, sebelum ada corona. Begitu WFH, pengeluaran untuk GoFood dan GrabFood jadi naik menjadi Rp 150.000 per hari."
“Yang aku syukuri dari work from home ini jadi nggak harus bikin alasan buat nggak ikut ajakan buka puasa bersama,” tawa Fitri. Kondisi ini berdampak pada isi dompet Fitri yang kelihatan lebih segar. “Biasanya tiap minggu bisa tiga sampai empat kali buka bersama. Belum lagi harus nyiapin uang buat baju lebaran.”
Pos pengeluaran yang tadinya disiapkan untuk buka bersama pun kini bisa Fitri alihkan ke tabungan. Fitri harus berhemat meski pengeluarannya bulan ini berkurang cukup signifikan. Apalagi dalam situasi seperti ini yang tidak jelas kapan akan berakhir. THR dari kantor Fitri pun belum jelas kabarnya. “Walaupun bisa hemat tapi tetep penginnya bulan puasa seperti biasa. Kangen beli takjil es buah sama lemang di Pasar Benhil,” kata Fitri yang kantornya tidak jauh dari kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Perubahan aktivitas kerja yang semula mobile menjadi diam di rumah juga mempengaruhi pola pengeluaran keuangan Indri Puspita. Beberapa pos tagihan wanita karir yang bekerja sebagai personal assistant ini juga ikut berubah. “Secara total aku belum ngitung. Cuma ada yang bergeser. Misalkan dulu uang yang dipakai buat nongkrong sama kawan kawan jadi buat belanja Go-Food dan GrabFood,” ungkap Indri yang kos di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, ini. “Misalnya, sehari biasanya jajan Rp 100.000, sebelum ada corona. Begitu WFH, pengeluaran untuk GoFood dan GrabFood jadi naik menjadi Rp 150.000 per hari.”
Ilustrasi work from home
Foto: Shutterstock
Acara jalan-jalan pergi ke mall dengan kawan sepulang kerja juga berkurang. Tapi muncul pengeluaran lain seperti untuk membeli kebutuhan kesehatan. Seperti vitamin, masker dan hand sanitizer yang kemarin harganya sempat melambung tinggi. “Pengeluaran untuk hiburan juga naik karena aku kan langganan streaming, beli buku sama main game. Terus pengeluaran buat donasi juga meningkat karena ada kawan yang perlu dibantu.” kata Indri.
Berbeda dengan Indri, untuk beberapa bulan ke depan ini Ferryanto harus mengencangkan ikat pinggangnya. Perusahaan tempatnya bekerja yang bergerak di bidang pusat kebugaran terpaksa menutup gerainya. Akibatnya kantor Ferry banyak melakukan pemutusan hubungan kerja.
Namun beruntung Ferry masih diberi kesempatan kerja. “Bulan lalu teman-teman saya udah banyak yang di-lay off. Cuma ada beberapa yang dipertahankan termasuk saya,” ungkapnya yang bekerja sebagai social media specialist.“Mau nggak mau harus hemat karena gaji dipotong 50%. Pengeluaran yang nggak perlu langganan aplikasi lagu, streaming sementara di-nonaktifin dulu,” katanya.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Irwan Nugroho