Ilustrasi: Edi Wahyono
Jumat, 5 Juli 2019Evelin Patheresia Martin memang bukan Gigi Hadid, model papan atas yang sering menjadi wajah majalah fashion ternama Vogue atau Elle. Dia juga tak memiliki tubuh tinggi semampai layaknya Kendal Jenner, anggota keluarga dari klan Kardhasian yang mondar-mandir di panggung catwalk Victoria Secret, merek pakaian dalam wanita asal Amerika.
Dengan tinggi badan tak sampai 160 cm, Evelin yakin bakal ditolak mentah-mentah menjadi model. Pernah sekali Evelin memberanikan diri mendaftar sebagai peserta sekolah model di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Tapi, berbagai persyaratan, termasuk tinggi badan minimalnya, sudah bikin Evelin jiper sendiri.
“Sayang sih tingginya nggak nyampe. Waktu itu kalau nggak salah mereka terima yang tingginya 160 cm ke atas, Ya sudah, kalau gitu saya harus cari option lain,” ungkap perempuan 21 tahun ini kepada detikX.
Saat itu mimpi Evelin bisa bergaya di depan kamera lewat jalur sekolah model harus pupus. Namun siapa sangka kini angannya bisa terwujud. Bedanya, kini Evelin bekerja sebagai model khusus untuk online shop di Instagram.
Setiap akhir pekan, ada saja fotografer yang mengajaknya berkolaborasi. Beberapa pekan lalu, perempuan berambut pirang sebahu ini baru menuntaskan sesi foto di Sudoet Tjerita. Kafe di daerah Jakarta Barat yang lagi ngehits karena didesain menyerupai Santorini, salah satu objek wisata populer di Yunani.
Evelin tidak terlihat canggung berpose di depan kilatan cahaya kamera, sekalipun banyak orang yang meliriknya. Beberapa kali perempuan asal Jakarta ini berganti gaya dengan luwes.
Dalam satu kali sesi pemotretan, Evelin bisa memakai berbagai jenis baju. Kali ini dia mengenakan jumpsuit off shoulder dengan aksen bunga mawar. “Sekali shoot untuk satu baju bisa sampai 20 kali ganti gaya. Padahal foto yang dipakai paling banyak cuma tiga,” cerita Evelin di balik sesi pemotretannya.
Evelin Patheresia Martin memamerkan produk klien dalam fotonya
Foto: dok. pribadi
Orderan foto dari online shop kebanyakan datang dari manajemen yang menaunginya. Beberapa bulan terakhir ini, Evelin bergabung dengan Ryms Management. Tugas manajemen ini ialah menjadi penghubung antara sang talent dengan berbagai jenis online shop. Pemilik Ryms Management, Monica Senjaya, memang tak memiliki persyaratan khusus, terutama untuk bentuk tubuh para talent-nya.
“Untuk ukuran tubuh, nggak ada aturan harus langsing atau gimana. Yang penting di foto bisa kelihatan modis dan kekinian pastinya,” ungkap perempuan yang lebih dikenal dengan panggilan Mey ini. Selain Ryms Management, Mey mengelola Kirey Management, keduanya sama-sama beroperasi di Instagram.
Persyaratan wajib justru jumlah pengikut di akun Instagram. Karena hasil jepretan foto ini juga akan diunggah ke halaman Instagram modelnya. Semakin banyak pengikut, secara tidak langsung akan membantu mempromosikan barang yang si model kenakan.
Bukan hanya jumlah pengikut yang jadi penilaian. Pemilik online shop selaku klien biasanya juga melihat konten dari akun sang model. Klien akan lebih tertarik dengan model yang memiliki feeds atau halaman dengan konten yang rapi di Instagram.
Selain menerima permintaan fotomodel untuk katalog, manajemen seperti Ryms dan Kirey menyediakan beragam paket layanan endorse untuk online shop. Bentuk kerja samanya bisa dalam bentuk mengirimkan produk secara gratisan kepada talent atau mematok harga tertentu untuk setiap konten foto dan video yang dibikin talent.
Mey mematok harga mulai Rp 35 ribu per foto. Angka ini bisa lebih mahal, tergantung jumlah pengikut yang dimiliki si talent. Sedangkan sebagai pihak manajemen, Mey mengambil sekitar 10-15 persen dari bayaran yang diterima talent.
Catrice Kesley Kosasi dalam sebuah sesi foto
Foto: dok. pribadi
Pekerjaan semacam inilah yang juga dilakukan oleh selebgram, seperti Awkarin. Ketika Awkarin mewek dalam sebuah video yang bikin heboh media sosial, banyak pihak menghujat. Tapi Evelin justru sebaliknya. Ia kagum dengan usaha Awkarin itu, terutama dalam urusan membuat konten di Instagram.
Sejak saat itu, pemilik akun Instagram @patheresiaevelin ini bermimpi menjadi selebgram. Kebetulan ia juga suka foto dan difoto. "Kalau orang bilang banci kamera kali," katanya. "Kalau aku bisa menghasilkan uang dari cuma foto-foto, kenapa nggak? Kerjaannya enak, nggak terpatok waktu."
Belum lama ini Evelin mengambil keputusan besar. Ia memutuskan meninggalkan pekerjaan tetapnya sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan swasta di kawasan Jakarta Barat.
“Uang yang aku hasilkan dari sini memang belum terlalu besar, belum sampai Rp 1 juta per bulannya, tapi aku melihat prospek ke depannya. Ada selebgram terkenal yang sekali foto bisa dibayar sampai puluhan juta rupiah. Kalau mau coba mulai dari awal, harusnya bisa naik dan berkembang, apalagi di Instagram kan jual tampang,” tuturnya.
Kisah sukses dari iseng menjadi model online shop ini memang bukan isapan jempol semata. Bae Suzy, aktris dan penyanyi asal Korea Selatan yang dikenal karena serial drama Dream High, juga sebelumnya memulai karir sebagai seorang model untuk online shop.
Permintaan untuk menjadi talent diterima setiap hari oleh Mey. Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang begitu antusias. Sebanding dengan banyaknya permintaan foto dari online shop. Kini Mey mengelola dua manajemen yang menaungi lebih dari 200 talent.
Salah satunya Catrice Kesley Kosasi, yang baru saja masuk kuliah jurusan perhotelan di salah satu universitas swasta di Jakarta. Catrice menjalani profesi model online shop di sela-sela aktivitas kuliahnya.
Marshella Eyya berpose untuk produk pakaian dan sepatu
Foto: dok. pribadi
Pemilik Instagram @catriceksly ini memang suka foto. Melihat peluang baru Instagram, ia pun bergabung dengan Ryms Management. Dalam seminggu, ia bisa melayani lima permintaan endorse sekaligus. Catrice juga pernah diminta menjadi model katalog untuk gaun pernikahan. “Aku kan lihat banyak yang bisa terjun ke dunia medsos buat hasilin duit dari apa yang dia suka. Terus aku mikir juga, kenapa aku nggak gitu saja,” ungkapnya.
Jika aktivitas di kampus sedang padat, Catrice hanya menerima tiga orderan. Bagi talent yang memulai karirnya di Instagram dari nol, bantuan dari manajemen memang terasa sangat membantu. Tapi berbeda dengan orang yang sudah memiliki basis massa. Setidaknya wajahnya pernah tampil di beragam pariwara.
Seperti Marshella Eyya, perempuan blasteran Belanda, Sunda, dan Hong Kong ini bekerja sama untuk iklan komersial di televisi atau window display di toko retail. “Terus aku juga bikin konten tentang makeup dan skincare di YouTube, blog, dan Instagram, berjalan seiringnya waktu, lama-kelamaan jadi ada tawaran kerja sama dengan brand-brand atau online shop yang sesuai dengan konten aku,” tutur Marshella, yang pernah tampil di majalah Cosmos Indonesia ini.
Dalam sehari, perempuan yang juga mengaku sebagai content creator ini bisa menerima hingga tiga kali permintaan foto dan pembuatan konten endorse. Lulusan interior desain ini bisa melakukan pengambilan foto di rumah. Dia memang sudah melengkapi rumahnya dengan studio mini. Salah satunya juga digunakan untuk membuat konten kecantikan di YouTube.
Kisaran bayaran yang ia terima pun tergantung dari bentuk kerja samanya. ”Tergantung juga dengan effort yang aku keluarkan, (editing, buat konten, properti, dll). Untuk angkanya privasi, tapi lumayan jauh melebihi gaji kantoran kalau aku ngantor,” ungkap pemilik akun @marshellaeyya ini.
Reporter: Melisa Mailoa
Editor: Pasti Liberti
Desainer: Fuad Hasim