Ilustrasi: Edi Wahyono
Minggu, 01 Desember 2019Orang mengenal Ciputra sebagai orang yang keras, galak, amat tegas dengan suara menggelegar. Sekiranya itulah kesan beragam anak buahnya mengenai kepemimpinan pemilik nama lahir Tjie Tjin Hoan. “Ciputra? Ia seorang pemimpin yang sangat tegas. Galak. Suaranya keras. Jika dipanggil untuk dimarahinya, kau akan menangis karena takut.”
Namun, ada satu kelemahan yang hanya diketahui orang-orang terdekat Ciputra. Pria yang lahir di Parigi, Sulawesi Tengah ini luluh jika dihadapkan dengan cinta. Seorang Ciputra yang penuh percaya diri bisa salah tingkah di hadapan pujaan hatinya. Siapa lagi kalau bukan sang istri, Dian Sumeler.
Ketika menginjak bangku Sekolah Menengah Atas di Frater Don Bosco, Manado, Ciputra tak memiliki kesulitan dalam hal mencari teman. Terutama karena ia jago di bidang matematika dan punya segudang prestasi di ajang lari.
“Saya tahu saya tidak ganteng tapi saya sangat percaya diri dan sangat aktif di dalam pergaulan. Saya mau diundang ke berbagai pesta dansa dan berkawan dekat dengan banyak teman wanita,” tuturnya dalam buku Ciputra The Entrepreneur, ditulis oleh Alberthiene Endah. Kala itu memang ada beberapa perempuan cantik yang secara terang-terangan menunjukkan ketertarikannya kepada sosok Ciputra muda. Padahal dulu Ciputra tak lebih dari seorang pemuda berkantong pas-pasan.
Baca Juga : Ciputra Pun Pernah Hampir Bangkrut
Ciputra (Kiri)
Foto : Istimewa
Salah seorang teman akrabnya, Nan Tumewu sampai tak habis pikir mengapa Ciputra tidak mau memilih salah satu dari mereka. Tak dapat dipungkiri, gadis Manado berhasil memikat mata Ciputra, terutama dengan kulit putih dan profil wajah mereka yang menarik. Tapi hati Ciputra belum tergerak untuk segera memacari mereka. Dalam urusan pacaran, Ciputra tidak ingin main-main. Dalam benaknya, ia ingin menunggu saat sudah beranjak dewasa dan bisa menjamin kehidupannya sendiri.
Walaupun di kala itu ia masih berupa pemuda yang jauh dari sejahtera, bahkan hidup berkekurangan, namun saya merasa yakin ia bisa membawa saya dalam kehidupan yang baik.'
“Dalam pikiran saya, bila sudah berani memacari seorang gadis maka saya harus berjuang untuk menjadikannya istri saya. Saya sudah pasti akan berkomitmen untuk mengajaknya ke jenjang pernikahan. Tidak akan mau saya mendekati seorang wanita hanya untuk iseng atau tidak bercita-cita memperistrinya,” ujarnya.
Namun takdir berkata lain. Ciputra masih ingat betul pertemuan dahsyat dengan seorang gadis yang berlangsung kurang dari setengah menit. Pada malam minggu, ketika sedang berseliweran di pusat gaul anak-anak muda di Manado, Ciputra tak sengaja menubruk seseorang perempuan. Ketika ditengok perawakannya, perempuan itu berambut ikal dan berkulit putih bersinar. “Dan raut wajahnya.. amboi… baru kali itu saya melihat gadis dengan kecantikan yang begitu menggetarkan. Ia sungguh teramat cantik. Sempurna.” Begitulah Ciputra menggambarkan pertemuan pertamanya dengan sang istri.
Temannya yang kebetulan kenal dengan Dee, panggilan untuk Dian Sumeler, berinsiatif memperkenalkannya saat imlek. Selanjutnya bisa ditebak. Tak butuh waktu lama bagi Ciputra untuk menaklukan hati Dee. Pujaan hatinya itu adalah agenda paling utama setelah urusan sekolah. Saat sore hari tiba, Ciputra akan menjemputnya di kosan. Setelah itu mereka mengayuh sepeda bersama menuju pusat kota dan minum es di kedai sederhana.
“Tak ada yang menghambat hubungan cinta saya dan Dee. Semakin hari kami semakin rapat. Bahkan saya berani menciumnya di dalam bioskop. Semenjak itu saya bertekad, Dee harus menjadi istri saya. Tak akan ada wanita lain yang bisa menggesernya,” ungkap Ayah empat anak ini. Hubungan mereka berjalan mulus. Masing-masing pihak keluarga pun telah mengenal satu sama lain. Ciputra disambut hangat oleh keluarga Dee meski saat itu keadaan ekonomi Ciputra sangat kepayahan.
Ciputra
Foto : Achmad Dwi/detikcom
Kesetiaan cinta mereka beberapa kali sempat diuji oleh jarak. Dee sempat kuliah di Surabaya mengambil D1 Akuntansi. Dee tak ingin lama di Surabaya karena ingin bersatu dengan kekasihnya. Ketika ia sudah kembali ke Manado, giliran Ciputra berencana untuk mengejar impiannya menjadi arsitek dan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Berat rasanya berpisah jarak ribuan kilometer dengan Dee. Apalagi saat itu mereka hanya bisa berkomunikasi dengan berkiriman surat. Menjelang keberangkatannya, Ciputra berjanji jika kelak akan memboyong Dee ke Bandung.
“Sejak berkenalan di bangku SMA, saya telah melihat perbedaan yang mencolok antara Ciputra dan kebanyakan teman-temannya. Ciputra sangat tegas dan punya prinsip. Kedewasaannya jauh melebihi teman-teman sebayanya. Ia juga seseorang yang penuh komitmen. Tidak pernah meleset janji,” kata Dian Sumeler.
Janji itu pun betul dipenuhi. Meski hidup dalam kesederhanaan, sambil membangun CV Daya Tjipta bersama temannya, Ciputra mantap membawa Dee ke Bandung. Meski masih kuliah, Ciputra juga yakin untuk segera meminang kekasihnya. Sebuah pernikahan sederhana di gelar di kantor catatan sipil Jalan Dago. Ciputra mengenakan setelan jas yang paling lumayan dan Dee mengenakan gaun sederhana yang manis.
“Walaupun di kala itu ia masih berupa pemuda yang jauh dari sejahtera, bahkan hidup berkekurangan, namun saya merasa yakin ia bisa membawa saya dalam kehidupan yang baik,” ungkap Dee saat ditanya alasan ia menerima pinangan Ciputra.
Kesetiaan sang istri juga ditunjukan dalam bentuk dukungan kepada Ciputra. Seperti ketika Ciputra mengutarakan keinginannya untuk pindah ke Jakarta. Saat itu ia baru saja membaca sebuah artikel Star Weekly yang berisi wawancara dengan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Soemarno Sosroatmodjo. Soemarno mengungkapkan keinginannya untuk melakukan pembenahan dan pembangunan agresif di Jakarta. Ciputra terketuk hatinya, ia melihat hal ini sebagai peluang emas yang tidak bisa dilewatkan. “Saya paham cita-citamu, melangkahlah aku mendukungmu,” kata Dian sambil menyusui Junita, putri keduanya yang saat itu baru lahir. “Saya akan mengikutimu, saya harus mendampingimu. Tidak masalah bagiku untuk hidup susah dulu di Jakarta. Kita berjuang bersama-sama.”.
Ciputra telah tutup usia pada 28 November 2019
Foto : Indrianto Eko Suwarso/ANTARA Foto
Di Jakarta, masa-masa tidak mudah dilalui keluarga Ciputra. Termasuk ketika krisis ekonomi di tahun 1997 menerjang perusahaan Ciputra. Pekerjaan yang tidak mudah bagi sang istri. Kesibukan luar biasa dan emosi terpengaruh berbagai persoalan kerja membuat Ciputra menjadi sosok yang tidak menyenangkan di rumah. Ia menjadi galak terutama kepada anak-anaknya. “Saya suami yang kelewat egois karena lebih banyak memikirkan urusan proyek. Tapi Dee adalah perempuan yang luar biasa. Ia bersikap wajar saja dan sangat manis. Ia menyediakan makanan enak untuk saya dan menghadirkan senyum. Ia adalah peneduh jiwa bagi anak-anak yang mungkin takut melihat ayah mereka yang galak,” kata pria yang mendirikan Ciputra Grup, grup perusahaan keluarga ini.
Meski waktu berlalu, cinta mereka masih dan sangat teguh. Setelah pensiun dari usaha properti raksasa yang didirikannya, Ciputra menikmati masa senggangnya bersama sang istri dengan cara sederhana. Mereka menghabiskan waktu dengan duduk berdua, saling bergandengan dan bertatapan. Puluhan tahun sudah Ciputra lalui bersama dengan istrinya, rasanya tak sanggup jika kelak ia harus berpisah. Pernah sekali terjadi, ketika Dian dilarikan ke RS Pondok Indah dan mendekam di ICU Karena kesulitan bernafas.
“Dalam usia sekarang, kami telah berada pada masa di mana kami harus bersiap salah satu dari kami akan pergi lebih dulu. Semula saya kira saya sudah cukup siap. Kenyataannya tidak. Kami sekeluarga sangat down, apalagi saya. Tangis saya melumuri setiap doa. Betapa takutnya saya kehilangan Dee,” tuturnya. Tuhan mengabulkan doa Ciputra. Istrinya tak lama sembuh.
Setiap hari tak hentinya Ciputra mengucapkan rasa syukur. Biasanya ia menutup hari dengan berdoa bersama Dee di kamar. Pukul 22.00 Ciputra memulai doa bersama. Terkadang anak-anaknya ikut bergabung. Terkadang ketika ia terbangun saat subuh, Ciputra berdoa lagi sambil memberkati Dee.
“Saya bersyukur karena di hari itu kami masih bisa saling berpegangan tangan. Saya selalu mencium Dee sebelum ia tidur dan mengatakan 'I love you'. Ia masih sangat cantik. Saat memejamkan matanya, wajahnya sama seperti saat ia pertama kali menjadi istri saya dulu,” tutur Ciputra. “Dee adalah tonggak keberhasilan saya. Tanpa dia belum tentu saya bisa meraih apa yang saya capai sampai hari ini.”
Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Irwan Nugroho