CRIME STORY

Dari Ternak Bebek
Jadi ‘Ternak’ Sabu

Petani yang juga gembong narkoba di Sidrap, Agus Sulo, pernah kalah taruhan sabung ayam Rp 3 miliar. Tapi ekspresi wajahnya biasa-biasa saja.

Ilustrasi: Edi Wahyono

Jumat, 2 Agustus 2019

Sepulang merantau bekerja di Balikpapan, Kalimantan Timur, Haji Agus Sulo alias Haji Lagu, 34 tahun, mendadak tajir. Sejak kembali ke kampung halamannya di Dusun Bulo, Desa Bulo, Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, kehidupannya berubah drastis. Namun, siapa sangka, Agus Sulo menjadi petani kaya dari bisnis narkoba.

Tak mudah mengorek sosok petani yang ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 16 Juli 2019 itu di kampungnya. Saat detikX mendatangi rumahnya yang kini disita oleh BNN, banyak warga di sekitar rumah Agus Sulo yang enggan memberi kesaksian. Mereka menghindar ketika ditemui dan buru-buru masuk ke rumah.

Sosok Agus Sulo sedikit terkuak dari seorang tokoh masyarakat Desa Bulo, yaitu Haji Nasruddin. Nasruddin mengenal Agus Sulo sejak kecil. Menurut Nasruddin, Agus Sulo dikenal warga sebagai pekerja keras dan ulet. Setamat madrasah tsanawiyah di Panca Rijang, Sidrap, Agus bekerja di sawah dan beternak bebek.

Saking rajinnya bekerja, Agus tak memiliki waktu luang untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya. Setiap hari, waktunya mulai pagi hingga sore dihabiskan di sawah mengurus padi dan bebek-bebeknya. “Setelah menikah juga dia masih membajak sawah milik mertuanya yang luas, bisa menghasilkan ratusan karung per panen,” kata Nasruddin di kediamannya, Senin, 22 Juli.

Meski jarang bergaul, pria kelahiran 1985 itu juga dikenal setia kawan. Bila ada temannya yang dipukul atau terjadi tawuran antarpemuda dengan kampung tetangga, Agus selalu berada di garis depan. “Kalau ada temannya yang dipukul atau ada tawuran dengan kampung tetangga, dia yang berada di garis depan,” terang Nasruddin.

Rilis kasus penindakan terhadap Agus Sulo, petani yang juga bandar narkoba dari Kabupaten Sidrap, Sulsel.
Foto: M Taufiqurahman/DetikX

Nasruddin mengungkapkan, semasa kecil hingga remaja, Agus Sulo sangat jauh dari kata mewah. Penampilannya sangat lusuh karena terlalu banyak berada di sawah. Malah, setiap hari dia jarang memakai celana panjang. Dan kebiasaannya itu terbawa hingga dia menjadi petani kaya raya dan gembong narkoba.

Agus sempat merantau ke Balikpapan selama beberapa tahun. Tapi Nasruddin tak ingat persis tahun berapa Agus meninggalkan kampungnya. Ia hanya ingat, begitu Agus pulang, kehidupannya menjadi petani kaya dan terpandang. Saat itu, ia mulai mendengar kabar Agus mulai menjalankan bisnis narkoba jenis sabu-sabu. “Awalnya jual sasetan hingga akhirnya menjadi bandar,” ungkap Nasruddin.

Warga tak tahu bisnis haram yang dijalankan oleh Agus Sulo. Sejak menjadi orang kaya, warga hanya mengetahui setiap bulan Agus Sulo rajin memberikan sumbangan ke sejumlah pondok pesantren dan panti asuhan di Sidrap. “Bahkan, kalau ada kompetisi sepakbola, Agus selalu menjadi sponsor utama klub sepakbola di kampung ini,” ucap Nasruddin lagi.

Selain memiliki sejumlah aset, seperti dua unit rumah yang masing-masing bernilai Rp 2 miliar dan Rp 1 miliar, Agus Sulo memiliki usaha pabrik rak telur, sawah, dan mobil mewah. Terakhir, sebelum ditangkap petugas gabungan BNN dan Polda Sulsel, Agus berencana membuat pabrik beras terbesar di wilayah timur Indonesia.

Agus Sulo pun sempat bertanya kepada Nasruddin soal berapa uang yang dibutuhkan untuk membuat pabrik beras paling bagus. Nasruddin saat itu menjawab bahwa saat ini pabrik beras yang paling bagus dan canggih itu milik Haji Kasman seharga Rp 16 miliar.

“Lalu dia (Agus Sulo) bilang ke saya akan bikin (pabrik beras) yang lebih besar dan lebih canggih dari itu, bahkan dia sudah punya lokasinya,” ucap Nasruddin sambil menuturkan kembali ucapan Agus dengan bahasa Bugis.

Barang bukti uang hasil transaksi narkoba Agus Sulo.
Foto : M Taufiqurahman/DetikX

Selain dikenal sebagai petani kaya, Agus Sulo dikenal sebagai raja judi sabung ayam. Malah namanya tak asing lagi di kalangan para penjudi, terutama di Balikpapan dan Samarinda. “Kalau main, dia tidak mau sabung ayamnya di bawah taruhan Rp 200 juta. Pernah dia kalah taruhan Rp 3 miliar, tapi ekspresi wajahnya biasa-biasa saja,” ungkap salah seorang sumber di Polres Sidrap yang tak mau disebutkan namanya kepada detikX, Senin, 22 Juli lalu.

Agus Sulo juga menjadi sangat suka dengan kehidupan dunia malam. Ia kerap dugem di sejumlah tempat hiburan malam di Jakarta. “Pernah, kata anak buahnya, beberapa diskotek ditutup olehnya dengan uang Rp 100-300 juta,” jelas sumber tersebut.

Sumber itu melanjutkan, bisnis haram Agus Sulo mulai tercium setelah pecah kongsi dengan salah seorang anak buahnya yang bernama Hayyung. Hayyung dikenal sebagai bendahara Agus Sulo. Keluar dan masuk uang bisnis narkoba yang dijalankan Agus dipegang Hayyung.

Suatu waktu, Agus sempat menghitung jumlah uangnya dari hasil penjualan narkoba yang mencapai Rp 16 miliar. Namun, ketika ditanyakan kepada Hayyung, dijawab bahwa uangnya hanya berjumlah Rp 200 juta. “Agus lalu mengambil seluruh aset yang dipercayakan kepada Hayyung. Dari situlah Hayyung mungkin sakit hati.”

Agus Sulo dan anak buahnya, Syukur, lalu ditangkap petugas Direktorat Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) BNN dan Polda Sulsel. Sebelumnya, petugas BNN melakukan pengintaian selama empat bulan. Agus Sulo pun kini mendekam di penjara dan seluruh asetnya disita oleh BNN.


Reporter/Penulis: Hasrul Nawir (Sidrap)
Redaktur: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim

[Widget:Baca Juga]
SHARE