INTERMESO

Baca Buku Sambil Ngopi di 'Senoparty'

Berbagai nama perpustakaan-kafe hadir untuk memuaskan hasrat para kutu buku. Tapi, umumnya tak bertahan lama.

Ilustrasi: Edi Wahyono

Sabtu, 08 Februari 2020

Bagi anak gaul Jakarta Selatan, kawasan Jalan Senopati dikenal sebagai tempat nongkrong asyik. Selain beraneka ragam kafe astetik, deretan bar dan klub malam menyediakan live music setiap hari, dari pagi ke pagi. Hal ini pula lah yang menjadi cikal bakal pelesetan nama Senoparty.

Tak jauh dari lokasi itu, siapa sangka muncul sebuah kafe dengan konsep berbeda. Cafe yang terletak di Jalan Cikatomas ini menawarkan minuman kopi dan buku untuk para pengunjungnya. Sesuai namanya, ilegal Library menggabungkan kafe dan perpustakaan.

Sebenarnya konsep kafe yang menyatu dengan perpustakaan bukanlah hal baru di Jakarta. Berbagai nama perpustakaan-kafe hadir untuk memuaskan hasrat para kutu buku. detikX sempat melakukan pencarian, sayangnya kebanyakan di antara mereka sudah tutup. Sepertinya mereka tidak bertahan di tengah gempuran kafe yang baru bermunculan.

Ruang baca di ilegal Libary, Jakarta Selatan

Foto : Melisa Mailoa/detikX

Koleksi buku di perpustakaan ilegal Library, Senopati, Jaksel

Foto : Melisa Mailoa/detikX

Ilegal Library awalnya perpustakaan yang kemudian ditambahi dengan kafe untuk menarik pengunjung

Foto : Melisa Mailoa/detikX

Sementara ilegal Library baru berumur satu tahun. Cafe mungil ini terletak di dalam sebuah rumah, bersebelahan dengan kantor Rustriyandi Raharjo Law Office. Empunya kantor biro hukum ini pula yang membuat ilegal Library. Tak heran jika di dalam cafe ini terdapat pula buku bertemakan hukum.

Pas saya ke sana, yah… beneran udah full nih. Sedih. Belum jodoh buat nongkrong sambil baca buku dan ngemil."

“Semenjak kantor pindah ke sini, Donny Rustriyadi selaku Chief Executive Officer membuat perpustakaan. Awalnya hanya untuk pengunjung dan karyawan di sini,” ungkap Rafqi, staf Rustriyandi Raharjo Law Office, saat ditemui detikX beberapa hari lalu.

Untuk meningkatkan minat pembaca dan pengunjung yang datang, perpustakaan ini dilengkapi dengan kafe. Selain ruang baca, ilegal Library juga menyediakan meeting room serta area outdoor. “Jadi yang datang bisa nongkrong santai dan baca buku. Rencananya dalam waktu dekat ini juga mau direnovasi supaya makin instagramable. Jadi banyak anak muda yang datang,” kata Rafqi.

Ketika detikX berkunjung, belum ada pengunjung yang datang. Menu yang ditawarkan juga tidak banyak. ilegal Library memang mengharapkan pengunjungnya untuk dapat duduk manis, ngopi, dan baca buku. Selain kopi, ada pula pilihan minuman nonkopi. Cuaca mendung begitu mendukung untuk hanyut dalam novel karangan Agatha Christie. Tak lupa ditemani satu gelas ilegal Coffee, es kopi susu masa kini dengan cita rasa manis dari gula aren.

Selain di Jakarta, di Bandung juga banyak tempat nongkrong dengan konsep serupa. Sintia Astarina membuktikan kalau orang-orang Bandung ternyata juga suka nongkrong di perpustakaan sambil ngopi. Setiap berkunjung ke luar kota, Sintia memang selalu menyempatkan diri untuk mencari toko buku atau kafe buku semacam ini.

Suasana di perpustakaan-kafe Kineruku
Foto : Instagram

Awalnya Kineruku merupakan sebuah perpustakaan bernama Rumah Buku. Kineruku didirikan pada 29 Maret 2003. Seiring perkembangan waktu, Kineruku berubah fungsi. Tak hanya sebagai perpustakaan, melainkan toko buku indie dan kafe baca. Kineruku menempati sebuah rumah tua bercat putih gading. Surga bagi pecinta buku seperti Sintia ini berada di kawasan pemukiman berhawa sejuk di Jalan Hegarmanah.

Ketika berada di Kineruku, suasana vintage begitu terasa. Bukunya pun beraneka ragam. Mulai dari filsafat, seni, buku puisi, dan banyak lagi. Sayangnya ketika berkunjung, semua meja di dalam rumah terisi penuh. Semua tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Ada yang sedang mengobrol, mengerjakan tugas di laptop dan ada pula yang serius membaca buku. Halaman belakang Kineruku yang kelihatan begitu asri pun tak luput dari pengunjung.

“Pas saya ke sana, yah… beneran udah full nih. Sedih. Belum jodoh buat nongkrong sambil baca buku dan ngemil,” ucap karyawan swasta ini. Alhasil Sintia pun pulang dengan membawa sebuah notebook. Kineruku juga menjual berbagai macam merchandise lucu. “Saya berjanji ke diri sendiri kalau main ke Bandung lagi, sudah pasti Kineruku akan jadi salah satu tujuan utama. Semoga ada (paling tidak) satu tempat kosong.”


Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Irwan Nugroho

[Widget:Baca Juga]
SHARE