CRIMESTORY
Apa yang sesungguhnya terjadi di rumah pribadi Ferdy Sambo di Magelang?
Putri Candrawathi (Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jumat, 2 September 2022Brigadir Kepala (Bripka) Ricky Rizal Wibowo dan Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu baru saja selesai melaksanakan tugas mengantar makanan dan kipas angin untuk anak atasannya, Irjen Ferdy Sambo, yang bersekolah di SMA Taruna Nusantara, Magelang. Keduanya singgah di Masjid Agung dekat Alun-alun Magelang untuk menemui pamong atau pengasuh anak Sambo di SMA Taruna Nusantara.
Hari itu Kamis, 7 Juli 2022, sekitar pukul 19.00 WIB. Saat sedang menunggu, tiba-tiba telepon seluler Richard berdering. Di ujung telepon, Putri Candrawathi, istri Sambo, menangis. Ia meminta kedua ajudan tersebut segera pulang. Hanya sekitar 15 menit, Ricky dan Richard tiba di rumah bekas Kadiv Propam Mabes Polri Sambo di Puri Cempaka Residence, Banyurojo, Mertoyudan, Magelang.
Tak ada seorang pun yang dijumpai keduanya ketika masuk ke lantai 1 rumah Sambo yang bercat kuning gading dan cokelat itu. Setelah naik ke lantai 2, keduanya mendapati sisa-sisa ketegangan yang masih terasa di rumah itu. Ricky melihat S, seorang asisten rumah tangga, menangis di ujung tangga. Sementara itu, Kuat Ma’ruf, sopir sekaligus ART kepercayaan Sambo, berdiri di depan pintu kamar tempat Putri beristirahat.
“Ada apa, Om?” tanya Ricky kepada Kuat penuh penasaran. Di kalangan ajudan dan ART Sambo, Kuat dipanggil dengan sebutan ‘om’. Pria asal Banyumas, Jawa Tengah, itu memang sudah bertahun-tahun bekerja pada keluarga Sambo. Kuat mengenal Sambo sejak bosnya itu menjabat Kasat V Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya pada 2009.
Ricky lantas mendengarkan cerita apa yang terjadi dari mulut Kuat. Kuat mengaku sempat melihat Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, ajudan dan sopir Putri, berdiri di tangga. Namun, ketika ia hampiri, Yosua justru berlari menghindar sambil menangis. Kuat kemudian menyuruh S untuk memeriksa kondisi Putri. S mendapati Putri di kamar mandi dengan posisi tergeletak.
Cempaka Residence, kompleks perumahan tempat tinggal Irjen Ferdy Sambo di Magelang.
Foto: Eko Susanto/detikJateng
Namun tidak jelas peristiwa apa yang baru dialami Putri. Ricky, dalam persidangan etik Sambo yang digelar pada pekan lalu dan materinya didapat detikX, mengatakan sempat bertanya langsung kepada Putri. Namun Putri enggan berterus terang dan justru menanyakan keberadaan Yosua. Ricky pun lalu mengkonfirmasi kepada Yosua, yang sudah pergi ke rumah tetangga.
“Ada apa, sih, Yos?” Ricky bertanya. “Nggak tahu, Bang, kenapa Kuat tiba-tiba marah dengan saya?” jawab Yosua. Yosua diberi tahu Ricky bahwa ia dipanggil Putri, namun menolak. Setelah dibujuk, Yosua akhirnya bersedia. Menurut Ricky, Yosua diajak bicara empat mata oleh Putri. Ia tak bisa menguping karena berjaga di dekat pintu kamar.
Kuat juga tidak menyebutkan perbuatan apa yang telah dilakukan Yosua kepada Putri. Sebelum kejadian menjelang petang hari itu, menurut Kuat, S memberi tahu dia bahwa Yosua sempat marah-marah dengan membanting pintu dapur. Namun ia menanggapi seadanya aduan S itu karena sibuk menelepon.
Setelah selesai menelepon di teras rumah, Kuat menengok ke dalam dan melihat dari balik kaca Yosua sedang turun dari tangga. Merasa ada sesuatu yang ganjil, Kuat meneriaki Yosua sambil menggedor-gedor kaca. Yosua, yang bergeming dari panggilan Kuat, berlari ke arah dapur yang tembus ke garasi mobil. Ketika berhadap-hadapan dengannya di garasi, Yosua berbalik sambil berlari.
Ketika Kuat hendak mengangkat Putri dari kamar mandi bersama S, Yosua kembali mendatangi mereka. Tanpa dimintanya, Yosua berusaha menjernihkan perkara yang melibatkan dirinya. “Bisa saya jelaskan, Om. Bisa saya jelaskan,” kata Yosua seperti ditirukan Kuat saat memberikan kesaksian dalam sidang etik Sambo.
Irjen Ferdy Sambo yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Brigadir Yosua
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
“Di situ saya emosi. Saya turun. ‘Ibu kamu apain?’ Tapi Yosua malah berlari ke arah dapur lagi. Di situ kan ada meja makan, saya spontan ambil pisau. Saya kantongi pisau itu dan balik lagi ke atas mengangkat Ibu bareng S. Karena S, kan, perempuan, saya bantu (mengangkat) dari belakang,” ucap Kuat.
