CRIME STORY

Terlilit Utang,
Nyawa Suami dan Anak Melayang

“Kenapa jus ini sedikit pahit, ya? Nggak seperti biasanya.”

Ilustrasi : Edi Wahyono

Jumat, 30 Agustus 2019

Usia pernikahan Edi Chandra Purnama atau Pupung Sadili, 54 tahun, dan Aulia Kesuma, 45 tahun, telah genap sembilan tahun. Status saat kedua menikah pada 2010 adalah sebagai duda dan janda. Kedua pasangan ini lalu tinggal bersama di rumah Pupung yang terletak di Jalan Lebak Bulus I Kav 29 Blok B/U No. 15, RT 03/RW 05, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.

Di rumah itu, tak hanya Pupung dan Aulia yang tinggal. Tapi ada juga Muhammad Adi Pradana atau Dana, 23 tahun, anak sulung Pupung dari hasil pernikahan dengan istri pertamanya. Sementara anak perempuannya tinggal bersama mantan istrinya. Pupung dan Aulia dikarunia anak perempuan berumur empat tahun bernama Bunga.

Aulia sebenarnya sudah memiliki anak lelaki dari hasil pernikahan dengan suami pertamanya, yaitu Geovani Kelvin, 25 tahun. Tapi Kelvin bersama adiknya tinggal di sebuah apartemen di Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat. Kelvin sering mengunjungi ibunya, serta ayah dan saudara tirinya ke Lebak Bulus. Tapi rupanya, hubungan antara ibu, ayah dan saudara tiri ini kurang harmonis.

Pupung bukan orang biasa. Selain sebagai wirausahawan, ia terkenal sebagai pendiri Komunitas Bumi Datar (Flat Earth 101). Begitu juga dengan Dana yang dikenal sebagai co-founder-nya. Kedua nama ini dikenal di kalangan penganut Bumi Datar, seperti organisasi Indonesia Flat Eart Research (IFER). “Beliau (Pupung) sebagai founder FE 101,” ungkap Chief Executive Officer dan pendiri IFER Wahidin Amir yang dihubungi detikX, Rabu, 28 Agustus 2019.

Aulia Kesuma
Foto : Istimewa

Edhi Chandra Purnama alias Pupung
Foto : Istimewa


Anggota dan masyarakat kaget melihat ada dua sosok mayat yang berada di tengah dan belakang. Tim melakukan cek dan olah TKP, kami melakukan olah TKP bersama Satuan Reskrim.”

Sementara pekerjaan Aulia sendiri belum diketahui jelas. Hanya saja, dalam akun Facebook-nya Aulia Mei Nei yang sempat dilongok detikX disebutkan bekerja sebagai Coordinator Keuangan di sebuah perusahaan pertambangan. Sebetulnya, keluarga ini terbilang hidup berkecukupan, kalau tak mau disebut kaya raya.

Dari waktu ke waktu hubungan keluarga ini mulai rentan percekcokan. Apalagi kalau bukan hubungan orangtua dengan anak-anak tirinya. Ditambah muncul persoalan jeratan utang Rp 10 miliar yang ditanggung Aulia. Ia punya utang Rp 2,5 miliar di Bank Danamon atas nama dirinya dan Pupung. Sementara di Bank BRI Rp 7 miliar. Belum lagi tagihan kartu kredit yang mencapai Rp 500 juta. Semua pinjaman itu didapatkan dengan menjaminkan rumah yang mereka tinggali.

Rencananya pinjaman itu akan digunakan untuk membuka usaha baru restoran di kawasan Pondok Labu. Sayang, usaha restoran tak kunjung terealisasi. Uang pinjaman pun mulai habis entah buat apa. Sementara, Aulia mulai kewalahan harus menanggung pembayaran cicilan Rp 200 juta perbulan dari semua utangnya itu. Karena itulah, ia meminta kepada suaminya agar menjual rumahnya untuk menutupi utang itu.

Pupung marah dan tak menyetujui ide itu. Alasannya rumah yang mereka tinggali adalah milik warisan keluarga. Ide Aulia ini juga ditentang keras oleh anak tirinya, Dana. Aulia pun sering merajuk kepada suaminya, tapi tak pernah berhasil meluluhkan hatinya. Suami dan anak tirinya itu tetap teguh tak akan menjual rumah itu membuat Aulia kesal. Bahkan perempuan berkerudung ini sakit hati dengan sikap suami dan anak tirinya.

