Ilustrasi: Charles Sobhraj mengaku pedagang permata (coolinterestingstuff.com)
Jumat, 10 Februari 2023Pengadilan Mahkamah Agung Nepal memutuskan membebaskan pembunuh berantai berkebangsaan Prancis, Charles Sobhraj, 78 tahun, pada Rabu, 21 Desember 2022. Sobhraj, yang dijuluki The Serpent (Si Ular), dibebaskan setelah mendekam 19 tahun di penjara Kathmandu atas tuduhan pembunuhan terhadap 20 turis Barat sepanjang 1970-1980-an.
Diberitakan Associated Press dan Agence France Presse, dokumen pengadilan menyebutkan Sobhraj telah menjalani lebih dari 75 persen masa hukumannya selama 20 tahun penjara sejak 2003. Karena itu, ia dinilai memenuhi syarat untuk dibebaskan karena usianya yang tua dan menderita penyakit jantung.
Pria kelahiran Saigon, Vietnam, pada 6 April 1944, dengan nama asli Hotchand Bhawnani Gurmukh Sobhraj itu dijebloskan ke penjara berkeamanan tingkat tinggi atas tuduhan membunuh dua backpacker, yaitu Connie Jo Bronzich asal Amerika dan Laurent Carriere asal Kanada, di ‘Jalur Hippie’ di Nepal pada 1975. Sebelumnya, dia diduga melenyapkan nyawa 20 turis Barat di India, Pakistan, Afghanistan, India, Nepal, Turki, Iran, dan Yunani.
Jejak kejahatan Sobhraj sangat panjang. Ia sudah melakukan pencurian dan perampokan sejak remaja. Hal itu setelah ayahnya, Sobhraj Hatchard Bavani (pengusaha India), bercerai dengan ibunya asal Vietnam, Tran Loang Phun. Ibunya lalu menikah lagi dengan seorang tentara Prancis yang ditugaskan di Vietnam bernama Letnan Alphonse Darreau.
Ayah tiri dan ibunya membawa Sobhraj menetap di Prancis. Kenakalannya semakin menjadi karena hubungan dengan keluarga baru kurang harmonis. Untuk pertama kali, Sobhraj merasakan dinginnya sel tahanan di penjara Poissy, di pinggiran sebelah barat Paris, pada 1963. Ia dituduh mencuri dan divonis dikurung di penjara angker yang dibangun abad ke-16 tersebut.
Charles Sobhraj alias Alan Gautier, si Ular pembunuh turis pada 1970--an
Foto: AFP/Prakash Mathema
Selama di penjara, Sobhraj mendapat simpati dari pemuda kaya yang menjadi relawan bernama Felix d’Esvogne. Sobhraj sering dipinjami berbagai macam bahan bacaan, termasuk buku tentang psikologi dan emosi. Setelah bebas, Sobhraj sering diajak Felix bergaul dengan kalangan atas di Paris.
Tanpa sepengetahuan Felix, Sobhraj justru mulai bersentuhan dengan kelompok kriminal bawah tanah. Ia memanfaatkan orang kaya untuk ditipunya. Saat berumur 25 tahun, Sobhraj kembali masuk bui selama delapan bulan karena mencuri mobil pada 1969. Setahun kemudian, ia menikah dengan gadis cantik yang berasal dari keluarga kaya konservatif bernama Chantal Compagnon pada 1970.
Sobhraj lalu mengajak istrinya yang tengah mengandung anak pertama untuk melanglang buana ke Asia Selatan. Selama perjalanan, Sobhraj terlibat penipuan, pencurian uang, dan paspor milik turis Barat. Hingga akhirnya Sobhraj dan istrinya menetap di Mumbai, India. Di kota itu, Chantal melahirkan putri pertama yang diberi nama Murial Anouk.
Kejahatan Sobhraj di Mumbai mulai meningkat. Ia terlibat operasi penyelundupan dan pencurian mobil. Hingga akhirnya ia ditangkap setelah merampok toko berlian dan batu permata di Hotel Ashoka, New Delhi, pada 1973. Ia berhasil menguras berlian dan permata seharga USD 20 ribu. Di penjara, ia berhasil memalsukan dokumen kesehatan. Ia mengaku sakit radang usus.
Saat berada di rumah sakit untuk menjalani operasi, Sobhraj berhasil membius sipir dan polisi yang menjaga di depan kamarnya. Sobhraj lalu mengajak istri dan anaknya kabur. Tapi Chantal dan putrinya memilih bertobat dan pulang kampung ke Prancis. Sobhraj memilih jalan hidupnya sendiri untuk tetap menipu, mencuri, dan merampok.
Selama dua tahun pelarian, Sobhraj menggunakan identitas palsu sesuai paspor para turis yang dicurinya. Tapi ia kerap menggunakan nama palsu Alan Gautier. Kepada turis calon korbannya, Sobhraj alias Alan mengaku sebagai pedagang berlian dan permata agar korban mudah terpikat. Tentu saja hal itu untuk mengelabui mangsanya yang akan ditipu atau dicuri.
Charles Sobhraj masa remaja pada 1956
Foto: WikiBio
Pada 1975, Sobhraj berkenalan dengan turis perempuan asal Quebec bernama Marie Andree Leclerc di Kashmir, yang berbatasan langsung dengan Pakistan dan China. Ia mengajak Marie sebagai pemandu wisata ke Thailand. Rupanya Marie terpikat pada Sobhraj. Ia pun terlibat aksi jahat Sobhraj dengan menggunakan nama palsu Laddie Du’Parr.
Di Bangkok, Sobhraj dan Marie bertemu dengan Ajay Chowdhury, sesama bromocorah yang sudah lama dikenal Sobhraj. Ketiganya lalu mengajak para turis untuk berbisnis dan traveling bersama. Mereka tak sadar menjadi korban penipuan dan dipalsukan dokumennya. Dari dokumen itulah komplotan penyamun itu leluasa menipu dan mencuri harta para turis Barat.
Pembunuhan pertama yang dilakukan Sobhraj dan Chowdhury dilakukan terhadap turis perempuan muda asal Seattle, AS, bernama Teresa Knowlton. Gadis itu diduga dibunuh, karena mengetahui penipuan yang dilakukan komplotan Sobhraj. Jasadnya ditemukan mengambang di kolam renang dengan pakaian bikini dekat Teluk Thailand pada 1975.
Korban berikutnya turis muda asal Turki bernama Vitali Hakim. Jasadnya ditemukan terbakar di pinggir jalan dekat resor di Kota Pattaya. Sobhraj meracun dua mahasiswa asal Belanda bernama Henk Bintanja dan Cornelia Hemker di apartemen Kanit House, Bangkok, pada 16 Desember 1975. Sobhraj dan Chawdhury lalu menyeret kedua korbanya keluar dari apartemen. Lalu dicekik dan dibakar.
Pada waktu bersamaan, komplotan Sobhraj juga membunuh Charmine Carrou, yang tengah mencari kekasihnya, Vital Hakim, yang hilang. Carrou, yang mencurigai Sobhraj cs, justru ditemukan tewas tenggelam mengenakan pakaian bikini di kolam renang. Lalu turis perempuan bernama Stephani Parry juga ditemukan tewas di kamarnya, diduga dicekik Sobhraj.
Rentetan penemuan jasad para turis itu menggemparkan Thailand. Bahkan sejumlah koran lokal dan internasional menjuluki pelaku pembunuhan berantai yang belum ditemukan itu dengan sebutan The Bikini Killer. Sobhraj dengan santai membaca koran yang memuat berita tentang ulahnya dengan senyuman. Ia tetap waspada dalam aksinya agar tak tertangkap.
Empat turis Barat korban pembunuhan Charles Sobhraj di Thailand
Foto: Bangkok Post/Historyvshollywood
Sobhraj cs masih bebas keluar masuk Thailand menuju beberapa negara untuk menipu, mencuri, bahkan membunuh korban lainnya di sejumlah negara. Seperti Yunani, Turki, Iran, Afganistan, Pakistan, India, Nepal, dan Malaysia. Dua korban yang dibunuh pada tahun yang sama oleh Sobhraj di Kathmandu, Nepal, adalah Connie Jo Bronzich dan Laurent Carriere. Termasuk Avoni Javobs asal Israel, yang dibunuh di Varanasi, India Utara.
Sementara itu, pembunuhan terhadap dua turis asal Negeri Kincir Angin di Thailand menjadi perhatian khusus diplomat Kedutaan Besar Belanda, yaitu Herman Knippenberg. Ia bergerak melakukan investigasi setelah menerima surat keprihatinan keluarga Henk dan Cornelia. Mereka khawatir terhadap nasib kedua mahasiswa yang sudah lama tak ada kabarnya.
Sebab, saat ditemukan, kedua jasad sudah dalam kondisi rusak berat. Aparat keamanan Thailand gagal mengidentifikasi korban dan menduga korban berasal dari Australia. Setelah Knippenberg melakukan upaya pencocokan catatan gigi, akhirnya kedua jasad baru diketahui sebagai sosok Henk dan Cornelia. Knippenberg bersumpah akan terus menyelidiki dan menangkap pelakunya.
Tak beberapa lama, Knippenberg menerima informasi dari turis asal Belgia yang sempat melihat Henk dan Cornelia beberapa kali masuk apartemen Sobhraj yang dikenalnya sebagai Alan Gautier. Di kamar itulah ditemukan sejumlah paspor milik turis lainnya yang hilang. Kecurigaan Knippenberg menguat. Ia melaporkan hal itu kepada polisi Thailand untuk menangkap Sobhraj.
Alan Gautier alias Sobhraj sebenarnya sempat ditangkap oleh polisi Thailand. Tapi, entah mengapa, karena dianggap tak cukup bukti kuat, ia dilepaskan begitu saja. Knippenberg kecewa berat. Ia terus melakukan penyelidikan. Ia berkoordinasi dan bertukar informasi dengan pihak Kedutaan Besar Kanada, Prancis, Amerika Serikat, Turki, dan Israel. Ia juga mengirimkan dokumen kepada penyelidik Federal Bureau of Investigation (FBI).
Sosok Alan Gautier yang tak lain adalah Charles Sobhraj menjadi perhatian khusus Interpol. Ia dipantau setelah berhasil membobol toko permata dan berlian di Hotel Ashoka, New Delhi, India, pada 1973. Interpol tak secara khusus mengaitkan dengan kasus pembunuhan bikini oleh polisi Thailand. Sobhraj selalu bisa mengelabui petugas Interpol yang memburunya.
Connie Jo Bronzich (AS) dan Laurent Carrière (Kanada), korban pembunuhan Charles Sobhraj di Kathmandu, Nepal, pada 1975
Foto: CNN
Karena gerak-geriknya dicurigai, Sobhraj dan Marie kabur ke Bombay, India, pada 1976. Di sana Sobhraj juga membius mati turis asal Prancis bernama Jean-Luc Solomon dan menguras hartanya. Lalu keduanya mengajak dua turis perempuan bernama Mary Ellen Eather dan Barbara Smith menuju New Delhi. Mereka berkomplot hendak menipu rombongan mahasiswa Prancis yang tengah liburan.
Namun rencananya gagal. Shobraj dan kawanannya lalu ditangkap polisi. Ia lalu diganjar hukuman 12 tahun di penjara Tihar sejak 1977. Marie Andree Leclrec juga ditahan sejak 1977 dan baru bebas pada 1983. Ia kembali ke kampungnya di Quebec dan meninggal dunia akibat kanker ovarium pada 1984. Sementara itu, Sobhraj kembali berulah. Ia berhasil kabur dari penjara Tihar ketika masa tahanan baru 9 tahun pada 1986.
Rupanya Sobhraj malah kembali ke Nepal pada 2003. Ia kerap bermain judi di Casino Royal Hotel Yak and Yeti, Kathmandu. Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jejak dan identitas Sobhraj diketahui juga. Ia ditangkap pada 1 September 2003.
Pada 20 Agustus 2004, pengadilan distrik Kathmandu mengganjar Sobhraj hukuman 20 tahun penjara atas kasus Connie Jo Bronzich dan Laurent Carriere pada 1975. Sementara itu, Ajay Chowbhury, teman Sobhraj, terakhir kabur ke Jerman pada 1976. Hingga kini jejaknya tak diketahui.
Penulis: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban