INTERMESO
“Kami tak peduli seberapa terkenal kalian atau siapa kamu,
semua orang harus membayar harga yang sama.”
Ilustrasi: Edi Wahyono
Kamis, 5 Januari 2017Dalam sebuah kampanye di Ohio pada Juli 2012, ada seorang laki-laki bertanya kepada Barack Obama. Kala itu Barack Obama tengah berjuang untuk terpilih kembali menjadi Presiden Amerika Serikat.
Laki-laki itu bernama Tony White dan bekerja sebagai tukang pangkas rambut. Tony bertanya apakah dia boleh mencukur rambut Presiden Obama. Barack Obama tersenyum dan menggeleng.
“Kamu tidak ingin punya presiden yang tidak loyal kepada tukang cukurnya, benar kan? Seorang laki-laki dan tukang cukurnya punya ikatan yang kuat,” kata Presiden Obama dikutip Washington Examiner. “Aku tak bisa membiarkan kamu mencukur rambutku, karena itu bakal melukai perasaan tukang cukurku.”
Maaf, Mister White, Presiden Obama sudah punya langganan tukang cukur. Dan selama 18 tahun, Barack Obama tak pernah “pindah ke lain hati”. Zariff selalu datang mencukur rambut Obama ke mana pun dia pergi. Saat pertama datang ke Hyde Park Hair Salon, tempat Zariff bekerja, pada 1998, Obama masih mengajar di Sekolah Hukum Chicago dan menjadi anggota Senat di Negara Bagian Illinois.
Ketika Barack Obama pindah ke Washington, DC, setelah terpilih menjadi Senator Amerika mewakili Illinois, dia tetap memasrahkan urusan rambutnya kepada Zariff. Bahkan, setelah Obama terpilih sebagai Presiden Amerika pada 2008 sekalipun, demikian pula setelah terpilih untuk kedua kalinya menjadi orang nomor satu di Gedung Putih pada 2012, hanya Zariff yang diizinkan Obama memotong rambutnya.
Zariff bersama Barack Obama
Foto: ChicagoTribune
Sampai sekarang, kursi tempat Obama biasa duduk masih disimpan dan dipajang oleh Zariff dan teman-temannya di etalase kaca. Bagi pelanggan yang ingin seperti Obama, di daftar “menu” model rambut ada pilihan “The Obama Cut” dengan ongkos pangkas US$ 21 atau sekitar Rp 280 ribu.
Dulu, kata Zariff, rambut Obama sedikit lebih panjang dan mengembang ketimbang gaya rambutnya saat ini. Zariff memangkas rambut Obama lebih cepak seperti penampilan Obama kini setelah dia merebut kursi Senator Amerika dan berpidato di Konvensi Partai Demokrat pada 2004. “Supaya dia tampak lebih tajam,” Zariff menuturkan kepada Bevel Code.
Bertahun-tahun berteman dengan Barack Obama, sejak rambut Obama masih hitam kelam sampai sekarang makin banyak rambut perak di kepalanya, Zariff masih tetap Zariff yang sama. Dia masih tetap pasang harga yang sama untuk semua orang, tak peduli Muhammad Ali atau Presiden Barack Obama atau seorang pelayan toko di samping salonnya, yakni US$ 21. “Kami tak peduli seberapa terkenal kalian atau siapa kamu, semua orang harus membayar harga yang sama,” ujar Zariff.
Popularitas tak membuat Zariff pilih-pilih walaupun, tentu saja, banyak orang yang ingin dipotong langsung oleh “Tukang Cukur Gedung Putih”. “Semua orang bisa datang kapan saja dan aku akan memotong rambutnya, tapi tentu saja tak bisa berlama-lama,” kata Zariff kepada Essence.
Zariff, tukang pangkas rambut Presiden Amerika Serikat Barack Obama
Foto: BevelCode
Soal hubungannya dengan Gedung Putih, Zariff pilih irit bicara. Bukan hanya lantaran dia harus menghormati “rahasia pribadi” Presiden Obama, tapi terutama karena pertimbangan keamanan Presiden Amerika. Sekarang Obama memang tak lagi datang melenggang ke salon Zariff. Zariff-lah yang harus terbang dari Chicago ke Washington setiap kali Obama hendak merapikan rambutnya.
