CRIMESTORY

Cinta Mat Peci Bersemi di Pelacuran

Putus cinta mengubah Mat Peci menjadi legenda begal di Bandung dan Garut pada 1970-an. Bertemu lagi dengan mantan kekasihnya di kawasan pelacuran di Bandung. 

Ilustrasi: Edi Wahyono

Jumat, 18 Februari 2022

Mat Peci licin bak belut. Bandit nomor wahid asal Garut, Jawa Barat, ini pandai menyembunyikan dirinya. Ia tak pernah tinggal di satu tempat. Tapi tempat favoritnya yang dianggap aman adalah lokalisasi di Cicadas, Bandung. Sejak 1970-an terjun ke dunia hitam, pria yang dijuluki si jago tembak itu selalu datang ke rumah bordil.

Pria bernama asli Mamat kelahiran Leuwigoong (dulu masih masuk wilayah Kecamatan Leles) pada 1943 ini tak memiliki istri. Sejak putus cinta dengan gadis pujaannya, Euis, Mat Peci tak tertarik mencintai perempuan lain. Mat Peci tak pernah lagi bertemu dengan Euis sejak orang tuanya tak merestui hubungan mereka.

Sejak kabur dari Lembaga Pemasyarakatan Cirebon dan membunuh polisi di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Mat Peci sering bersembunyi di tempat pelacuran. Setelah melakukan perampokan dan pembunuhan terhadap karyawan yang baru mengambil uang di Bank Karya Pembangunan, Jalan Naripan, Kota Bandung, 10 Desember 1977, ia biasa menghambur-hamburkan uang jarahannya di tempat itu.

Mat Peci dan kawanannya bersenang-senang di rumah bordil di Cicadas. Mereka memilih perempuan muda dan cantik masuk ke bilik kamar cinta. Mat Peci mendengar informasi dari muncikari bahwa ada gadis baru di tempat itu. Dahinya mengkerut ketika si muncikari menyebut nama perempuan baru itu Euis. 

Mat Peci langsung memburu ke kamar di lantai dua rumah bordil tersebut tempat perempuan itu tinggal. Benar saja, begitu pintu dibuka, alangkah terkejutnya Mat Peci, ternyata perempuan itu Euis, kekasihnya yang lama ditinggalkannya. Euis menangis menyesali dirinya terjerembap ke lembah hitam sebagai pelacur.

Rakit lalayaran di Situ Cangkuang, Garut.
Foto: Kurnia/detiktravel

Walau menjadi bandit sadis, hati Mat Peci luluh melihat kenyataan nasib yang menimpa mantan kekasihnya itu. Euis sepeninggal dirinya dijodohkan dan dinikahkan dengan pemuda pilihan orang tuanya. Tapi pria itu kecewa ternyata Euis sudah tak suci lagi dan diceraikan. Ia pun diusir keluarganya, karena dianggap membuat malu keluarga.

“Untuk bisa meninggalkan tempat terkutuk ini, Akang berjanji akan memberi uang,” ucap Mat Peci kepada Euis seperti tergambar dalam cuplikan adegan film 'Mat Peci' pada 1978. Film itu diangkat dari kisah nyata Mat Peci.

Cinta Mat Peci kepada Euis kembali bersemi kembali di rumah bordil itu. Mat Peci bersama komplotannya giat melakukan pembegalan di sejumlah tempat. Mat Peci ingin mengumpulkan uang agar bisa membawa Euis keluar dari rumah bordil. Ia terus melakukan pembegalan di beberapa tempat.

Dua kasus terbesar adalah kasus penembakan terhadap nasabah Bank BNI di Jalan Ir Juanda, Dago, Bandung, akhir Desember 1977. Beberapa minggu kemudian, ia menembak mati pasangan suami-istri yang baru mengambil uang dari bank di rumahnya di Jalan Pasir Kaliki No 54, Bandung, pada 14 Januari 1978.

Saat itu polisi reserse yang dipimpin langsung Komandan Kesatuan Serse Kota Besar Kepolisian Bandung Mayor Toni Sugiarto membuat tim khusus memburunya. Beberapa anak buah Mat Peci ditangkap di kawasan Cicadas dan pinggiran Kota Bandung. Sejak itu, Mat Peci malah kesulitan bertemu dengan Euis.

Sejarawan Garut, Warjita
Foto: dok. pribadi

Mat Peci kabur ke kampung halaman orang tuanya di Leuwigoong, Garut. Ia tewas saat akan ditangkap anggota kepolisian Polsek Leuwigoong, Sersan Bana dan Banpol (Bantuan Polisi) Entik. Mat Peci tewas diberondong senjata Carl Gustav milik Entik di Stasiun Leuwigoong pada 4 Februari 1978 saat umurnya genap 35 tahun. Euis bersedih untuk kedua kalinya ditinggal sang kekasih yang dia cintai.

Kisah Mat Peci dan Euis ini memunculkan mitos baru di Garut. Kedua pasangan kekasih ini dianggap pernah melanggar larangan untuk tidak naik lalayaran (rakit) di Situ (Danau) Cangkuang. Akibat berani berpacaran, hubungan mereka putus. Padahal mitos sebenarnya adalah soal larangan berpacaran saat berkunjung atau berziarah ke makam Embah Dalem Arif Muhammad, yang berada di dekat Candi Cangkuang.

“Tapi alasan yang paling logis adalah tidak direstui oleh orang tua perempuan,” kata sejarawan asal Garut, Warjita, saat dihubungi detikX di Garut, Jumat, 18 Februari 2022. 

Pertemuan Mat Peci dan Euis dalam film 'Mat Peci' pada 1978. 
Foto: YouTube

Mat Peci tak disukai orang tua Euis karena dianggap sebagai anak nakal. Padahal sebenarnya Mat Peci berasal keluarga berada di Leuwigoong, Garut. Ibunya menikah dengan orang Bandung. Sebenarnya Mat Peci dibesarkan di Bandung bersama kedua orang tuanya. Mat Peci dari garis keturunan ibunya merupakan cucu seorang kiai atau ajengan di Leuwigoong.

“Kakeknya kiai, cuma memang katanya agak bandel. Bandel, nakal, dalam artian nakal anak kecil. Ada sisi baiknya juga, dia suka menolong sesama,” terang Warjita. 


Reporter: Hakim Gani (Garut)
Penulis: M Rizal Maslan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE