INTERMESO
“Untuk menjadi pemimpin, kalian harus terlibat perdagangan narkotika, pencurian, pemerasan, bahkan penculikan.”
Foto: CrisisGroup
Selasa, 13 Februari 2018Masih muda dan tak punya pekerjaan, Raju memilih jalan paling mudah untuk cepat kaya. Apalagi, sebagai keturunan India Tamil di Malaysia, dia merasa diperlakukan bak warga kelas dua dibanding warga negara lain. Saat itu Raju baru 16 tahun ketika memutuskan bergabung dengan geng 04 di Malaysia. Geng 04 adalah salah satu geng paling besar di Malaysia.
“Supaya bisa hidup mewah dan punya banyak uang, kalian harus terlibat dalam perdagangan narkotika. Ada duit sangat besar di sana,” kata Raju, kini 38 tahun, bukan nama sebenarnya, dikutip South China Morning Post, beberapa waktu lalu. Tapi semua duit itu tak diperolehnya segampang dia bicara. Beberapa tahun lalu, dia hampir mati digebuki musuh-musuh geng 04. Beberapa tulangnya patah dan giginya rontok. Dia beruntung masih hidup sampai detik ini.
Empat tahun lalu, Kementerian Dalam Negeri Malaysia mengumumkan daftar geng-geng kriminal yang beroperasi di negeri jiran itu. Abdul Rahim Mohamad Radzi, Sekretaris Jenderal Kementerian, mengatakan ada 49 geng kriminal di Malaysia. Tak hanya terlibat perdagangan narkoba, mereka juga acap jadi biang kerusuhan.
“Mereka juga terlibat sejumlah kasus pembunuhan dengan senjata tajam maupun senjata api,” kata Abdul Rahim dikutip Malay Mail Online. Geng 04, menurut Kementerian Dalam Negeri Malaysia, beroperasi di Kuala Lumpur, Kedah, Penang, dan Johor. Geng 04 mesti berebut kekuasaan dengan geng-geng besar lain, seperti geng 36, 08, 18, 24, dan Tige Line. Kementerian Dalam Negeri Malaysia menaksir ada sekitar 40 ribu anggota geng-geng kriminal itu.
Kepolisian Malaysia sudah berkali-kali menggelar operasi untuk menyikat geng-geng kriminal itu, tapi mereka bak rumput liar yang sulit sekali dibasmi. Sejak 2016, Kepolisian Malaysia kembali menggelar operasi khusus untuk menyapu geng-geng itu. Salah satu target kelas kakap yang terjaring Operasi Cantas Khas adalah pemimpin geng Double Seven. Pak Long, 47 tahun, ditangkap Pasukan Tindakan Khas Anti-Maksiat, Judi, dan Gengsterisme di kawasan Seremban, Negeri Sembilan.
Anggota gang 24 yang ditangkap polisi Malaysia
Foto : NST
Geng seperti itu sudah ada lama sekali dan akarnya sudah menyebar ke mana-mana.”
Raju, anggota geng di MalaysiaKepala Kepolisian Malaysia Inspektur Jenderal Khalid Abu Bakar mengatakan mereka tak mengincar geng dari ras tertentu, tapi semua geng kriminal yang meresahkan masyarakat. “Operasi Cantas Khas masih berlanjut dan akan terus mengejar anggota geng…. Kami tak ada waktu untuk memihak salah satu kelompok,” kata Jenderal Khalid dikutip kantor berita Bernama. Sepanjang 2016 saja, lebih dari seratus anggota geng dikirim ke sel tahanan polisi. Total, ada ribuan anggota geng yang terjaring Operasi Cantas.
Tapi Raju tak percaya geng kriminal seperti 04 akan hilang. “Geng seperti itu sudah ada lama sekali dan akarnya sudah menyebar ke mana-mana. Kalian bisa membungkamnya sejenak, tapi tak akan bisa menyapu habis mereka,” kata Raju.
* * *
Malaysia dan tetangganya, Singapura, punya sejarah panjang geng-geng kriminal. Bahkan jauh sebelum Malaysia maupun Singapura merdeka, geng-geng kriminal itu sudah lama dan hidup di Semenanjung Melayu. Pada awal abad ke-19, tiga geng besar di Semenanjung Melayu adalah Hai San, Ghee Hin, dan Ho Seng. Ketiganya punya kaitan dengan kelompok mafia di China (Triad). Geng Hai San dan Ghee Hin pernah terlibat perang besar pada 1861 hingga 1872.
Namun hari ini, satu setengah abad kemudian, peta geng-geng kriminal di Malaysia sudah banyak berubah. Dari 49 geng besar di Malaysia, tiga perempatnya didominasi oleh keturunan India, terutama India Tamil. Mereka menguasai jaringan prostitusi, perjudian, sampai peredaran narkotika. Padahal jumlah keturunan India hanya 6,7 persen dari penduduk Malaysia.
Anggota gang 04 digelandang polisi Malaysia
Foto : NST
Pada mulanya, geng-geng itu memang dikuasai jaringan keturunan perantau dari China. Seiring dengan makin makmurnya para bos besar kelompok-kelompok itu, mereka tak mau lagi tangannya bersentuhan langsung dengan kegiatan-kegiatan ‘kotor’. Untuk segala urusan ‘berkotor-kotor’ inilah geng-geng itu mulai merekrut orang-orang keturunan India, yang rata-rata hidup miskin.
“Dalam banyak hal, pemerintah Malaysia telah mengabaikan warga keturunan India,” ujar Pasupathi Sithamparam, aktivis organisasi sosial yang banyak membantu warga keturunan Tamil yang putus sekolah. Hingga puluhan tahun kemudian, anggota geng keturunan India malah lebih dominan ketimbang keturunan China dan Melayu.
G Gunalan salah satunya. Umurnya baru 13 tahun saat bergabung dengan geng 08. Dengan cepat, karier pemuda itu melesat hingga punya 30 anak buah. “Untuk menjadi pemimpin, kalian harus terlibat dalam perdagangan narkotika, pencurian, pemerasan, bahkan penculikan,” Gunalan menuturkan. Kini dia sudah bertobat dan menjauhi dunia ‘gelap’ lantaran takut mati dibunuh lawan-lawannya.
Bagi pemuda-pemuda miskin itu, godaan mendapatkan banyak duit dengan cepat dan gampang sulit ditolak. Reghu Devan, mantan anggota geng, menuturkan, pada masa ‘jaya’-nya, dia bersama teman-teman gengnya bisa berminggu-minggu tinggal di hotel mewah setelah mendapat untung besar dari rupa-rupa kejahatan.
Mereka membeli mobil-mobil mewah, jam tangan mahal, dan piknik ke Amerika Serikat. Sesuatu yang tak terbayangkan selama hidup mereka. “Kami banyak menghabiskan duit untuk makan-makan dan karaoke. Dengan semua perempuan di sekeliling, kami membuat iri banyak orang,” kata Reghu.
Anggota gang digelandang polisi Malaysia
Foto : NST
Benar kata Raju, sangat sulit menumpas habis geng-geng kriminal di Malaysia. Mereka sudah hidup sangat lama, jaringan dan pengaruhnya sudah menyebar hingga ke birokrasi pemerintah. Sebagian bos besar dan para ‘investor’ geng-geng kriminal itu sulit ditangkap lantaran tak terlibat langsung dalam operasi-operasi kejahatan. Sehari-hari mereka tampak seperti orang-orang kaya yang terhormat.
Beberapa bulan lalu, polisi Malaysia menggelandang lima pengusaha sekaligus politikus di Kuala Lumpur. Menurut polisi, mereka inilah bos besar geng. Salah satu yang ditangkap, laki-laki berumur 50-an tahun, merupakan bos geng 24 di Penang. “Dia punya usaha rentenir dan pabrik es,” sumber di kepolisian menuturkan kepada Today Online. Dia diduga mendanai pembunuhan Ong Teik Kwong, juga bos geng 24, pada Desember 2016.
Redaktur: Sapto Pradityo
Desainer: Fuad Hasim