“Rambutnya masih tetap konsisten,” kata Zariff. Walaupun rambut Presiden Obama sudah banyak berubah warna. “Tugas kami adalah bagaimana dia tetap tampil terbaik…. Tak penting kapan kami datang dan bagaimana kami bisa sampai ke Gedung Putih.”
* * *
Gara-gara urusan potong rambut, Amerika pun ribut. Pada pertengahan Mei 1993, dua dari empat landas pacu di Bandara Internasional Los Angeles (LAX), ditutup mendadak. Padahal bandara ini merupakan salah satu lapangan terbang paling sibuk di Amerika Serikat.
Gara-gara hanya ada dua landas pacu yang bisa dipakai, belasan pesawat harus berputar-putar di atas sana menunggu jatah mendarat di LAX. Rupanya dua landas pacu ditutup lebih dari dua jam lantaran ada pesawat Air Force One, pesawat Kepresidenan Amerika, yang tengah “parkir” di landas pacu.
Zariff, tukang pangkas rambut Presiden Amerika Serikat Barack Obama
Foto: Bevel Code
Jika kalian membaca kisah hidupku, itu seperti mimpi Amerika.”
Cristophe Schatteman, tukang cukur langganan Presiden Bill ClintonDi dalam pesawat, Presiden Amerika kala itu, Bill Clinton, tengah dipangkas rambutnya oleh tukang cukur kondang di kawasan elite Beverly Hills, Cristophe Schatteman. “Semua orang harus memotong rambutnya,” kata George Stephanopoulos, juru bicara Kepresidenan Amerika, dikutip The New York Times. Lantaran kesibukannya, Presiden Clinton terpaksa memotong rambut di pesawat yang sudah siap terbang. “Seperti kalian tahu, dia sangat sibuk. Dia potong rambut saat dia sempat saja.”
Gara-gara urusan potong rambut yang berdampak penutupan dua landas pacu di Bandara Los Angeles, Gedung Putih sempat jadi bulan-bulanan kritik. Sampai ada yang menyebut urusan pangkas rambut ini sebagai “Haircut Gate”, skandal potong rambut. Jane Sherburne, penasihat hukum Presiden Clinton, mengatakan, keluarga Bill Clinton sudah kenal lama dengan Cristophe. Mereka kenal pemilik salon kondang itu lewat seorang teman, Harry Thomason, produser film Hollywood.
Sebagian besar pelanggan Cristophe memang bintang-bintang kondang, seperti Brad Pitt, Nicole Kidman, Mick Jagger, dan Bruce Springsteen. Ongkos potong rambut di Cristophe kala itu sudah lumayan mahal: US$ 250 atau sekitar Rp 3,4 juta untuk perempuan dan US$ 150 atau Rp 2 juta untuk laki-laki, dengan nilai tukar dolar hari ini.
Cristophe Schatteman, tulang cukur Presiden Bill Clinton
Foto : La Palme Magazine
Ribut-ribut potong rambut itu jadi “promosi” bagi tukang cukur kelahiran Belgia tersebut, tapi heboh berita itu juga bikin dia tak enak hati. Ayahnya menelepon dari Belgia setelah berita itu menyebar. “Apa yang sudah kamu lakukan?” kata Cristophe menirukan pertanyaan sang ayah.
Sebagai seorang pendatang—dia datang ke Amerika pada awal 1980-an—merupakan satu kehormatan besar bagi Cristophe bisa memotong rambut Presiden Amerika dan keluarganya. “Jika kalian membaca kisah hidupku, itu seperti mimpi Amerika,” kata dia kepada LA Times. Datang ke Amerika bukan siapa-siapa, sekarang dia jadi selebritas.
“Aku hanya ingin melindungi mereka, keluarga Clinton,” Cristophe menuturkan. Ratusan wartawan yang datang ke salonnya dan minta waktu wawancara tak dia gubris. “Aku hanya ingin membantu.” Makanya dia selalu dengan senang hati terbang ke Washington, DC, atau ke Little Rock di Arkansas, kampung halaman keluarga Clinton, atau ke mana pun dibutuhkan oleh Presiden Amerika. Dengan sepenuh hati dia memotong rambut Bill Clinton, merapikan rambut Hillary, juga rambut Chelsea, putri pasangan Clinton.
Penulis/Editor: Sapto Pradityo
Desainer: Luthfy Syahban
Rubrik Intermeso mengupas sosok atau peristiwa bersejarah yang terkait dengan kekinian.