Ilustrasi : Edi Wahyono
Jumat, 6 Januari 2023Rona merah dan oranye sinar matahari mulai tampak di ufuk timur, pertanda waktu pagi segera tiba. Keluarga Arpani, 53 tahun, warga Desa Betung II, Kecamatan Lubuk Keliat, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Rabu, 20 Juli 2022, pukul 05.00 WIB, sudah mulai beraktivitas di dalam rumah.
Sanaria, 37 tahun, dan Husna, 71 tahun. Keduanya adalah istri dan ibu Arpani. Seusai salat Subuh, keduanya segera ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Sedangkan Arpani tengah sibuk di ruang tamu sambil menerima telepon. Beberapa kali telepon selulernya berdering.
Sanaria melihat nada bicara suaminya meninggi dan penuh emosi. Entah siapa lawan bicara di balik telepon suaminya pagi-pagi itu. Arpani, Sanaria, Husna, dan anak Arpani tak menyadari saat itu seseorang tengah mengendap-endap di samping rumah.
Tiba-tiba terdengar suara pintu depan rumah digedor dengan keras. Arpani, yang masih memegang ponselnya, segera menuju ke pintu depan. Begitu pintu itu dibuka, dia melihat sesosok pria berdiri menggunakan penutup kepala atau sebo. Tak hanya itu, pria tak dikenal itu datang menenteng senjata tajam.
Arpani sempat bertanya maksud kedatangan orang itu dengan suara keras. Pria misterius itu malah lari menuju pekarangan. Arpani mengejarnya. Tapi, baru beberapa langkah, pria itu membalikkan badan. Ia langsung mengacungkan pistol. Dor... dor...!!! Terdengar letusan pistol sebanyak dua kali. Arpani ditembak.
Pria yang tercatat sebagai bakal calon Kepala Desa Betung II itu pun langsung sempoyongan. Sanaria dan Husna, yang mendengar suara letusan, segera menuju pekarangan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Keduanya berteriak histeris melihat pria tak dikenal itu tengah menyerang Arpani. Pelaku tengah menghantamkan senjata tajam ke tubuh Arpani hingga tersungkur ke tanah dan bersimbah darah.
Romli, pelaku pembunuhan Arpani
Foto: Istimewa/detikSumut
Kegaduhan yang diawali letusan pistol dua kali itu mengundang warga keluar dari rumah. Beberapa tetangga Arpani melihat aksi pria yang begitu bernafsu menghantamkan senjata tajam ke tubuh Arpani. Melihat aksinya diketahui warga, pria tak dikenal itu langsung mengambil langkah seribu.
Warga mengejarnya hingga batas desa dengan hutan pohon karet. Rupanya orang yang dikejar cukup gesit. Ia lari begitu cepat di tengah rerimbunan pohon dan menghilang tanpa jejak. Warga kembali ke tempat kejadian, melihat keluarga Arpani tengah menangisi tubuh korban yang sudah tak bernyawa akibat luka-luka yang parah.
Laporan atas peristiwa itu tak lama diterima petugas Polsek Tanjung Batu. Dalam hitungan menit, polisi berdatangan ke TKP. Polisi menemukan dua luka tembak di pinggul dan rusuk bagian kanan. Selain itu, terdapat satu luka bacokan di rahang hingga leher bagian kiri, dua luka bacokan di perut sebelah kiri, dan tiga luka bacokan di tangan kiri.
Setelah melakukan olah TKP, polisi langsung mengevakuasi jasad Arpani ke Rumah Sakit Bhayangkara Mohamad Hasan, Palembang, untuk diautopsi. Polisi dari Polsek Tanjung Batu dan Polres Ogan Ilir terus menyisir desa itu hingga siang hari. Anjing pelacak K9 bantuan dari Polda Sumatera Selatan juga diturunkan.
Anjing berwarna hitam jenis Labrador Retriever dikerahkan untuk mencium jejak pelaku di jalanan, rumah warga, hingga ke dalam hutan karet. Tapi hasilnya nihil, jejak pelaku seperti hilang ditelan bumi.
Sebagian warga menduga pembunuhan itu terkait keikutsertaan Arpani dalam pilkades pada Oktober 2022. Korban bersama lima tokoh warga desa memang mendaftar sebagai bakal calon Kepala Desa Betung II. Namun polisi menduga motif pembunuhan tersebut tak ada kaitan dengan pilkades, melainkan lebih pada urusan pribadi.
Arpani, korban pembunuhan
Foto: Oganilirtv.com
"Tapi itu sementara, masih banyak dugaan lain. Kami masih terus mengumpulkan bukti-bukti dan memeriksa saksi-saksi," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Ogan Ilir AKP Regan Kusuma Wardani.
Sejumlah warga dan keluarga dekat Arpani sempat dimintai keterangan sebagai saksi oleh penyidik kepolisian. Tapi tak satu pun menemukan siapa pelakunya. Bahkan Polda Sumsel sampai membentuk tim khusus agar kasus tersebut segera terpecahkan dan menemukan pelaku.
Empat bulan kemudian, kasus tersebut menemukan titik terang. Penyidik mencurigai salah satu saksi yang pernah dimintai keterangan. Orang tersebut langsung dipantau gerak-geriknya secara tertutup. Hingga akhirnya polisi mendapat laporan dari warga bahwa ada orang yang mencurigakan mengendap-endap di sekitar rumah keluarga Arpani pada Jumat, 18 November 2022, pukul 11.40 WIB.
Tak lama polisi datang. Dibantu warga, polisi mengepung orang yang diduga akan mencuri. Terjadilah drama pengejaran polisi dan warga terhadap orang mencurigakan tersebut. Warga sempat ketakutan ketika orang itu mengacungkan senjata tajam. Tapi akhirnya seorang polisi bergumul dan melumpuhkannya.
Begitu dibuka penutup kepalanya, warga terkejut. Ternyata orang itu tak lain adalah Romli, 45 tahun, tetangga mereka sendiri. Setelah ditangkap, Romli mengaku hendak membunuh Jamil, ayah kandung Arpani. Ia juga mengaku telah membunuh Arpani empat bulan lalu. Polisi langsung menggeledah rumah Romli. Polisi akhirnya menemukan pistol rakitan yang digunakan untuk menembak Arpani.
Pistol rakitan yang dibeli seharga Rp 4 juta beserta 8 peluru itu disembunyikan di dalam gundukan tanah yang ditutup rumput di pekarangan rumahnya. Polisi juga mengamankan parang dan baju besi berbahan kawat. Baju itu digunakan sebagai pelindung diri bila mendapatkan serangan balasan dari keluarga Arpani.
"Saat ditangkap, ia (Romli) tengah mengenakan baju tersebut," kata Kepala Polresta Ogan Ilir AKBP Andi Baso Rahman.
Olah TKP polisi di sekitar rumah Arpani, Desa Betung II, Ogan Ilir, Sumsel.
Foto: Istimewa/detikSumut
Warga, keluarga Arpani, dan keluarga Romli terkejut atas apa yang sudah dilakukan Romli. Rumah Arpani dan Romli berjarak 150 meter. Bahkan, setelah kejadian pembunuhan terhadap Arpani, Romli tetap bekerja seperti biasa sebagai petani kebun nanas miliknya. Bahkan ia sempat dimintai keterangan sebagai saksi pada Agustus 2022.
"Kalau saya lihat, tidak ada yang aneh dengan Romli. Dia juga tidak ke mana-mana, tetap di lingkungan desa ini," jelas Rendi, kakak ipar Romli.
Romli selama ini tinggal satu rumah bersama orang tuanya, Rendi, dan istrinya (kakak Romli). Romli, yang berumur 45 tahun, masih hidup melajang. Setelah kejadian pembunuhan terhadap Arpani pun, Romli tak memperlihatkan perilaku mencurigakan.
Kepada polisi, Romli mengaku membunuh Arpani dan berencana membunuh Jamil karena dendam dan sakit hati. Bapak dan anak itu di mata Romli sering mengejek dan mengganggunya. "Saya merasa terancam dan tak mampu mengelak. Saya merasa dikejar-kejar terus, akhirnya melakukan perlawanan," aku Romli.
Romli menjelaskan bentuk pengancaman berupa perusakan sepeda motor miliknya beberapa kali. "Dio (dia) merusak kabel motor aku, memang aku tak pernah melihat, namun aku merasakan seperti itu. Kalau aku lihat atau ada saksi, aku lapor polisi," pungkas Romli.
Atas perbuatannya, Romli oleh penyidik polisi dikenai Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dengan ancaman maksimal hukuman mati.
Penulis: M. Rizal Maslan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim