Ilustrasi: Edi Wahyono
Jumat, 29 Juli 2022Saban hari, Rina Wulandari mengantar dan menjemput putrinya bersekolah. Dengan sepeda motornya, perempuan berusia 34 tahun itu mengantar-jemput putrinya ke Sekolah Dasar Srondol Wetan dari rumahnya di Jalan Cemara III, RT 008 RW 03, Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah.
Tapi Senin, 18 Juli 2022, menjadi hari yang kelabu dalam rutinitas sehari-hari Rina. Tanpa disadari, gerak-geriknya dipantau empat laki-laki dewasa. Mereka menunggu di pertigaan Jalan Cemara III. Ada yang mengenakan jaket hoodie, helm, serta penutup wajah.
Jam menunjukkan pukul 11.30 WIB. Dari kamera CCTV di rumah Rina dan tetangganya, terlihat jelas empat pria yang menunggang dua sepeda motor Kawasaki Ninja dan Honda Beat tanpa pelat nomor mengendap-endap di pertigaan. Mereka melihat Rina pergi menjemput anak.
Tak beberapa lama, Rina pulang. Begitu sampai di depan rumahnya, tiba-tiba ia dipepet penunggang Kawasaki Ninja. Secepat kilat, orang yang diboncengkan motor itu mengeluarkan pistol dari balik bajunya. Dor! Suara tembakan terdengar. Rina meraba-raba bagian perutnya. Dua pelaku itu langsung tancap gas.
Saat Rina turun dari motornya, rupanya pelaku penembakan kembali lagi. Spontan Rina melawan dengan memukulkan tas sekolah anaknya ke pelaku. Terdengar kembali suara letusan pistol. Rina langsung ambruk begitu masuk pelataran rumahnya.
Saat kejadian, jalanan di lingkungan perumahan itu sepi. ZA, salah satu pekerja di rumah Rina, terkejut mengetahui majikannya itu terkapar di lantai. Ia berteriak sehingga suami Rina, Muslimin (35), datang. Sebelumnya, Muslimin tengah berada di lantai 2 rumahnya.
Muslimin, yang merupakan anggota Batalion Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) 15/Dahana Bhaladika Yudha (DBY) Kodam IV/Diponegoro, segera membawa istrinya ke Rumah Sakit Hermina Banyumanik. ZA mendampingi personel TNI berpangkat kopral dua (kopda) itu ke rumah sakit.
Kopda Muslimin
Foto: Dok Kodam Diponegoro
Tak lama setelah penembakan terjadi, peristiwa itu dilaporkan kepada polisi, seperti yang tercantum dalam laporan polisi bernomor LP/B/36/VII/2022/Polsek Banyumanik. Polisi dan anggota TNI pun lantas berdatangan ke tempat kejadian perkara.
Polisi membentuk tim untuk mengejar komplotan penembak Rina. Sejak awal, polisi menduga para pelaku merupakan pembunuh bayaran. Sebab, berdasarkan rekaman CCTV yang berada di lokasi, terlihat mereka melakukan aksinya sambil menelepon seseorang. Dari gestur, cara jalan, bahasa tubuh, ini bukan orang terlatih. Jadi diduga kuat ini kelompok sipil bayaran.
"Sepertinya ada komando melalui telepon karena pas kurang lebih tiga menit di situ sebelum kejadian,” ungkap Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar, Kamis, 21 Juli 2022.
Tiga hari kemudian, polisi mengendus pelaku. Pertama yang ditangkap adalah Sugiono bin Masroni alias Babi (41), warga Demak. Ia ditangkap personel Unit Resmob Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Semarang di Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, pada Kamis, 21 Juli 2022, pukul 20.00 WIB. Polisi menembak kaki Sugiono karena hendak kabur.
Keesokan harinya, polisi menangkap empat pelaku lagi. Mereka adalah Agus Santoso alias Gondrong (43), warga Magetan, yang ditangkap di Babat, Kebon Agung, Demak, Jumat, 22 Juli 2022 pukul 13.00 WIB. Lalu Supriyono alias Sirun (41) dan Ponco Aji Nugroho (25). Kedua warga Semarang itu ditangkap di sebuah masjid di Jatinom, Klaten, Jumat, 22 Juli 2022 pukul 15.00 WIB. Terakhir adalah Dwi Sulistiyo alias Plenton (37), yang ditangkap di Dusun Gupak, Kelurahan Dukoh, Kecamatan Tangen, Sragen, pada Jumat, 22 Juli 2022, pukul 20.00 WIB. Plenton merupakan tersangka yang menyediakan pistol untuk membunuh Rina.
Ketika pelaku lapangan sudah ditangkap, polisi curiga keterlibatan Muslimin sebagai otak pembunuhan berencana. Sebab, Muslimin menghilang setelah mengantarkan istrinya ke rumah sakit. Karena itu, dibentuk tim gabungan TNI-Polri untuk memburunya.
Para eksekutor penembakan istri Kopda Muslimin
Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng
“Itu kan sudah pemeriksaan bukan hanya saksi, tapi juga dari elektronik dan semua mengarah ke sana. Jadi itulah yang kami dapatkan sejauh ini. Hanya sekarang kan suami korban ini at large atau lari, dan ini sedang kita cari,” terang Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa di Mako Kolinlamil, Jakarta Utara, Jumat, 22 Juli 2022.
