Ilustrasi : Edi Wahyono
Jumat, 12 Mei 2017Umur Barack Obama baru 34 tahun saat dia menulis dan menerbitkan buku memoar Dreams from My Father: A Story of Race and Inheritance. Kala itu, pada 1995, Obama masih bekerja sebagai pengacara di biro hukum kecil di kota Chicago, Davis, Miner, Barnhill & Galland.
Obama, yang 14 tahun kemudian disumpah menjadi Presiden Amerika Serikat, banyak bercerita soal keluarganya yang multirasial. Ibunya, Stanley Ann Dunham, keturunan kulit putih, sementara ayahnya, Barack Obama Sr., lahir dan besar di ujung dunia lain, Kenya. Kulitnya legam. Ayah tiri Obama, Lolo Soetoro Mangoenharjo, keturunan Jawa dan warga negara Indonesia.
Di buku setebal 403 halaman itu, Obama banyak bertutur soal masa kecil hingga kuliah dan pengalaman kerjanya. Tapi dia tak menyebut satu pun nama mantan-mantan pacarnya. Saat menulis buku tersebut, Obama sudah tiga tahun menikah dengan Michelle Robinson Obama. Walaupun tak menulis nama mantan pacarnya, dia lumayan detail menuturkan kisah asmaranya selama di New York hingga Chicago.
“Ada seorang perempuan New York yang aku cintai…. Dia seorang kulit putih. Rambutnya gelap dan ada warna hijau di matanya. Suaranya mengalun bak desiran angin,” Obama menulis. Romantis sekali. Mereka rutin bertemu setiap pekan. “Biasanya di akhir pekan. Kadang di apartemennya atau di tempat tinggalku.” Entah, kala itu, siapa gadis kulit putih yang merebut hati Obama.
Di halaman lain, dia menceritakan satu dari sekian kali kencannya dengan sang pacar. “Suatu malam aku mengajak dia menonton drama kulit hitam. Ini drama yang penuh amarah, tapi amat lucu. Drama khas komunitas kulit hitam. Sebagian besar penonton keturunan kulit hitam…. Mereka tertawa, bertepuk tangan, dan bersorak seolah-olah sedang berada di dalam gereja,” Barack Obama menulis.
Barack Obama-Michelle Obama
Foto : FLOTUS
Belasan tahun setelah buku itu terbit, dan kali ini Barack Obama sudah sangat ngetop, orang-orang penasaran siapa pacar-pacar Obama itu. Empat tahun lalu, dua mantan pacar Obama, Alexandra McNear dan Genevieve Cook, sudah bicara. Dan sekarang giliran mantan kekasihnya yang lain, Sheila Miyoshi Jager, yang angkat suara.
Sheila menuturkan kisah kasihnya bersama Obama kepada David J. Garrow dalam bukunya, Rising Star: The Making of Barack Obama. Buku ini masih sangat segar, baru beberapa hari keluar dari penerbit. Seperti ditulis Barack Obama pada 1995, Sheila, juga Alex dan Genevieve, semuanya kulit putih. Sheila, yang punya darah Belanda dan Jepang, kini profesor Kajian Asia Timur di Oberlin College, Ohio.
Nama Sheila juga tak ada dalam semua buku Obama. “Aku tak paham mengapa dia menulis seperti itu,” kata Sheila soal buku memoar Obama. “Padahal ada bagian-bagian dalam bukunya yang mengutip langsung surat-suratnya kepadaku. Aku pikir sungguh ironis, dia memakai surat-surat cintanya kepadaku untuk menulis buku tapi menghilangkan namaku.”
Lain dengan kisah cintanya bersama Alex dan Genevieve yang “santai”, hubungan asmara Obama dengan Sheila lumayan serius. Barack Obama, Sheila bercerita kepada David Garrow, sempat dua kali melamarnya untuk jadi istri. Mereka berkenalan dalam satu acara sosial di Chicago pada pertengahan 1980-an. Tak butuh waktu lama hingga keduanya jadi sepasang kekasih.
* * *
Barack Obama tumbuh besar di Jakarta, Indonesia, dan Honolulu, Hawaii. Sepanjang umurnya, dia lebih banyak hidup terpisah dari orang tuanya. Ann Dunham, sang ibu, lebih sering berada di Indonesia. Ayah kandungnya tinggal di Kenya. Pernikahan Ann dan Barack Obama Sr. memang sangat singkat, hanya bertahan tiga tahun.
Di Hawaii, Barack Obama tinggal bersama kakek dan neneknya, Stanley dan Madelyn Dunham. Ia pindah ke daratan Amerika pada 1979 untuk kuliah di Occidental College, Los Angeles. Dina Silva, mantan teman kuliahnya, mengatakan Obama seorang yang “cenderung pendiam dan berpikir mendalam”. “Dia suka mengamati orang,” kata Paul Anderson, teman kuliahnya yang lain, kepada David Garrow.
Barack Obama dan Genevieve Cook
Foto: DailyMail
Alexandra McNear, pacar pertama Barack Obama
Foto: MelodyMamberg-Goodreads
“Perubahan itu luar biasa, hanya terjadi dalam beberapa bulan.”
Sheila Miyoshi Jager, mantan pacar Barack ObamaDi Occidental, Obama berkawan karib dengan “geng” mahasiswa kaya asal Pakistan: Imad Husain, Hasan Chandoo, dan Wahid Hamid. Bertahun-tahun kemudian, kendati mereka telah berpisah jalan hidup, Obama masih berteman dengan geng ini. Bahkan Hasan, yang tinggal di New York, ikut menggalang dana untuk kampanye Obama pada 2008.
Ada seorang gadis yang memikat pemuda Obama di kampusnya. Dia, Alex McNear, berasal dari keluarga lumayan kaya di Manhattan, New York. Gadis itu kulit putih. Alex sangat populer di antara mahasiswa Occidental College. Dia, kata seorang mahasiswa, salah satu mahasiswa paling cantik.
Entah apa yang membuat Alex lengket dengan Obama. “Tak ada yang benar-benar tahu bahwa kami punya hubungan,” kata Alex, dikutip David Garrow. Keduanya memang tak terang-terangan memamerkan kemesraan. Obama, menurut Alex, memang tak menghendaki hubungan mereka diketahui banyak orang. Tapi dia memang sayang pada Barack Obama. “Aku sadar betapa aku sayang padanya. Dia merupakan kawanku yang paling dekat.”
Namun Alex sadar, hubungan mereka tak punya masa depan. Jarak juga memisahkan mereka. Dua tahun di Occidental, Obama merasa kampus itu terlalu kecil baginya. Dia memutuskan pindah kuliah ke Universitas Columbia di Kota New York. Surat-menyurat di antara mereka makin jarang, nadanya makin dingin.
Apalagi setelah Obama bertemu dengan Genevieve Cook dalam satu pesta Natal pada 1983. Gadis itu tiga tahun lebih tua ketimbang Obama, tapi mereka punya satu kesamaan: sama-sama pernah tinggal di Jakarta. Genevieve bekerja sebagai asisten guru di sekolah dasar Brooklyn Friends.
Beberapa hari setelah pertemuan di pesta Natal, Obama dan Genevieve makan bersama di apartemen Obama. “Seingatku, dia memasak buatku…. Kami kemudian bercakap-cakap di kamarnya. Malam itu aku menginap di apartemennya,” kata Genevieve bertahun-tahun kemudian kepada Vanity Fair. Hubungan itu cepat sekali “panas”, tapi juga cepat pula mendingin.
Sheila Miyoshi Jager, mantan pacar Barack Obama
Foto : Oberlin College
Pada 1985, Obama pindah ke Chicago. Dia mendapat pekerjaan dalam proyek pemberdayaan komunitas. Dalam satu acara komunitas, dia berkenalan dengan Sheila Miyoshi. Tak berapa lama kenal, mereka memutuskan tinggal satu atap. “Pada musim dingin 1986 saat kami mengunjungi orang tuaku, dia melamarku untuk jadi istrinya,” kata Sheila kepada David Garrow. Gadis itu tak langsung menerima lamaran Obama. "Belum waktunya,' kata Sheila.
Saat itu Barack Obama baru 25 tahun dan Sheila 23 tahun. Bukan cuma soal umur yang masih kelewat muda, orang tua Sheila juga punya ganjalan lain soal Obama. Mereka keluarga republiken tulen, sementara Obama, yang condong kekiri-kirian, lebih dekat dengan kelompok Demokrat. Alih-alih jadi pertemuan yang akrab, Obama malah terlibat debat panas dengan orang tua Sheila. Ujung-ujungnya, kata Sheila, orang tuanya merasa tak cocok dengan Obama.
Sheila pelan-pelan menyaksikan perubahan sikap Obama. Pemuda itu berubah jadi sangat ambisius. Kepada kekasihnya, Sheila, Obama berulang kali dengan nada sangat serius mengatakan bahwa dia ingin jadi Presiden Amerika Serikat. “Perubahan itu luar biasa, hanya terjadi dalam beberapa bulan…. Aku masih ingat dengan sangat jelas, saat itu tahun 1987, setahun setelah kami berpacaran, dia sudah punya keyakinan bahwa dia akan menjadi presiden,” kata Sheila dalam buku David Garrow, Rising Star: The Making of Barack Obama.
Kisah kasih Obama dan Sheila ini sepertinya memang lumayan serius. Bahkan, sebelum berangkat kuliah ke Sekolah Hukum Harvard pada 1988, untuk kedua kalinya, Obama kembali melamar Sheila. Tapi Sheila menolaknya. Gadis itu melihat Obama tak sungguh-sungguh ingin menikahinya. "Aku tak melihat keyakinannya soal masa depan kami," kata Sheila. Salah satu ganjalan hubungan itu adalah soal warna kulit.
Sepanjang hubungan mereka, kata Sheila, Obama memang selalu punya masalah dalam menentukan posisi dan identitas rasialnya, apakah orang kulit hitam atau kulit putih. Obama lahir dari pasangan orang tua kulit hitam dan kulit putih. David Garrow menduga, ketika akhirnya Obama menentukan diri sebagai orang kulit hitam, keputusan itu dilandasi kalkulasi hati-hati atas masa depan politiknya. Kepada seorang teman, Obama pernah mengatakan bahwa dia tak akan menjadi Barack Obama yang sekarang jika menikah dengan perempuan kulit putih.
Kisah Obama dan Sheila benar-benar tutup buku setelah Barack Obama menikah dengan Michelle Robinson.
Penulis/Redaktur: Sapto Pradityo
Desainer: Fuad Hasim
Rubrik Intermeso mengupas sosok atau peristiwa bersejarah yang terkait dengan kekinian.