CRIMESTORY

Agen CIA dan Perampok Bank di Surabaya

De Javasche Bank Cabang Surabaya dirampok pada 1950. Otaknya adalah Werner Verrips, yang disebut agen CIA.

Ilustrasi: Edi Wahyono

Kamis, 9 Maret 2023

Mobil sport Mercedes-Benz tipe 190 SL Coupe (W121) warna putih rusak berat setelah mengalami kecelakaan di jalan raya Sassenheim, Zuid Holland, Belanda, pada 4 Desember 1964 siang. Polisi datang ke lokasi melihat mobil terbalik dan ringsek parah. Pengemudinya, Werner Verrips, tewas di tempat dengan luka parah dan kondisi mengenaskan.

Kecelakaan pria kelahiran 7 Juli 1926, berusia 38 tahun, itu tentu menjadi duka bagi keluarganya menjelang Natal 1964. Tapi keluarga, teman dekat, serta koleganya mencurigai kematian Verrips yang dianggap misterius. Apalagi dihubungkan dengan kegiatan intelijen Verrips sebagai agen Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat atau Central Intelligence Agency (CIA).

Catatannya sebagai agen dinas rahasia AS itu disebutkan dalam dokumen yang dikirim pejabat Kementerian Luar Negeri Belanda kepada Ketua Majelis Rendah (DPR) Belanda, Dr WLPM de Kort pada 30 Oktober 1963. Verrips disebutkan bekerja untuk sebuah kelompok antikomunis dan masalah penyerahan Irian Barat kepada Pemerintah Republik Indonesia yang dipimpin Dr Paul Rijkens, teman dekat Pangeran Bernhard.

Hal serupa diakui jurnalis kawakan Belanda, Willem Oltmans, dalam bukunya berjudul 'Memories: 1964-1965', buku 'De Verraders (Para Pengkhianat)' terbitan 1968, buku 'Di Balik Keterlibatan CIA, Bung Karno Dikhianati', dan buku 'Sahabatku Sukarno' (2001). Jurnalis koran De Telegraaf itu dikenal dekat dengan Presiden RI Sukarno. Ia pernah menerima ancaman Verrips melalui telepon pada 1961. Ancaman tersebut disampaikan karena ia dianggap ikut campur masalah pembebasan Irian Barat.

“Seorang profesor misterius bernama Werner Verrips ternyata mantan agen CIA, yang langsung mengancam saya, bahwa saya harus dilenyapkan bila saya tidak berhenti mencampuri urusan Belanda di Indonesia,” ungkap Oltmans dalam bukunya itu.

Werner Verrips, agen CIA perampok Javasche Bank Cabang Surabaya, tewas dalam kecelakaan mobil pada 4 Desember 1964.
Foto: Nationaalarchief.nl-dbni.org

Karena penasaran terhadap sosok Verrips, Oltmans lantas melakukan investigasi. Setelah mendapatkan informasi, Verrips ternyata pernah terlibat perampokan bank di Surabaya pada 20 Desember 1950. “Ia bersama teman-teman penjahat CIA merampok Javasche Bank di Surabaya. Mereka berhasil menggondol Rp 4 juta, yang pada saat itu merupakan jumlah yang sangat besar,” cerita Oltmans.

Perampokan bank itu diceritakan Arthur Ellinger kepada Oltmans. Ellinger pernah mendekam satu sel penjara dengan Verrips di Kalisosok, Surabaya, dan Sukamiskin, Bandung. Ellinger mengatakan, dalam perampokan bank tersebut, Verrips melibatkan dua warga lokal dan selalu menggunakan nama palsu.

Ketika perampokan berlangsung di kantor Javasche Bank (kini Museum Bank Indonesia) di Jalan Garuda No 1, Krembangan, Kota Surabaya, Ellinger menunggu di kedai kopi yang berjarak 50 meter. Dia tengah menunggu instruksi lebih lanjut dan kemudian akan pergi ke Semarang untuk bersembunyi di rumah kos ‘Rose’. Dua hari kemudian, Ellinger diberi sebuah jeriken yang di dalamnya ada uang.