Aulia yang mulai kalut dan gelap mata, sempat menghubungi mantan asisten rumah tangganya, Karsini dan suaminya Rodi pada pertengahan Juli 2019. Ia minta dicarikan paranormal (dukun) untuk mengguna-guna Pupung supaya hatinya luluh mau menjual rumahnya. Tapi, rencana itu juga tak teralisasi. Aulia semakin kepepet, entah sudah dirasuki setan mana, ia mulai berniat jahat untuk membunuh suami dan anak tirinya itu.

Muhammad Adi Pradana
Foto : Istimewa

Kembali Aulia menghubungi Karsini dan Rodi untuk mencarikan orang yang mau membunuh Pupung dan Dana pada tanggal 8 Agustus 2019. Aulia menjanjikan uang Rp 500 juta bila ada orang yang sungguh-sungguh mau membunuh suami dan anak tirinya itu. Pasalnya, Pupung dan Dana juga dikenal sebagai pesilat aliran Cimande, sehingga harus orang yang sungguh-sungguh dan berani melenyapkan nyawa keduanya.

Rodi sanggup mencarikan pembunuh bayaran. Tetapi ia sebelumnya meminta sejumlah uang untuk membeli senjata api dan peluru. Rodi sendiri akhirnya mengajak Agus, Sugeng dan Alpa, yang pekerjaannya sebagai buruh serabutan di Lampung Timur. Keempatnya diantar Karsini menuju Jakarta pada Jumat, 23 Agustus 2019. Mereka ditempatkan dan disewakan kamar di Hotel Oyo 121, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Siangnya, mereka langsung bertemu dengan Aulia di salah satu apartemen di kawasan Kalibata.

Rencana untuk menembak mati Pupung dan Dana berubah dalam rapat itu. Mereka memutuskan untuk meracun Pupung dan Dana. Saat itu, Aulia sempat membeli sepuluh butir obat tidur, beberapa obat nyamuk, dan tak lupa membeli jus tomat dan timur kegemaran suami dan anak tirinya di sekitaran apartemen tersebut.

Setelah matang dan siap, Aulia lalu menyembunyikan Rodi, Agus, Sugeng dan Alpa di belakang mobil Toyota Cayla warna hitam miliknya. Mereka bergerak dari Kalibata menuju Lebak Bulus. Tapi sampai Pasar Minggu, mendadak Alpa penyakit ayan-nya kumat parah. Sehingga Alpa ditemani Rodi kembali ke hotelnya. Aulia tetap menjalankan rencananya itu dengan membawa Agus dan Sugeng.

Hari sudah mulai gelap ketika Aulia sampai ke rumahnya di Lebak Bulus. Ia langsung memarkirkan mobilnya di dalam garasi yang tertutup dan menyembunyikan Agus dan Sugeng. Di ruang tengah, Aulia menemui suaminya, Pupung yang tengah menonton televisi. Saat itu, langsung menyerahkan jus kesukaan suaminya yang telah dicampuri obat tidur. Setelah itu, Aulia meminta pembantunya Dela membawa anaknya Bunga ke kamar belakang. Kamar itu langsung dikunci oleh Aulia dari luar.

Setelah itu Aulia dan Pupung ngobrol hingga larut malam. Pupung sempat berkata, “kenapa jus ini sedikit pahit, ya? Nggak seperti biasanya.” Aulia menjawab jus tersebut dicampuri sayuran sehingga agak sedikit pahit. Tanpa curiga Pupung meminum habis jus itu. Tepat pukul 21.30 WIB, Aulia mengajak Pupun ke kamar tidurnya. Keduanya sempat melakukan hubungan intim dengan maksud Pupung bisa tidur dengan cepat.

Setelah bercinta, Pupung melakukan senam yoga di lantai hingga ia tertidur. Aulia terus memantau kondisi suaminya itu apakah sudah benar-benar tertelap atau belum. Yakin setelah terlelap, Aulia memanggil Agus dan Sugeng yang bersembunyi di garasi. Saat itu juga, Aulia membekap wajah suaminya dengan handuk basah yang sudah diguyur alkohol oleh Agus dan Sugeng. Nyawa Pupung pun meregang.

