INTERMESO

Bukan Perpustakaan Biasa

“Orang selama ini tahunya Perpustakaan Nasional saja, padahal banyak banget perpustakaan lain yang keren.”

Ilustrasi: Edi Wahyono

Senin, 10 Februari 2020

Rintik hujan menyambut kedatangan detikX di Erasmus Huis, Pusat Kebudayaan Belanda, di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Kunjungan kali ini dalam rangka melihat langsung perpustakaan yang tengah naik daun di media sosial itu. Perpustakaan Erasmus Huis dikenal bukan hanya karena koleksi buku Belanda, melainkan juga karena desainnya yang instagramable.

Setelah melewati pemeriksaan keamanan, petugas mengarahkan untuk menuju jalan ke perpustakaan. Tak sulit menemukannya karena petunjuk arah begitu jelas. Perpustakaan Erasmus Huis tersembunyi di balik pintu kaca.

Begitu menginjakkan kaki di dalam, suasana perpustakaan begitu hening. Kaki spontan berjinjit saking tak ingin mengusik ketenangan. Terlihat beberapa orang duduk di meja. Mereka sibuk dengan laptop masing-masing. Keheningan perpustakaan begitu kontras dengan jalan HR Rasuna Said yang tengah macet-macetnya, Selasa, 4 Februari 2020, siang, itu.

Perpustakaan ini dijamin akan membuat siapa saja terkesima. Nuansa warna putih dan cokelat memberikan kesan modern dan minimalis. Koleksi 14 ribu buku berjejer rapi di rak buku berwarna cokelat yang menjulang tinggi.

Perpustakaan Erasmus Huis memiliki kurang lebih 14 ribu koleksi buku 

Foto : Melisa Mailoa/detikX

Perpustakaan Erasmus Huis terletak di Kompleks Kedutaan Besar Belanda di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan

Foto : Melisa Mailoa/detikX

Rak buku di Perpustakaan Erasmus Huis dilengkapi tangga untuk membantu pengunjung mengambil buku yang diinginkan.

Foto : Melisa Mailoa/detikX

Disediakan pula tangga putih untuk memudahkan pengambilan buku di rak atas. Buku-buku beraneka genre disusun berdasarkan huruf depan nama pengarang. Meskipun didominasi buku berbahasa Belanda, ada pula buku berbahasa Indonesia dan Inggris. Bahkan ada beberapa judul buku karya Pramoedya Ananta Toer dan Ayu Utami dalam bahasa Belanda.

Perpustakaan bukan cuma untuk baca buku atau ngerjain tugas. Di Goethe ada fasilitas buat belajar Bahasa Jerman.'

Di dekat pintu masuk perpustakaan, terlihat seorang ibu sedang melayani pengunjung. Sesekali ia bicara dalam Bahasa Belanda. Rina Tjokorde sudah bekerja di perpustakaan ini lebih dari 33 tahun. Perpustakaan ini sebetulnya sudah berdiri sejak tahun 1970-an. Namun, setelah direnovasi pada 15 November 2018, pengunjung kembali berdatangan, terutama kaum milenial. "Belakangan ini ramai sekali anak muda, mungkin pengaruh dari pemberitaan di media dan sosial media juga," kata Rina.

Ruangan yang dingin serta tersedianya wifi gratis membuat pengunjung betah berlama-lama. Perpustakaan Erasmus Huis juga dijadikan tempat kerja yang tenang dan nyaman. Seperti halnya perpustakaan, pengunjung dapat meminjam tiga buku dalam waktu tiga minggu. “Pembuatan kartu anggota untuk kalangan umum dikenakan biaya Rp 30 ribu, sementara untuk mahasiswa atau pelajar dikenakan biaya Rp 15 ribu.”

Melalui akun Instagram @sintiawithbooks yang diikuti 14,1 ribu followers, Sintia Astarina ikut mempopulerkan Perpustakaan Erasmus Huis. Sebagai penggemar buku, Sintia memang kerap berburu perpustakaan kece di Jakarta. “Orang selama ini tahunya Perpustakaan Nasional saja, padahal banyak banget perpustakaan lain yang keren. Aku sengaja bikin bookstagram ini buat sharing tentang rekomendasi buku, toko buku, dan perpustakaan, “ tutur Sintia yang juga aktif menulis di blog sintiaastarina.com.

Kalau bepergian ke luar kota, Sintia juga selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi toko buku unik atau perpustakaan. Sebelum mengenal perpustakaan kece, Sintia awalnya hanya mengunjungi perpustakaan jika ada kebutuhan tertentu. Seperti halnya mencari referensi untuk menyelesaikan skripsi atau sekedar numpang kerja. Ia sempat berkunjung ke perpustakaan di Universitas Indonesia, Depok, untuk menuntaskan skripsi. Tapi pandangannya berubah semenjak tahu ada banyak perpustakaan umum di Jakarta.

Sintia Astarini, penggemar buku. 
Foto : Istimewa

Perpustakaan kini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menarik minat pengunjung. Seperti ketika Sintia mengunjungi Perpustakaan Goethe-Institut Jakarta yang terletak di Menteng. Di sini pengunjung tak hanya dapat membaca buku, mereka juga bisa belajar bahasa dan kebudayaan Jerman dengan lebih variatif dan interaktif.

“Perpustakaan bukan cuma untuk baca buku atau ngerjain tugas. Di Goethe ada fasilitas buat belajar Bahasa Jerman. Bukan cuma dari buku tapi juga dalam bentuk permainan seperti game board dan playstation. Aku nggak nyangka Goethe ternyata se-pewe itu,” ungkap Sintia yang pernah mendapatkan kesempatan mengunjungi The Habibie dan Ainun Library. Perpustakaan milik Presiden Republik Indonesia ke-3 itu belum dibuka untuk umum.

Melalui akun bookstagram miliknya, Sintia juga ingin muncul inisiatif dari individu baru buat berbagi informasi mengenai banyak perpustakaan. Bahwa ternyata perpustakaan bukan cuma dimiliki negara, tapi ada perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum. “Pemerintah juga lagi menggalakkan membaca buku di transportasi umum, ada ruang baca dan segala macam. Tapi dari kita juga jangan nunggu pemerintah gerak duluan tapi kayak usaha bikin komunitas baca, macam-macam, sih,” katanya.


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Irwan Nugroho

[Widget:Baca Juga]
SHARE