Ellinger ditangkap atas tuduhan kepemilikan senjata api ilegal pada 1953. Ia divonis hukuman 18 tahun penjara. Tapi, karena menyuap, ia dibebaskan pada 1956. Sementara itu, J Spruyt dalam bukunya 'Indonesia, An Alternative History of the Timeless Islands' (1979) menuliskan bahwa aksi nekat perampokan bank itu melibatkan Franks C Starr (agen CIA di Indonesia), Van Harn (orang Belanda), Paul Spies (agen CIA dan Direktur Javasche Bank Jakarta), serta seorang warga Belanda yang bekerja di galangan kapal Angkatan Laut di Surabaya.

Rencananya, uang Rp 4 juta atau setara USD 500 ribu (dengan kurs hari ini setara dengan Rp 7,729 miliar) di dalam jeriken akan diserahkan kepada tangan kanan Verrips di area galangan kapal Angkatan Laut Surabaya. Uang itu akan dibawa kabur ke luar negeri dengan kapal fregat AL Belanda yang masih tersisa. Namun upaya itu gagal.

Dokumen Kemenlu Belanda tahun 1963 tentang kebenaran Werner Verrips mantan agen CIA
Foto: Stichtingargus.nl

Verrips dan komplotannya ditangkap Polisi Militer Indonesia, yang dipimpin oleh Mayor Sutikno Lukitodisastro. Verrips lalu dijatuhi hukuman 8 tahun penjara. Tak lama kemudian, ia dikabarkan menghilang. Sedangkan Van Harn dihukum 4 tahun penjara. Sementara itu, Paul Spies meninggal di Vietnam ketika tengah menjalankan tugas sebagai agen CIA.

Rupanya Verrips diketahui kembali ke negeri asalnya, Negeri Kincir Angin. Di Belanda, Verrips tetap menjalankan tugas intelijen. Saat itulah, Verrips bergabung dengan tim pelobi Belanda dalam sengketa Irian Barat yang dipimpin oleh Paul Rijkens. Tim lobi tersebut digagas oleh Pangeran Bernard. Saking dekatnya dengan Rijkens, Verrips mendapat biaya untuk membeli bungalo di Huis de Heide, Zeist, Utrecht.

Kisah Verrips merampok Javasche Bank pun sempat diceritakan oleh Mayor Sutikno Lukitodisastro ketika bertemu Oltmans di Mesir pada 1957. Sutikno, yang menangkap Verrips, saat itu tengah menjadi anggota Batalion Garuda I (pasukan perdamaian PBB). Oltmans bertemu lagi dengan Sutikno saat menjabat Asisten Atase Militer Kedutaan Besar RI di Washington, Amerika Serikat, pada awal 1960-an.

Sekitar Oktober 1964, Oltmans kembali menerima telepon dari Kolonel Sutikno, yang menyampaikan keinginan Asisten Intelijen Kepala Staf Angkatan Darat Mayjen S Parman untuk bertemu. Oltmans pun bertemu dengan S Parman di Suite Room 1040 Hotel Hilton, New York, pada 18 Oktober 1964. Dalam pertemuan itu, Parman mengakui sudah lama kenal dengan Verrips, sejak tinggal di Indonesia.

Kantor Javasche Bank Cabang Surabaya pada 1910-1950
Foto: Tropenmuseum

Verrips diketahui sangat dekat dengan sejumlah petinggi militer di Indonesia. Saat itu, Parman sempat menelepon Verrips untuk melakukan perjanjian akan bertemu di Belanda atau London, Inggris. Beberapa minggu kemudian, Oltmans malah menerima telepon dari Verrips yang tengah gelisah dan merasa terancam jiwanya.

Enam pekan kemudian, persis 4 Desember 1964, Verrips ditemukan tewas dalam sebuah kecelakaan mobil di jalan raya. “Saya baru tahu bertahun-tahun kemudian bahwa cara melenyapkan agen yang tidak disukai dengan kecelakaan mobil merupakan hal yang biasa dilakukan dalam dinas rahasia,” kata Oltmans.

Satu tahun kemudian, Oltmans lebih terkejut lagi dengan kabar Mayjen S Parman temannya itu terbunuh dalam sebuah peristiwa Gerakan 30 September 1965. Apakah kematian Verrips dan S Parman ada hubungannya? Hingga akhir hayat pada 30 September 2004, Oltmans tak memiliki bukti yang jelas.


Penulis: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE