INTERMESO

Berapa Mahal Harga Outfit Lo?

"Sepatunya cuma 30 pasang di dunia, coy.... Kalau lu bisa dapetin satu aja, sumpah keren banget"

Foto : Getty Images

Minggu, 16 Desember 2018

Jalan di Melrose Ave, Los Angeles, Amerika Serikat, mendadak berubah jadi arena pertarungan bebas ala Ultimate Fighting Championship alias UFC. Bedanya, tak ada wasit yang melerai. Beberapa laki-laki baku pukul dan tendang tanpa aturan. Seorang laki-laki tumbang ke lantai beton setelah mukanya dihajar bogem mentah oleh cowok berhoodie hitam dan berbadan besar.

'Pesta' baru bubar setelah penonton yang gerah menelepon 911. Polisi datang, perkelahian itu pun kelar. Usut punya usut, baku pukul itu bermula lantaran ada cowok yang menyerobot antrean. Padahal, ada puluhan orang yang sudah berdiri berjam-jam dari siang hingga larut malam. Mereka membentuk barisan persis di seberang toko Maxfield, butik sekaligus galeri yang biasanya memajang berbagai macam merek adibusana papan atas. Mulai dari Gucci sampai Chanel.

Tapi para laki-laki itu mau antre lama untuk memborong barang yang biasa digilai kaum hawa. Mereka berduyun-duyun datang setelah mendengar kabar dari desainer fesyen sekaligus pendiri label streetwear Fear of God, Jerry Lorenzo. Dia bikin kejutan buat para pemujanya, Lorenzo collab alias kolaborasi dengan Vans, salah satu merk sepatu populer di dunia.

Lorenzo dan Vans bekerja sama membuat 50 pasang sepatu eksklusif. Disebut eksklusif karena semua sepatu itu tak dijual secara bebas. Sebanyak 20 pasang sepatu itu dia bagikan kepada keluarga dan teman terdekatnya. Penyanyi Justin Bieber merupakan salah satu yang kebagian sepatu 'langka' ini. Sisanya dijual secara terbatas di Maxfield. Pantas aja penggemar sepatu bikinan Fear of God langsung kepanasan.

Karena menyangkut merek dan nama besar, perkelahian di depan toko Maxfield itu langsung menjadi kepala pemberitaan di TMZ, media gosip daring paling populer se-Amerika. Jovito Sahain, pelajar asal Indonesia yang sudah satu setengah tahun belakangan ini tinggal di Los Angeles untuk berkuliah jadi saksi betapa ganasnya ajang rebutan sepatu itu. Bahkan Jovito juga sempat masuk dalam video yang diunggah TMZ.

Jovito Sahain
Foto : dok.pribadi lewat Instagram

Sebagai anak jaman now yang mengikuti perkembangan fesyen jalanan, sebagai seorang hypebeast, Jovito Sahain tentu saja tak mau kalah ikut berebut sneakers Lorenzo. Fear of God dan Vans merupakan merek-merek yang biasa diburu para hypebeast seperti Jovito, apalagi untuk produk-produk yang dibuat sangat terbatas.

“Itu kejadiannya pada Desember tahun lalu. Gua udah datang dari jam 4 sore dan itu antreannya udah rame. Padahal barangnya baru didrop di Maxfield keesokan harinya jam 11 siang,” Jovito, mahasiswa di Santa Monica College, Los Angeles, menuturkan kepada detikX. Demi sepatu itu, dia sudah bersiap menginap, ngemper di depan toko. Jovito bawa persiapan seperti kursi lipat dan tas punggung. “Sepatunya cuma 30 pasang di dunia, coy....Kalau lu bisa dapetin satu aja, sumpah keren banget.”

Dari 2017 gua udah anti banget sama Yeezy, udah nggak mau beli lagi. Gua nggak sukanya karena sekarang semua orang pakai Yeezy. I don’t feel special.'

Urban Dictionary punya definisi untuk para hypebeast ini, yakni anak-anak muda yang terobsesi mengikuti hype fesyen dan mau melakukan apa pun untuk mengejar barang yang dia mau. Tujuan akhirnya, membuat terkesan orang-orang di sekitarnya dengan sepatu, baju, topi, dan segala hal yang menempel di tubuhnya. Biasanya, makin langka sepatu, baju atau hoodie, makin dikejar orang. Sesuai hukum ekonomi, barang langka sudah pasti mahal harganya.

Lantaran hypebeast ini adalah ‘perlombaan’ barang-barang mahal, jika lu masih berat hati membeli sepatu Yeezy yang harganya di atas lima juta rupiah, bahkan hingga puluhan juta rupiah, atau harus berpuasa jajan berbulan-bulan hanya demi membeli hoodie Supreme, mending tak usah ikut tren ini.

Jika ingin tahu seperti apa para hypebeast ini, tonton saja video di YouTube dan ketik kata kunci, “Berapa harga outfit lo?” Ada beberapa video yang diunggah oleh MCDY dan Yoshiolo Setiawan soal para hypebeast di Jakarta. Di satu video – seperti kata Yoshiolo, mereka tak peduli dibilang pamer – ada seorang anak muda dengan enteng saja mengatakan bahwa harga hoodie merek Supreme yang dia pakai harganya Rp 70 juta. Ya, 70 juta. Entah ada apa di hoodie itu. Seorang anak muda lain juga dengan muka lempeng menyebut angka puluhan juta rupiah untuk sepatu, celana, hingga topi yang dia pakai.

Anak-anak muda hypebeast
Foto : Getty Images

Isi rekening bank anak-anak muda ini sepertinya memang sangat banyak. Dalam video YouTube Danu Karunia dari kanal MCDY, dia sempat menanyakan harga sepatu dan baju anak muda hypebeast yang datang ke acara Urban Sneaker Society tahun lalu. Ada satu anak muda tak sungkan mengaku kalau harga pakaiannya dari ujung kaki sampai kepala berkisar Rp 321 juta.

Gua juga nggak ngerti, bagaimana anak muda sekarang kaya-kaya. Bapaknya sekaya apa?” kata Sulaiman Said pendiri Kamengksi, merek pakaian lokal. Sulaiman yang besar di keluarga pas-pasan dan merintis usaha dari nol ini masih tak habis pikir melihat anak-anak hypebeast seperti yang dia tonton di video MCDY itu.

Bukan cuma artis dan anak-anak muda tajir yang suka barang-barang hypebeast. Presiden Joko Widodo pun beberapa kali tertangkap kamera menggunakan barang hypebeast. Pertengahan tahun ini Jokowi terlihat memakai Adidas Yeezy Boost seri Beluga 2.0 warna abu-abu saat berkunjung ke Selandia Baru. Orang nomor satu di Indonesia itu sekali lagi memakai sepatu yang sama ketika sedang olahraga santai bersama Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto di Kebun Raya Bogor. Ia terlihat memadukannya dengan pakaian sporty kasual.

Para hypebeast ini rela menderita seperti Jovito. Bahkan ada kalanya pula terjebak di tengah perkelahian seperti yang dialami Jovito. “Setiap antre, ada aja dramanya,” kata Jovito. Lantaran memang tak gampang untuk mendapatkan barang-barang ‘langka’ itu, tak heran jika rata-rata produk hypebeast sangat mahal. Bahkan barang bekasnya, harganya bisa berlipat-lipat kali dari harga belinya bak sebuah masterpiece dari pelukis-pelukis besar.

Jika kita cari di situs jual beli Bukalapak misalnya, ada yang menawarkan hoodie Supreme x Louis Vuitton dengan harga Rp 1 miliar. Pelapak asal Bandung ini juga menjual Supreme x Louis Vuitton Trunk dengan harga yang sama, Rp 1 miliar. Beberapa sneaker bekas para hypebeast harganya juga bikin meringis. Sepatu Adidas  Ultra Boost 3.0 Yeezy Nmd bekas misalnya ditawarkan Rp 99,99 juta.

Andrew Wong
Foto : dok. pribadi lewat Instagram

Bagi yang isi kantongnya tak seberapa dalam, mengikuti tren hypebeast ini bikin menderita. Jovito menyiasatinya dengan menjadi reseller. Untuk memenuhi hasrat hypebeast-nya, sebelum dijual, beberapa barang yang Jovito suka juga sempat ia gunakan. Meski namanya barang bekas, sepatu dan baju itu bisa dijual dengan harga lebih mahal.

“Beberapa item kalau lu tahan nilainya akan naik. Kecuali kayak Yeezy, lu simpan dan sekarang keluar lagi produk barunya, makanya harganya pasti turun. Kita mesti ikutin tren dan lihat apa barangnya bakal dibuat terbatas atau bakal keluar lagi,” kata Jovito. Dari hasil berjualan barang-barang hypebeast ini Jovito bisa mengantongi pendapatan yang lumayan besar. “Nggak tentu sih. Total hasil berjualan sebulan bisa sampai US$5000. Buat beli mobil tua atau sewa apartemen empat bulan di sini dapet lah.“

Berbeda dengan Jovito, dari awal Andrew Wong membeli dan menggunakan barang-barang hypebeast buat kepuasan pribadi. Sebelum datang ‘wabah’ hypebeast, Andrew memang sudah tertarik dengan fesyen. Dulu dia sempat tergila-gila dengan jaket denim dan sepatu boots sebelum akhirnya beralih ke merek-merek hypebeast seperti A Bathing Ape (BAPE), Supreme dan Yeezy.

“Kanye West baru pindah ke Adidas dan gua kepengen banget. Gua harus punya

“Dulu gua nggak ngerti mix n' match baju. Di pikiran gua, yang penting harga barangnya mahal, kalau dipakai pasti bagus,” ujar Andrew kepada detikX. Selama jadi seorang hypebeast, dia menaksir sudah membelanjakan duit sekitar Rp 50 juta untuk memborong rupa-rupa barang.

Seperti Jovito, Andrew juga pernah ikutan ngantre demi mengejar sepatu Yeezy incarannya. Saat masih tinggal di Surabaya, Andrew sengaja terbang ke Singapura untuk mengikuti undian atau raffle sepatu Adidas Yeezy. “Kanye West baru pindah ke Adidas dan gua kepengen banget. Gua harus punya,” kata Andrew. Dari seribu peserta, dia dapat nomor urut 300-an. Usahanya sia-sia. Dia pulang tanpa membawa Yeezy. “Gua kecewa banget.”

Kali kedua dia ikut antre di Malaysia hasilnya sama juga. Kali ini yang dia incar sneaker Nike Off-White. Sudah jauh-jauh terbang ke Malaysia, sampai di sana dia dilarang ikut karena pengundiannya dibatasi hanya untuk pemegang KTP Malaysia. Setelah dua kali gagal, Andrew kapok.

Setelah hampir setahun menjadi pengikut tren hypebeast, Andrew akhirnya ‘bertobat’. Bukan berarti dia berhenti mengikuti gaya streetwear, tapi Andrew tak lagi ngoyo untuk mengejar merek-merek hypebeast. “Dari 2017 gua udah anti banget sama Yeezy, udah nggak mau beli lagi. Gua nggak sukanya karena sekarang semua orang pakai Yeezy. I don’t feel special. Dulu gua beli Yeezy karena gua pikir gua bisa tampil beda dari orang lain,” kata dia.

Justru sekarang anggota komunitas Urban Sneaker Society ini merasa lebih nyaman karena sudah menemukan gayanya sendiri tanpa harus memamerkan logo besar Supreme dan Louis Vuiton di pakaiannya. Dia lebih suka memadukan merek baju lokal dengan sneaker Vans atau Converse. Atau kadang dia juga masih memakai sneakers Balenciaga yang dia beli dengan harga Rp 7,5 juta.

Gua mantan hypebeast yang udah tobat. Rata-rata orang pasti akan melewati fase hypebeast-nya. Ada masa di mana pecinta streetwear haus banget kalau lihat Supreme, harus beli sampai harga yang nggak masuk akal. Tapi nanti akan sadar dan menemukan gayanya sendiri,” ujar Andrew. Walaupun, ada pula yang tetap fanatik merek sampai tua. “Yang penting nyaman dan kita enjoy.”


Reporter/Penulis: MELISA MAILOA
Editor: Sapto Pradityo

[Widget:Baca Juga]
SHARE