Kodam IV/Diponegoro menyebarkan foto Muslimin yang jadi buron. Dari keterangan pelaku, dua-tiga pekan sebelum penembakan, Muslimin meminta tolong kepada Sugiono untuk membunuh Rina. Sugiono kemudian mendatangi Agus di Magetan. Ia bilang ada seseorang yang meminta tolong untuk membunuh dan ada imbalannya. Sugiono dan Agus bertemu dengan Muslimin keesokan harinya.
Kepada Agus dan Sugiono, Muslimin mengaku berniat membunuh Rina karena merasa sudah tak tahan dikekang oleh istrinya itu. Kepada kedua pembunuh bayaran itu, Muslimin menjanjikan upah Rp 120 juta plus sebuah mobil. Tergiur, Agus dan Sugiono pun menyanggupi permintaan Muslimin.
Awalnya, Agus usul agar Rina diracun dengan air kecubung. Muslimin diberi air kecubung untuk diberikan kepada istrinya. Tapi, beberapa hari kemudian, Muslimin menelepon Agus dan bilang tak tega meracuni istrinya. Baru pada 11 Juli 2022, Muslimin minta kembali kepada Sugiono dan Agus untuk menembak saja istrinya.
Agus lalu menghubungi Dwi untuk mencarikan pistol. Baru pada 16 Juli 2022, Dwi mendapat pistol merek P1 kaliber 9 milimeter plus empat butir peluru. Agus mengajak Dwi menemui Sugiono di Padasan Simongan. Saat itu Sugiono membeli pistol tersebut seharga Rp 2 juta.
Keesokan harinya, Minggu, 17 Juli 2022, Sugiono merekrut Ponco dan Supriyono alias Sirun untuk melancarkan aksinya. Keempatnya berkumpul di rumah Sugiono untuk membuat strategi dan mematangkan rencana penembakan. Sugiono menunjuk Ponco sebagai joki Kawasaki Ninja warna hijau. Sedangkan Supriyono joki Honda Beat Street warna hitam.
Sugiono sendiri berperan menjadi eksekutor. Sedangkan Agus dan Supriono bertugas mengawasi situasi di sekitar rumah Rina. Sebelum beraksi, pelat nomor kedua motor dicopot supaya tak terlacak. “Saya disuruh membunuh. Ditembak di bagian kepalanya,” kata Sugiono seperti dikutip CNN Indonesia.
Begitu sampai di TKP, Sugiono terus berkomunikasi dengan Muslimin. Muslimin memberi tahu istrinya sebentar lagi akan keluar dari rumah untuk menjemput anaknya. Ia memberi arahan kepada Sugiono agar menembak kepala istrinya dan tak melukai anaknya.
Detik-detik sebelum istri Kopda Muslimin ditembak pembunuh bayaran
Foto: CNN Indonesia
Namun Sugiono menembak Rina di bagian perut karena tidak tega. Karena tak seusai perintah, Muslimin menelepon Sugiono agar kembali dan menembak Rina sesuai apa yang dia inginkan, tapi tembakan kedua meleset. Sugiono dan Ponco langsung kabur.
Seusai penembakan, komplotan itu berpencar. Agus dan Supriyono menuju Sayung, Demak, dan menunggu di rumah Sugiono. Sedangkan Sugiono dan Ponco bertemu dengan Muslimin di Terminal Sukun, Banyumanik, untuk menerima upah yang telah dijanjikan sebesar Rp 120 juta.
Polisi menyebut uang Rp 120 juta itu berasal dari pinjaman Muslimin kepada mertuanya, orang tua Rina. Muslimin beralasan butuh biaya pengobatan. “Jadi salah satu asisten rumah tangga di rumah Kopda Muslimin ini ditelepon untuk meminta uang kepada ibu mertuanya guna biaya rumah sakit,” kata Irwan.
Muslimin meminta kepada asistennya kembali meminta uang kepada mertuanya sebesar Rp 90 juta dengan alasan biaya rumah sakit masih kurang. “Ternyata Rp 120 juta diberikan kepada para pelaku penembakan, sedangkan Rp 90 juta digunakan untuk melarikan diri,” imbuhnya.
Muslimin kabur ke Wonosobo bersama kekasih gelapnya yang berinisial R. Di Wonosobo, Muslimin berterus terang soal perbuatannya menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh istrinya. Muslimin juga mengajak R untuk hidup berdua di Wonosobo. Namun, setelah mengetahui cerita itu, R menolak. Muslimin kemudian pergi meninggalkan R di Wonosobo.
Setelah 10 hari jadi buron, Muslimin pulang ke rumah orang tuanya di Gang Adem Ayem, Kelurahan Trompo, Kecamatan Kota Kendal, Kendal, pada Kamis, 28 Juli 2022, pukul 05.30 WIB. Ia datang dengan mengendarai motor skutik Yamaha Mio berpelat nomor AA-2703-NC. Ia datang meminta maaf kepada kedua orang tuanya dengan kondisi muntah-muntah.
“Kopda Muslimin datang ke rumah orang tuanya sekitar pukul 05.30 WIB. Kemudian Kopda Muslimin dan keluarganya ngobrol dan meminta maaf atas perbuatannya. Ayahnya juga menasihati dan menyuruh agar dia menyerahkan diri kepada pihak berwajib,” kata Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi, Kamis, 28 Juni 2022.
Tak lama, Muslimin masuk ke kamarnya dan berbaring di tempat tidur. Dua jam kemudian, tepat pukul 07.00 WIB, Muslimin ditemukan meninggal dunia. Diduga ia menenggak racun sebelum bertemu dengan orang tuanya. Adik Muslimin lantas melaporkan kejadian itu ke Kodim 0715/Kendal.
Penulis: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho