INTERMESO

Jazz dan
Pawang Anjing BNN

“Percuma juga kita punya anjing pelacak yang baik tapi pawangnya tidak paham.”

Foto-foto: Agung Pambudhy/detikcom

Sabtu, 30 Desember 2017

Moncong dan dua kaki depan anjing itu menyembul di antara jeruji kandang yang terbuat dari besi. Jazz, nama anjing itu, lantas menyalak kencang. Tri Febriyanti, yang kebetulan berada di dekat kandang, langsung menjulurkan kedua tangannya memegang kepala anjing jenis Belgian Malinois tersebut. Sambil mendekatkan kepala, perempuan berhijab itu berbisik di telinga Jazz untuk menenangkannya.

Tri Febriyanti sudah setahun bekerja sebagai pawang anjing untuk Unit K-9 Badan Narkotika Nasional. Berinteraksi dengan anjing merupakan pengalaman pertama dalam hidup perempuan yang lebih dikenal dengan sapaan Yanti itu. “Saya bahkan tak pernah punya hewan peliharaan,” ujar Yanti kepada detikX di Posko Unit K-9 BNN, Jakarta, Kamis pekan lalu.

Meski tak pernah bersinggungan dengan anjing, Yanti mampu melewati ujian masuk saat rekrutmen. Materi ujiannya, dia harus bisa berinteraksi dengan anjing. Agar lulus ujian saringan, Yanti diminta memanggil dan memasang tali kekang pada seekor anjing berbadan besar. “Saya tepuk tangan sekali anjing itu tak menoleh, tepukan kedua baru ia datang,” kata Yanti. “Saya elus, kemudian pasang tali di lehernya.”

Gadis asal kota Depok, Jawa Barat, itu akhirnya terpilih bersama 99 orang lainnya menjadi angkatan pertama pawang K-9 yang direkrut BNN setahun lalu. Empat di antara 100 pawang tersebut adalah perempuan, termasuk Yanti. Mereka lantas dikirim ke Detasemen K-9 Direktorat Polisi Satwa Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia di Depok.

Yanti dipasangkan dengan seekor anjing jenis Beagle bernama Binkie. Tak butuh waktu lama bagi Yanti untuk mengenal calon rekan kerjanya. “Seminggu kami sudah dekat, karena dasarnya Binkie anjing periang dan senang diajak main,” kata Yanti. Satu bulan lamanya Yanti dan Binkie berlatih intensif bersama mengenali bau-bau khas berbagai macam narkotika.

Didin Rosidin, Koordinator Pawang Unit K-9 BNN

Saya tepuk tangan sekali anjing itu tak menoleh, tepukan kedua baru ia datang.”

Tri Febriyanti, pawang anjing Badan Narkotika Nasional

Operasi pertama bersama Binkie jadi momen tak terlupakan bagi Yanti. Ia dan Binkie diterjunkan dalam razia di sebuah tempat hiburan malam. Perasaan Yanti campur aduk antara antusias ingin mempraktikkan hasil latihan dan rasa khawatir. “Saya dan Binkie sama-sama senang, tapi juga berdebar-debar karena khawatir targetnya bawa senjata, sementara senjata saya hanya anjing dan anjing ini justru yang harus benar-benar dilindungi,” ujar Yanti.

Pawang-pawang K-9 BNN saat ini berada di bawah koordinasi Didin Rosidin. Didin bukan orang baru di dunia K-9. Polisi dengan pangkat brigadir itu sudah punya jam terbang tinggi dalam berurusan dengan anjing-anjing pelacak narkotika. Sebelum mendapatkan tugas khusus di Unit K-9 BNN, hampir 20 tahun Didin berdinas di Direktorat Polisi Satwa Polri.

Cita-cita Didin sebenarnya bukan menjadi pawang anjing. Seperti kebanyakan polisi lainnya, tugas reserse sangat menarik bagi pria asal Bandung itu. Namun keinginannya itu harus terkubur. Ia diinstruksikan masuk ke unit K-9 Polri. “Setahun berdinas sebagai polisi, saya kemudian ditempatkan di Polsatwa. Kalau sudah ditunjuk, dinikmati saja pekerjaannya. Pasti ada hikmahnya. Apalagi kami pegang makhluk hidup,” ujar Didin.

Setelah menjalani pelatihan dasar, Didin diminta mengambil spesialisasi narkotika. Sudah lima ekor anjing yang dipegangnya semasa bertugas di Direktorat Polsatwa. “Semua anjing itu memberikan kenangan yang luar biasa saat bekerja sama dengan saya,” ujarnya. Pengalaman yang tak terlupakan ketika Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur meminta bantuan Polsatwa untuk bertugas di perbatasan dengan Timor Leste.

Saat itu Timor Leste baru saja memisahkan diri dari Indonesia. Pos lintas perbatasan di Motaain, Kabupaten Belu, dianggap menjadi titik rawan penyelundupan rupa-rupa barang. Didin akhirnya yang ditunjuk bertugas di kawasan tersebut. Ia membawa rekannya, seekor anjing dari ras Labrador bernama Bani. Saat itu Didin dan Bani sudah bertugas bersama lebih dari 4 tahun.

Kepala Unit K-9 BNN Doni Tri Handono

Rupanya Didin dan Bani tak hanya bertugas mengamankan perbatasan dari penyelundupan narkotika. Mereka juga diperintahkan mencari senjata sisa konflik, yang banyak disembunyikan di sekitar perbatasan. “Bani itu kualifikasinya narkotika, saya tambahkan kemampuan melacak senjata saat berada di NTT,” kata Didin.

Kedekatan Didin dengan Bani pun semakin intens saat bertugas di Motaain. Tak ada hiburan lain membuat Didin menghabiskan waktu hampir 24 jam bersama Bani. “Saat itu belum ada listrik. Jadi setiap hari ya berdua saja dengan anjing itu. Kami mandi bersama di pantai, naik sampan bersama,” ujarnya.

Didin diperintahkan kembali ke Jakarta setelah 4 bulan berada di perbatasan. Tapi kali ini dia harus pulang sendiri. Polda NTT meminta kepada Direktorat Polsatwa agar Bani ditinggal di Kupang dengan alasan sangat membutuhkan bantuan anjing jenis tersebut. “Saya sangat berat ninggalin dia, karena sudah sayang banget,” katanya.

Ternyata bukan hanya Didin yang merasa berat untuk berpisah. Bani pun demikian. Lantaran tak diajak pulang ke Jakarta, Bani protes dengan cara mogok makan. “Makanannya tak disentuh. Padahal dia sehat-sehat saja,” kata Didin. Hubungan anggota Polsatwa dengan anjingnya, kata Didin, memang banyak yang tak terduga.

Didin menceritakan kisah seorang polisi satwa yang bertugas di Aceh. Tanpa sengaja polisi itu terperosok ke sungai. Sementara rekan-rekan polisi lainnya hanya tertegun melihat rekannya yang tak bisa berenang itu minta tolong, anjing jenis Rottweiler yang mendampinginya langsung terjun ke sungai. Anjing itu dengan sigap menyeret pawangnya ke tepian. “Itu imbal balik rasa sayang pawang,” ujar Didin.

Tri Febriyanti, pawang anjing untuk Unit K-9 Badan Narkotika Nasional

Kepada pawang-pawang muda, Didin selalu menekankan bagaimana memberikan perhatian dan perawatan yang penuh kepada setiap anjing yang dipercayakan kepadanya. ”Saya dikasih amanat oleh negara untuk merawat anjing, ya, harus saya kerjakan. Bayangkan, orang beli anjing mahal-mahal, makanan sudah disediakan, dokter disiapin. Profesi ini kan tugas mulia demi penegakan hukum,” ujarnya.

Pengalamannya di lapangan membuat Didin beberapa kali dipercaya menyeleksi anjing-anjing terbaik untuk memperkuat Direktorat Polsatwa Mabes Polri. Setahun lalu, Didin dikirim oleh BNN ke Eindhoven, Belanda, untuk menyeleksi 50 anjing yang hendak dibeli.

BNN pun menyadari pentingnya menjaga kualitas seorang pawang di unit K-9. Upaya peningkatan kapasitas dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan sejumlah institusi yang memiliki unit sejenis, seperti Bea-Cukai dan Mabes Polri. “Nantinya kami akan menggagas pelatihan bersama supaya terjadi transfer dan berbagi ilmu antara pawang BNN dengan Polri serta Bea-Cukai. Kalau kita bisa berkumpul bersama, banyak hal yang bisa dieksplorasi,” ujar Kepala Unit K-9 BNN Doni Tri Handono.

Doni menyampaikan BNN sudah menjalin kerja sama dengan beberapa negara, seperti Selandia Baru, Australia, dan Amerika Serikat. Nantinya sejumlah pawang terbaik akan dikirimkan untuk menambah ilmu di negara-negara tersebut. “Ini akan meningkatkan kualitas pawang. Semakin baiknya kualitas pawang, hasil di lapangan semakin maksimal. Percuma juga kita punya anjing pelacak yang baik tapi pawangnya tidak paham,” ujar Doni.


Reporter/Redaktur: Pasti Liberti M
Editor: Sapto Pradityo
Desainer: Fuad Hasim

[Widget:Baca Juga]
SHARE