Kuat mengaku juga ingin bertanya tentang perbuatan Yosua kepada Putri, namun tak berani. Putri pun banyak diam sambil terus meneteskan air mata. Putri hanya mengatakan Yosua telah berlaku sadis. Kuat lalu menyarankan agar Putri melaporkan kejadian pada hari itu kepada Sambo.
“Setelah saya ngomong seperti itu, Yosua manggil-manggil saya dari bawah sambil menangis, ‘Om… Om….’ Yosua lalu berdiri di depan kamar. Saya bilang ‘tutup’ (pintu). Saya takut dia bawa senjata nembak aja,” kata Kuat.
Menurut Kuat, gelagat yang menurutnya tak baik sudah ditunjukkan Yosua pada Senin, 4 Juli, di rumah Sambo. Ketika itu, Putri, yang sedang sakit, berbaring di sofa ruang tamu. Tak berselang lama, Yosua masuk dan sekonyong-konyong hendak membopong Putri untuk pindah ke kamar.
“Lho, kok, di sini? Kalau sakit, nggak di sinilah, di kamar,” kata Yosua seperti diceritakan Kuat. Kuat, yang kaget Yosua main angkat tubuh Putri, kemudian menegur. “Lho, ini Ibu, lho. Kamu (Yosua) siapa?” ucap Kuat kepada Yosua. “Saya tidak suka perlakuan Yosua,” begitu kata Kuat. Kuat mengklaim Putri juga tidak suka terhadap perlakuan Yosua.
Pascakejadian itu, senjata yang dikuasai oleh Yosua, yaitu pistol HS-9 dan senjata laras panjang, disita oleh Ricky. Putri menasihati Kuat agar tidak ribut dengan Yosua dan menyelesaikan masalah secara baik-baik. Dalam perjalanan pulang ke Jakarta pada 8 Juli 2022, Yosua tidak lagi menyopiri Putri.
Baca Juga : Bersih-bersih Darah Geng Sambo
Rekonstruksi ketika Kuat Ma'ruf berdialog dengan Putri Candrawathi saat di Magelang
Foto: Istimewa
Ketika rombongan tiba di Jakarta, Sambo, yang telah mendengar aduan Putri dan merancang pembunuhan terhadap Yosua, menginterogasi Yosua, ajudan yang sebetulnya paling dia andalkan. Peristiwa itu terjadi di rumah dinas Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, sore hari.
“Kamu tega sekali sama saya. Kamu kurang ajar sekali sama saya,” ucap Sambo seperti yang terungkap dalam persidangan etik.
“Tega apa, Komandan?” jawab Yosua.
“Kamu kurang ajar sama Ibu,” timpal Sambo.
“Kurang ajar apa, Komandan?” jawab Yosua lagi.
Mendengar jawaban Yosua yang terkesan merasa tidak bersalah dan justru menantang itu, Sambo naik pitam. Ia memerintahkan Yosua untuk jongkok. “Jongkok, kamu, jongkok!” perintah Sambo. Lantas terjadilah penembakan terhadap Yosua.
Dalam salah satu kesimpulan penyelidikan kasus pembunuhan Yosua, Komnas HAM menyatakan ada dugaan kuat terjadinya kekerasan seksual yang dilakukan Yosua kepada Putri di Magelang. Dugaan pelecehan seksual yang disebut Sambo ‘merendahkan harkat dan martabat keluarga’ itu jugalah yang melatari Sambo membunuh Yosua.
Di lain pihak, Komnas Perempuan juga menemukan adanya pelecehan seksual terhadap Putri yang perlu ditindaklanjuti oleh penyidik kepolisian. Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani mengatakan Putri sebelumnya mengaku enggan melaporkan kekerasan seksual itu karena malu dan takut terhadap ancaman pelaku.
Baca Juga : Akhir Tragis Ajudan Kesayangan
Komnas HAM menunjukkan foto Brigadir Yosua setelah ditembak
Foto: Anggi/detikcom
“Dalam kasus ini, posisi sebagai seorang istri seorang petinggi kepolisian pada usia menjelang 50 tahun, memiliki anak perempuan, maupun rasa takut kepada ancaman, dan menyalahkan diri sendiri, sehingga merasa lebih baik mati. Ini disampaikan berkali-kali,” kata Andy.
Pengacara Yosua, Johnson Panjaitan, merasa heran terhadap temuan lembaga-lembaga tersebut. Ia mempertanyakan data-data yang diperoleh oleh Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk mengambil kesimpulan itu. Sebab, dalam rekonstruksi pembunuhan Yosua yang telah digelar, tidak ada soal pelecehan seksual tersebut. Pelecehan seksual sebelumnya juga bagian dari skenario kebohongan yang dilakukan Sambo.
Adapun Mabes Polri menyatakan temuan dugaan pelecehan seksual tersebut akan ditindaklanjuti. Pendalaman atas kasus itu akan dilakukan berdasarkan pada alat bukti dan fakta-fakta. “Dan apa pun hasil pendalaman akan didasari fakta dan alat bukti yang ada,” kata Kabareskrim Komjen Agus Andrianto.
Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto, Rani Rahayu
Redaktur: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho