INTERMESO

Demam UFO
sampai China

“Aku menghabiskan banyak uang untuk menyelidiki cerita-cerita penampakan UFO…. Keluargaku keberatan terhadap apa yang aku kerjakan, tapi tak jadi soal buatku.”

Pemandangan langit di atas Corfe Castle, Inggris, pada 12 Agustus 2016.

Foto: dok. Getty Images

Rabu, 27 Desember 2017

Meng Yang tergila-gila pada UFO, unidentified flying object, sejak dia masih remaja berpuluh tahun lalu. Bahkan, pada 1993, saat umurnya baru 25 tahun, Meng mengaku ‘orang-orang asing dari luar bumi’ alias alien mencoba menghubunginya secara ‘spiritual’.

Meng tumbuh besar di daerah Mengyin, Provinsi Shandong, China. Pada 1980-an, sama seperti remaja-remaja lain di daerahnya, dia juga terkena ‘demam’ UFO. Segala bacaan, segala macam komik, soal UFO, dia lahap sampai habis. “Aku sangat ingin bertemu dengan UFO,” Meng menuturkan kepada South China Morning Post beberapa hari lalu.

Setelah rezim Mao Zedong berlalu dan digantikan oleh Deng Xiaoping, pemerintah China membuka keran selebar-lebarnya bagi warga China untuk memburu sains dan teknologi. Jurnal-jurnal dan majalah ilmiah tumbuh bak rumput liar pada musim hujan, termasuk jurnal soal UFO. Beberapa di antaranya, seperti Science Fiction World, yang pertama kali terbit di Sichuan pada 1979, dan Aomi Pictorial, yang mulai terbit di Yunnan pada 1980, masih bertahan sampai hari ini. 

Shen Hengyan, peneliti di Akademi Ilmu Sosial China, menulis artikel soal UFO di harian resmi Partai Komunis China, People’s Daily. Shen mengupas soal penelitian-penelitian soal UFO di Amerika Serikat pada akhir 1940-an hingga awal 1960-an. Satu hal yang langka kala itu.

Keranjingan kisah UFO di China ini mencapai puncaknya pada 1990-an. Salah satu yang menikmati masa-masa itu adalah The Journal of UFO Research. Qi Lian, Pemimpin Redaksi The Journal, menuturkan medianya merupakan salah satu jurnal pertama soal UFO di Negeri Panda.

Berita soal penampakan UFO di Kota Roswell, Juli 1947.
Foto: dok. Wikimedia

“Saat itu akses masyarakat terhadap jurnal ilmu pengetahuan masih sangat terbatas dan ada banyak sekali mitos soal UFO,” ujar Qi Lian. Pada 1990-an, oplah The Journal of UFO Research sempat menembus angka 300 ribu eksemplar. Pembacanya sangat beragam, dari anak-anak sampai peneliti.

Sun Shili, mantan diplomat, dan Zhang Jipin, pemilik perusahaan periklanan, adalah dua dari mereka yang keranjingan cerita UFO. Sun menerjemahkan buku karya Andreas Faber Kaiser, Sacerdotes o Cosmonautas?, ke dalam bahasa Mandarin. “Buku ini merupakan rangkuman dari 300 buku soal UFO dari seluruh dunia,” kata Sun. Lantaran menerjemahkan buku tersebut, Sun diperlakukan banyak orang sebagai ahli UFO. Dia mendirikan Asosiasi UFO China pada 1979. Sepuluh tahun kemudian, anggotanya sudah lebih dari 50 ribu orang.

Demi memuaskan penasarannya soal UFO, Zhang berkeliling hingga daerah pelosok China untuk menelusuri sendiri kabar soal penampakan benda asing dari luar bumi itu. Di Provinsi Heilongjiang, dia bertemu dengan seorang laki-laki yang mengaku punya anak dari alien perempuan. Laki-laki itu mengaku punya bukti yang menguatkan ceritanya. Dia menyodorkan sebutir meteorit kepada Zhang.     

“Aku menghabiskan banyak uang untuk menyelidiki cerita-cerita penampakan UFO…. Keluargaku keberatan terhadap apa yang aku kerjakan, tapi tak jadi soal buatku. Aku tak mau menyerah hanya lantaran orang lain keberatan atau tak percaya padaku,” kata Zhang Jipin. 

Meski ‘histeria’ soal UFO di China ini sudah lama lewat, masih ada lumayan banyak warga China yang percaya bahwa ada kehidupan lain di luar bumi. Hong Kong UFO Club, misalnya, punya anggota lebih dari 10 ribu orang. “Pleiades (salah satu spesies alien) ingin membantu penghuni bumi menjadikan planet ini menjadi tempat tinggal lebih baik lagi,” ujar Michael Kong Tao, anggota Hong Kong UFO Club, beberapa waktu lalu. Pada 2011, klub yang didirikan Moon Fong Chung ini menyelenggarakan Hong Kong UFO International Congress, yang dihadiri lebih dari 1.000 orang dari pelbagai negara.

* * *

Diduga penampakan UFO
Foto: dok. Departemen Pertahanan Amerika Serikat

Alien, UFO, dan ET sudah menjadi bagian kosakata anak-anak sekarang. Puluhan, bahkan mungkin ratusan, film soal makhluk luar angkasa melengkapi fantasi anak-anak. Bagian dari fantasi ini, sebagian orang mengklaim pernah bertemu, bahkan mengaku diculik, oleh makhluk dari luar bumi.

Terlepas soal kebenaran ilmiah mengenai makhluk hidup berinteligensi tinggi di luar bumi, sebenarnya bagaimana cerita soal UFO dan alien ini bermula? Menurut Luiz Gonzales, yang bertahun-tahun menelusuri cerita soal UFO ini, kisah soal makhluk dari planet lain ini bermula pada 1940-an, ketika komik-komik fiksi luar angkasa mulai menjamur. 

Pada Juli 1946, menurut Live Science, Planet Comics menerbitkan serial komik mengenai penculikan perempuan-perempuan oleh alien. Menurut komik itu, penculikan perempuan bumi merupakan bagian dari Project Survival, proyek untuk menyelamatkan kehidupan di planet asal makhluk asing tersebut. "Now home. And if you find our methods ruthless, Specimen 9, it is because our needs are desperate," Komandan Proyek Survival menjelaskan kepada para perempuan tersebut. Mereka, para perempuan itu, disebut Specimen 9.

Pengakuan-pengakuan soal pertemuan dengan makhluk yang berasal dari planet antah-berantah ini mulai bermunculan. Pada 1954, dua remaja di Venezuela mengklaim telah bertemu dengan pesawat alien di sebuah hutan tak jauh dari kampung mereka. Mereka menuturkan, para alien—yang mereka gambarkan sebagai makhluk kecil dan berambut panjang—menyerang dan melukai kedua bocah itu.

Tiga tahun kemudian, penulis sains-fiksi asal Brasil, Joao Martins, meminta para penggemarnya menuturkan kisah-kisah pertemuan mereka dengan UFO, ET, dan sebagainya. Ada ratusan kisah yang dikirim kepada Martins. Dia meminta satu di antaranya, Antonio Villas Boas, seorang petani asal Minas Gerais, bertemu dengan Dr Olavo T Fontes, peneliti di Aerial Phenomena Research Organization. "Tapi laporan Olavo Fontes terlalu fantastis sehingga tak dipublikasikan," ujar Gonzales. Namun akhirnya cerita Antonio dan penelitian Olavio ini menyebar ke mana-mana.

image for mobile / touch device
image 1 for background / image background





Pemandangan langit pada malam hari di Fort McMurray, Alberta, Kanada, pada Mei 2016.
Foto: dok. Getty Images

Padahal faktanya, belum ada satu pun bukti ilmiah yang meyakinkan pernah ditemukan soal keberadaan UFO atau alien sejak Frank Drake memulai Proyek Ozma pada 1960. Astronom dari Cornel University ini membuat teleskop radio untuk ‘menguping’ transmisi radio yang dipancarkan dari bintang Tau Ceti dan Epsilon Eridani, yang berjarak 12 tahun cahaya dari tata surya. Tapi Drake tak menemukan apa pun.

Pada 15 Agustus 1977, Jerry R Ehman, astronom yang bekerja di Teleskop Radio Big Ear milik Ohio State University, membuat geger setelah mempublikasikan penemuannya. Pada pukul 11.16 malam, Jerry menemukan transmisi radio tak biasa yang tertangkap teleskop Big Ear. 

Setelah menganalisis cetakan transmisi selama 72 detik itu, Ehman menyimpulkan transmisi itu bukan berasal dari sumber di bumi. Dia juga meyakini transmisi pada frekuensi 1.420,4556 MHz itu bukan berasal dari pesawat atau satelit yang mengorbit bumi. Menurut Ehman, jika dilihat dari arahnya, sumber transmisi radio itu juga bukan berada di planet-planet dalam tata surya, melainkan dari arah konstelasi bintang Sagitarius, sebelah selatan kelompok bintang Chi Sagitari.

"Tapi data-data itu masih kelewat sedikit untuk diambil kesimpulan. Karena itu, aku harus mengatakan asal-muasal sinyal itu masih menjadi pertanyaan terbuka untukku," ujar Ehman beberapa tahun lalu. Sampai sekarang, bahkan di kalangan para penyokong SETI, penemuan Wow! Signal oleh Ehman itu belum dianggap sebagai bukti keberadaan makhluk lain di luar bumi. Sebab, transmisi itu hanya terdeteksi satu kali sehingga tak bisa diverifikasi.

Hipotesis soal keberadaan makhluk itu ditopang oleh rupa-rupa teori. Satu di antaranya adalah persamaan Drake yang dipakai untuk memperkirakan jumlah transmisi radio yang digunakan untuk berkomunikasi di alam semesta. Frank Drake, perumus persamaan itu, dan para pendukung pencarian makhluk luar angkasa itu percaya bahwa makhluk-makhluk itu berkomunikasi dengan gelombang radio dan hanya tinggal soal waktu kita akan bisa menangkap telekomunikasi mereka.

Mayor Jesse Marcel dan serpihan objek yang diduga UFO di Kota Roswell, Amerika Serikat.
Foto: dok. Black Vault

Namun dua ahli astrofisika dari Princeton University, David Spiegel dan Edwin Turner, meragukan kebenaran hipotesis Drake dan kawan-kawannya. Menggunakan metode statistik Bayesian, Spiegel menguji kemungkinan adanya kehidupan serupa manusia di luar bumi. Keduanya berkesimpulan, walaupun tak mustahil terjadi, kemungkinan ada makhluk cerdas seperti manusia di luar angkasa sana sangat kecil.

Menurut Spiegel, manusia perlu waktu 3,5 miliar tahun berevolusi hingga mencapai tahap seperti sekarang ini. “Evolusi itu sudah dimulai sejak bumi mulai dihuni oleh makhluk hidup,” kata Spiegel dikutip Life Mystery beberapa waktu lalu. Artinya, perlu kondisi menyerupai bumi sehingga bisa menopang evolusi makhluk hidup selama bermiliar tahun. “Kondisi seperti itu sangat langka di alam semesta.”


Redaktur/Editor: Sapto Pradityo
Desainer: Luthfy Syahban

[Widget:Baca Juga]
SHARE