Setelah itu, Aulia menyembunyikan Agus dan Sugeng di salah satu ruangan di lantai dua untuk menunggu Dana pulang. Tiba-tiba, Kelvin datang dan diberitahukan Aulia bawah ayah tirinya sudah dibunuh. Kelvin pun diminta untuk membantu membuhuh saudara tirinya, Dana. Tepat Sabtu, 24 Agustus 2019 pukul 02.00 WIB, Dana pulang dengan menggunakan motornya. Ia langsung masuk rumah dan menuju kulkas untuk mengambil jus, yang sudah dicampuri obat tidur oleh Aulia. Tanpa curiga, Dana masuk kamarnya di lantai dua dan meminum jus itu. Kelvin langsung menghampirinya Dana. Keduanya mengobrol sambil main game di kamar itu hingga Dana tertidur.

Aulia Kesuma saat setelah ditangkap polisi.
Foto : Dok Detikcom

Kelvin lalu ke luar kamar menghampiri ibunya sambil menunggu kondisi Dana. Tepat pukul 04.00 WIB, Aulia, Kelvin, Agus dan Sugeng mengendap-ngendap masuk kamar Dana yang sudah tertidur. Mereka langsung menyergapnya. Kelvin membekap wajah Dana dengan handuk basah alkohol, sementara yang lain memegangi tubuh korban. Dana pun akhirnya meninggal.

Setelah menjalankan aksinya, mereka istirahat hingga pagi. Pukul 09.00 WIB, jasad Pupung dan Dana digotong ke garasi. Jasad Pupung ditaruh di kolong mobil, sementara Dana di bagian belakang mobil. Setelah itu Agus dan Sugeng menyalakan obat nyamuk dan menyimpan beberapa pentul korek api di atas botol bensin. Mereka hendak merekayasa seolah-olah kedua jasad itu korban kebakaran. Keduanya juga menaruh obat nyamuk dan bensin di kamar Aulia dan Dana di lantai atas.

Pukul 11.00 WIB, mereka meninggalkan rumah itu. Agus dan Sugeng diantarkan ke SPBU di Lebak Bulus untuk pulang ke Lampung. Mereka dibelikan tiket dan uang Rp 10 juta. Keduanya dijanjikan masing-masing akan menerima uang Rp 200 juta setelah rumah laku terjual. Aulia dan Kelvin berpisah. Aulia membawa anaknya Bunga dan pembantunya Dela ke apartemennya, sementara Kelvin pulang ke Kalideres.

Pukul 18.00 WIB, Aulia ditelepon tetangganya yang mengabarkan rumah mereka terbakar. Asap hitam mengepul dari dalam garasi. Aulia pun menuju rumahnya menggunakan taksi. Di lokasi sudah ada pemadam kebakaran. Aulia panik dan menghalau agar petugas pemadam kebakaran tak memasuki garasi yang ada jasad Pupung dan Dana. Setelah kondisi aman, Dana meminta Kelvin datang untuk mengurusi kedua jasad itu.

Minggu, 25 Agustus 2019 pukul 05.00 WIB, Kelvin datang membawa mobilnya Toyota Cayla warna hitam. Mereka memasukan jasad Dana di bagian tengah mobil, sementara jasad Pupung di bagian belakang. Lalu beriringan Kelvin membawa mobil Aulia berisi dua jasad itu. Aulia membuntuti dari belakang dengan mobi Kelvin. Mereka menuju arah Parungkuda, Sukabumi pada pukul 07.00 WIB. Dalam perjalanan, rencana berubah. Mobil mereka belokkan menuju Cidahu, Sukabumi.

Di tengah jalan, Aulia sempat berhenti membeli sebotol bensin eceran. Lalu mereka mencari tempat sepi untuk membuang dan membakar mobil berisi dua jasad itu. Tepat pukul 12.00 WIB, keduanya menemukan tempat yang cocok, yaitu di Kampung Cipanengah Bondol, Desa Pondok Kaso tengah, Kecamatan Cidahu, Sukabumi. Kelvin lalu menyiramkan bensin seluruh mobil berisi dua jasad itu. Lalu menyalakan korek api.

Rupanya api langsung menyambar dengan cepat mobil itu. Sialnya, percikan api besar menyambar wajah, tangan dan kaki Kelvin. Ibu dan anak itu panik dan langsung kabur menuju Jakarta lagi. Mereka tiba di RS Pertamina Pusat, Kebayoran Lama, pada pukul 18.00 WIB. Kelvin dirawat karena mengalami luka bakar 30 persen.

Sementara di Cidahu, warga digegerkan penemuam mobil yang terbakar. Tak lama polisi datang dan bersama warga berusaha memadamkan api yang sudah menjilat habis seluruh bodi mobil. Begitu padam, mereka terkejut ternyata di dalam ada dua sosok mayat yang terbakar. Polsek Cidahu pun menghubungi Satuan Reskrim Polres Sukabumi. “Anggota dan masyarakat kaget melihat ada dua sosok mayat yang berada di tengah dan belakang. Tim melakukan cek dan olah TKP, kami melakukan olah TKP bersama Satuan Reskrim,” ungkap Kepala Polres Sukabumi, AKBP Nasriadi Rabu, 28 Agustus lalu.

Barangbukti plat nomor kendaraan yang dibakar pelaku
Foto : Dok Detikcom

Dengan cepat tim dibentuk melakukan penyelidikan dipimpin langsung oleh Nasriadi. Polisi mengecek nomor mesin dan rangka mobil Toyota Cayla warna hitam bernomor polisi B-2983-SZH. Di dalam mobil juga ditemukan dua handphone dekat dua korban yang hangus. Beberapa orang saksi dimintai keterangan. Juga memintai rekaman CCTV di sejumlah tempat yang ada di Jalan Bogor-Sukabumi menuju Cidahu. “Setelah kita dapat barang bukti dan olah TKP, ini adalah kasus pembunuhan, ini bukan kecelakaan atau kasus lainnya,” tegas Nasriadi.

Tim pun berangkat ke Jakarta untuk mencari pemilik mobil yang diketahui milik Aulia Kesuma. Polisi berhasil menemukan Aulia di sekitar Cilandak sepulang dari RS Pertamina itu. Saat digeledah tasnya ditemukan kunci mobil Toyota Cayla warna hitam milik Kelvin bernomor polisi B-2620-BZM. Mobil itu salah satu yang dicurigai membawa korban dan pelaku yang sempat terekam CCTV di salah satu minimart di Cidahu.

Aulia beralibi kunci mobil ini milik anaknya yang tengah dibetulkan di bengkel di kawasan Berlan, Matraman, Jakarta Timur. Benar saja, mobil itu berada di situ. Polisi langsung menyita dan menggelahnya. Ditemukanlah seprei yang bau bensin dan ada bekas noda darah. Aulia pun dibawa ke polisi ke rumahnya. Polisi juga sudah menerima informasi bahwa sehari sebelumnya rumah itu sempat terbakar. Setelah diselidiki ditemukan bukti dan pengakuan dari Aulia bahwa ia telah membunuh suami dan anak tirinya.

Dalam pembunuhan itu, Aulia mengaku sudah membayar dana sekitar Rp 158 juta kepada Rodi, Agus dan Sugeng. Dana itu ditransfer secara bertahap melalui rekening BCA senilai Rp 68 juta dan BRI senilai 90 juta, plus uang cash kepada Rp 11 juta. “Transferan bertahap dan tak sekaligus. Pertama Rp 40 juta buat operasional untuk beli senjata katanya. Kita masih ceh aliran dana di rekening AK ini,” ucap Nasriadi.

Kelvin sendiri mengakui ikut pembunuhan itu karena menaruh dendam kepada ayah tirinya. Karena Pupung menolak Kelvin ikut tinggal bersama ibunya yang menjadi istrinya itu. Begitu juga dengan Aulia yang dendam dengan sikap Dana yang ikut-ikutan menolak penjualan rumah itu. “Bahkan ada kata-kata dari AK ini, ‘Kalau anak gua, sudah dibunuh. Untung bukan anak gua,” kata Nasriadi menirukan pengakuan Aulia.

Aulia sendiri mengakui sakit hati dengan suaminya sudah lama. Wanita mualaf ini sering menerima tindakan ringan tangan Pupung kalau sedang marah. “Saya sempat curhat ke Mama saya soal sikap dan sifat suami yang ringan tangan. Mama sempat bilang kalau sudah nggak nytaman tinggalkan saja, cerai saja,” ungkap Aulia sambil menangis kepada di Mapolres Sukabumi, Rabu, 28 Agustus 2019.

Kini Aulia sudah diserahkan ke Polda Metro Jaya untuk ditindaklanjuti pemberkasan penyidikannya bersama para tersangka lainnya. Aulia sendiri rencana akan disidangkan kasusnya di Jakarta. Aulia karena sebagai otak pembunuhan akan menerima ganjaran hukuman lebih berat. Ia akan dijerat Pasal 340 KHUP juncto Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan berencana yang vonis maksimalnya hukuman mati.


Reporter: Dony Indra Ramadhan (Bandung), Syahdan Alamsyah (Sukabumi)
Redaktur: M. Rizal
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

[Widget:Baca Juga]
SHARE