INTERMESO

Detektif Bakmi
Berburu Mie ke Belanda

“Saya sampai diledekin sama teman-teman. Masa udah jauh-jauh ke Belanda malah makan bakmi”

Ilustrasi : Edi Wahyono

Selasa, 18 September 2018

Saat Eric Wirjanata dan rombongan jalan-jalan ke Belanda beberapa waktu lalu, kampung halaman Johan Cruyff itu sedang diselimuti salju tebal. Meski telah memakai pakaian berlapis, Eric yang tumbuh besar di negeri tropis seperti Indonesia tetap saja menggigil.

Di musim dingin, suhu di negara kincir angin ini memang ‘kurang ajar’. Bahkan kadang suhunya bisa anjlok di bawah titik beku, membuat wisatawan enggan beringsut dari kamar. Toko-toko pun tutup lebih awal. Kalau pun ada yang nekat menembus udara yang membekukan itu, dia mungkin berniat mencari makanan penghangat. Seperti yang dilakukan Eric dan teman-temannya.

Berbekal penunjuk arah di ponsel, Eric mempercepat langkah kakinya untuk mencari makanan penghangat tubuh. Di Belanda, sebenarnya ada banyak sekali hidangan populer untuk menemani musim dingin. Dalam rombongan, teman-teman Eric sudah terbayang santapan malam yang akan menyajikan makanan khas Belanda. Seperti Stamppot, makanan populer Belanda khas musim dingin yang terbuat dari kentang rebus dan sayur-sayuran yang dihaluskan bersamaan.

Tapi Eric justru membawa mereka menuju sebuah restoran bakmi. Ya, bakmi. Dari hasil Googling sana sini, Eric memang sudah mengincar restoran berlogo mangkuk bakmi ayam jago dengan tulisan Golden Chopsticks di Amsterdam itu. Restoran ini berada di daerah Red Light District, 'kawasan lampu merah' yang kondang itu.

Begitu duduk di bangku, Eric segera memesan beberapa porsi Chinese Noodles Soup. Berbeda dengan menu bakmi gerobak maupun warung bakmi di Indonesia, ‘sup mie’ ini disajikan bersama kuah dalam satu mangkuk. Raut bahagia langsung terpancar begitu ia menyeruput helaian bakmi yang tercapit sumpit. “Saya sampai diledekin sama teman-teman. Masa udah jauh-jauh ke Belanda malah makan bakmi,” Eric sembari tertawa menceritakan pengalamannya berburu bakmi di Belanda.

Anggota Kopamie
Foto : dok. Bakmi Club

Eric memang pemuja bakmi. Dia tak bisa hidup tanpa bakmi. Ke mana pun dia pergi, bakmi lah yang pertama dia cari. Bahkan di negara-negara yang menu bakmi tak populer sama sekali. Saat Eric berkunjung ke Paris, Prancis, beberapa waktu lalu, sajian kuliner nomor satu yang diincarnya juga tetap semangkuk bakmi hangat. Di negara semacam itu, tempat yang menyediakan menu bakmi kebanyakan merupakan restoran oriental.

Meski telah melanglang buana dan mencicipi berbagai macam jenis bakmi, bagi Eric tak ada yang lebih nikmat dari pada bakmi buatan negeri sendiri. Di Indonesia, bakmi di setiap daerah memang memiliki ciri khas masing-masing. Meski namanya sama-sama bakmi, Bakmi Bangka, Bakmi Jawa,Bakmi Siantar, Bakmi Aceh, dan Bakmi Palembang memiliki sensasi rasa yang jauh beda. Karena variasi jenis bakmi itu lah yang membuat Eric tergila-gila melahap segala jenis bakmi.

Dari yang suka bakmi, pedagang bakmi sampai blogger semua ngumpul di sana. Jumlahnya sekarang sudah lebih dari 21 ribu orang'

Pada awal tahun 2015, pria yang sehari-hari bekerja di bidang digital marketing ini kepikiran untuk membuat website tentang bakmi. Website yang ia beri nama Bakmi Club mengulas berbagai macam bakmi enak di Jakarta dan sekitarnya. Kadang ia juga menulis perjalanan makan bakminya di luar negeri. Untuk mempromosikan website Bakmi Club, ia membuat sebuah wadah komunitas atau grup di Facebook.

“Tujuannya buat Facebook group Bakmi Club awalnya cuma untuk promosii website. Tapi lama-lama malah jadi perkumpulan para pecinta bakmi dari seluruh Indonesia,” ujar Eric yang bisa makan bakmi hingga tiga kali dalam seminggu. Melalui grup itu, setiap hari pesertanya berbagi informasi mengenai warung-warung bakmi yang maknyus. “Dari yang suka bakmi, pedagang bakmi sampai blogger semua ngumpul di sana. Jumlahnya sekarang sudah lebih dari 21 ribu orang.”

Anggotanya kini rutin melakukan kopi darat atau kopdar. Kegiatan yang dibentuk oleh Romy Suhendra ini diberi nama Kopamie alias Komunitas Pecinta Bakmi. Biasanya mereka akan memilih secara acak satu pedagang bakmi yang akan dikunjungi setiap hari Sabtu. Salah satu ‘pusat bakmi’ yang sering dikunjungi yaitu Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Pecinta bakmi menjuluki Kelapa Gading sebagai jalur sutra bakmi. Tengok saja sepanjang Jalan Kopyor di Kelapa Gading, rasanya hampir semua jenis bakmi ada. Di sini melihat para pedagang bakmi saling bertetangga sudah tak asing lagi. Kalau datang di pagi hari, mobil Lamborghini Huracan kadang terlihat sedang parkir di Jalan Kopyor ini. Mobil seharga Rp 11 Miliar itu milik pengacara Hotman Paris. Ia memang sering mampir ke Kopi Johni yang lokasinya kebetulan nyempil di antara toko bakmi. Sekali dua kali mungkin Hotman juga pernah mencicipi bakmi.

Bakmi Rica Kejaksaan, Bandung
Foto : Bakmi Club

Mie Langsiang khas Jambi
Foto : Bakmi Club

Kegiatan kopdar dari Kopamie ini tak sekedar makan bakmi sambil ngerumpi. Mereka juga mempunya misi mulia untuk membantu para pedagang bakmi kecil. Salah satu anggota Kopamie, Yonathan Setiawan atau dikenal dengan nama HenryPaoPao, beberapa kali menemui pengusaha bakmi kecil-kecilan itu gulung tikar akibat tidak bisa bersaing dengan bakmi yang sudah punya nama dan pelanggan tetap. Padahal bakmi yang disajikan rasanya tidak kalah enak.

“Kami prinsipnya ngebantuin tukang bakmi. Karena banyak diantara mereka yang baru buka tapi kurang publikasi. Di sini kan ada blogger, ada juga yang punya akun Instagram kuliner, jadi bisa sangat membantu sekali. Dan kami nggak memberatkan pedagang karena kami bayar masing-masing setiap makan bakmi,” tutur HenryPaoPao. Seperti Kenny Sastro, salah satu anggota Bakmi Club yang sering mempromosikan berbagai jenis bakmi melalui akun Instagram, Detektifbakmi.

Kegiatan menggeruduk bakmi ini pun membuahkan hasil. Menurut HenryPaoPao banyak pedagang bakmi yang merasa amat terbantu. Salah satunya Bakmi Irian yang terletak di Jalan Lautze No. 52, Jakarta Pusat. Pemilik bakmi telah berjualan sejak tahun 1968. Mulai dari berjualan di tenda hingga kini mampu memiliki kedai sendiri. Ciri khasnya bakmi pipih lurus dengan potongan ayam cincang dan taburang daun bawang. Beberapa waktu lalu Kopamie menggeruduk Bakmi Irian dan membantu promosi melalui Facebook. Hasilnya, banyak pecinta bakmi yang menjadikan Bakmi Irian sebagai salah satu referensi bakmi wajib coba. Padahal dulunya tak banyak orang tahu tentang Bakmi Irian.  

Bersama Kopamie, HenryPaoPao juga punya pengalaman unik selama kopdar sekaligus berburu bakmi di Jakarta. Ada satu penjual bakmi yang bisa membuat pengunjungnya ketagihan sekaligus kapok datang kembali. Bakmi ini lagi-lagi berada di Kelapa Gading, tepatnya berada di Jalan Kelapa Hybrida. Entah mengapa, toko bakmi ini tidak diberi plang nama, tapi di kalangan pecinta bakmi, toko ini dikenal dengan nama Bakmi Cerewet.

Pemberian nama ini bukan tanpa sebab. Pemiliknya, seorang wanita paruh baya terkenal cerewet dan galak. Kalau ada pembeli yang tak sabar menunggu, siap-siap saja kena semprot pemiliknya. “Walaupun galak tapi toko bakminya selalu ramai. Pas nunggu kalau kita tanya 'kok lama?' Nanti malah bakal diomelin 'kalau nggak mau nunggu nggak usah makan di sini!'. Saking takutnya kita makan nggak berani lihat muka pemiliknya,” HenryPaoPao bercanda. Meski dikenal judes, tapi soal rasa, bakminya memang boleh diacungi jempol. Padahal bakminya sederhana saja, hanya dihiasi potongan daging ayam dan jamur. “Ternyata yang bikin kita mau balik lagi nggak hanya soal rasa, tapi pengalamannya juga.”


Reporter/Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Sapto Pradityo

[Widget:Baca Juga]
SHARE