Ilustrasi: Edi Wahyono
Sabtu, 21 Maret 2020Biasanya, ketika Tasya Nainggolan pulang kerja, kereta yang ia tumpangi ke arah Bogor penuh sesak. Namun, hari itu semua tampak berbeda. Tasya tak perlu lagi sikut-sikutan dengan sesama angker alias anak kereta. Gerobak dimsum yang mangkal di depan Stasiun Sudirman pun masih ada. Padahal, di hari biasa, kalau dia telat sedikit saja dijamin tidak bakal kebagian. Semua itu berubah sejak virus Corona atau COVID-19 mulai menyerang Indonesia dan merisaukan warganya.
Sebelum kereta datang, Tasya membeli dua bungkus dimsum untuk dimakan di rumah. Kepada si penjual dimsum, tak lupa Tasya iseng menitip pesan bahwa pelanggannya ini tidak akan muncul, setidaknya sampai akhir Maret 2020 mendatang. Perusahaan start up fashion asal Singapura tempat Tasya bekerja telah menerapkan aturan bekerja dari rumah atau bahasa kerennya Work From Home (WFH).
“Per tanggal 17 Maret kemarin semua karyawan sudah dirumahkan,” ujar perempuan yang bekerja sebagai data analis ini. Di hari terakhir bekerja di kantor, tak lupa Tasya membawa pulang laptop kantornya.
Kalau kemarin Tasya harus bangun pukul 05.00 WIB dan berangkat kerja sekitar satu setengah jam setelahnya, namun sejak WFH diberlakukan, Tasya tidak perlu mandi dan gosok gigi. Dia bangun satu jam sebelum conference call dimulai. Kantornya menggunakan aplikasi BlueJeans untuk video conferencing dan video calls. Rapat virtual dilakukan untuk briefing pekerjaan kantor sekaligus absen. Barang siapa tidak nongol di layar pada jam yang telah ditentukan dan tanpa ada kabar lanjutan, maka ia akan dianggap cuti.
Work From Home (ilustrasi)
Foto : iStock
Video conference semacam ini bukan hal baru buat Tasya. Di kantor, Tasya juga rutin melakukan konferensi dengan kantor pusat di Singapura. Bedanya, bila sebelumnya konferensi online dilakukan di ruang rapat, tapi kali ini Tasya melakukannya di kamar yang dipakai berdua dengan adik perempuannya. Adik Tasya yang masih SMA itu kebetulan juga libur sekolah akibat dampak virus orona.
“Karena video conference di rumah ini aku Jadi bahan olok-olokan teman sekantor,” keluh Tasya. Kejadiannya bermula ketika seorang teman kantornya sedang membawakan presentasi, tiba-tiba, tanpa mengetuk pintu, ibunda Tasya menginterupsi rapat. “Nyokab yang masih dasteran masuk sambil teriak ‘jemuran diangkat!’. Padahal sudah dibilangin jangan ganggu dulu lagi rapat,” Tasya kesal. Kejadian itu jadi bahan candaan di grup WhatsApp kantornya. “Sya jemurannya udah diangkat belom?”
Sudah empat hari Maharani Putri melakoni WFH, tapi ia masih belum terbiasa. Perusahaan distributor tempatnya bekerja juga kelimpungan membuat SOP bekerja dari rumah. Karena sepanjang sejarah ia bekerja, perusahaan yang berkantor di Jakarta Barat ini belum pernah menerapkan WFH. Demi keselamatan dan kesehatan bersama, mau tak mau peraturan WFH segera dibikin secepat kilat.
Bekerja di rumah memang menghemat uang ongkos dan uang makan Rani. Tapi di rumah, suasana tidak kondusif untuk mendukungnya fokus bekerja. Kalau di kantor, Rani bekerja di ruangan ber-AC, sedangkan di rumah ia cuma bisa mengandalkan kipas tiga sayap. “Di kantor AC sampai 4, kalau bekerja di rumah kegerahan mulu. Ada AC di kamar, tapi nyokab bisa marah-marah kalau AC dihidupin seharian,” kata perempuan yang bekerja sebagai akuntan ini.
Banyak perusahaan yang berkantor di Jakarta membuat kebijakan work form home bagi karyawannya di masa pandemi virus Corona.
Foto : Grandyos Zafna/detikcom
Bukan hanya itu, Rani juga harus berurusan dengan pekerjaan rumah. Membantu ibunya mulai dari cuci piring sampai cuci baju. Belum lagi godaan dari Netflix dan Wwattpad. Untuk urusan pekerjaan kantor, Rani diharuskan melapor via WhatsApp. Rani sampai pernah dikira tidak bekerja karena tidak responsif di WhatsApp.
“Atasan aku tanya ‘Posisi dimana Ran?’ Ya di rumah lah, kondisi kayak gini emang bisa ke mana. Tadi aku cuma ketiduran aja tiga jam saking asiknya goleran di kasur,” tawa Rani.
Sejak kejadian itu WFH malah bikin Rani tambah was-was. Mengungsi ke kafe terdekat pun tidak bisa dilakukan karena orang tuanya tidak mengizinkan Rani keluar rumah. “Aku emang anaknya nggak bisa WFH. Bingung ngatur work flow-nya gimana. Malah jadi susah,” tutur Rani.
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim