CRIMESTORY

Aisyah: Malaysia Perlakukan Saya dengan Baik

Setelah bebas, Aisyah kembali ke Serang. Kini ia ditempatkan di safe house untuk menenangkan diri.

Foto : Lai Seng Sin/Reuters

Jumat, 15 Maret 2019

Siti Aisyah sudah menghirup udara segar setelah dakwaan dalam kasus pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dihentikan Pengadilan Tinggi Shah Alam, Malaysia. Kini perempuan berumur 27 tahun ini bisa kembali berkumpul dengan keluarganya di Kampung Rancasumur, Desa Sindangsari, Kecamatan Pabuaran, Serang, Banten.

Aisyah tak bisa membayangkan dirinya bisa lebih cepat dibebaskan walaupun, menurut Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, status pembebasannya tidak murni. Sewaktu-waktu, bila pengadilan terhadap kasus pembunuhan Kim Jong-nam menemukan bukti baru, Aisyah bisa berhadapan dengan hukum di Malaysia lagi. Apalagi Malaysia terus melajutkan persidangan kepada terdakwa lainnya, yaitu Doan Thi Huong asal Vietnam.

Pada Senin, 11 Maret 2019, Aisyah sebenarnya tidak ada agenda menghadiri sidang dan sedang berada di dalam sel tahanan Penjara Wanita Kajang di Jalan Sungai Jelok, Selangor, sekitar 50 kilometer dari Kuala Lumpur. Tiba-tiba hari itu ia diminta datang ke Pengadilan Tinggi Shah Alam pada pukul 08.30 waktu setempat.

Satu setengah jam perjalanan, Aisyah, yang didampingi tim pengacara Gooi & Azura Law Firm dan staf KBRI Kuala Lumpur, tiba di lokasi. Ternyata hakim Pengadilan Tinggi Shah Alam Datok Azmin bin Ariffin memutuskan ‘a discharge not amounting to any acquittal’ atau mencabut dakwaan pembunuhan Kim Jong-nam terhadap Aisyah.

Selama dua tahun ditahan sejak 15 Februari 2017, Aisyah sempat syok dituduh telah melakukan persekongkolan dengan orang Korea Utara membunuh putra mantan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-il itu. Selama itu pula dirinya dirundung kesedihan, karena jauh dari keluarganya dan anaknya di Indonesia. Saat kejadian itu juga, dirinya sudah berpisah dengan suaminya.

Siti Aisyah sesaat setelah tiba di Indonesia
Foto: Rengga Sancaya/detikcom

“Sedihlah, di sana kita sendiri, jauh dari keluarga. Saya ngga bisa…,” ucap Aisyah sambil menitikkan air mata saat ditemui detikX di kantor Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri di Jalan Taman Pejambon, Gambir, Senen, Jakarta Pusat, Selasa, 12 Maret 2019.

Aisyah mengaku selama berada di dalam tahanan diperlakukan dengan baik dan manusiawi oleh aparat keamanan Malaysia. Bahkan Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Rusdi Kirana bersama jajaran KBRI Kuala Lumpur dan Kemenlu kerap mengunjunginya memberikan dukungan moral. “Di Malaysia, perlakuan terhadap saya baik, dilayani dengan baik,” katanya.

Selama ditahan, Aisyah tidak satu sel dengan Doan. Waktu persidangan Aisyah, Doan dan terdakwa lainnya pun dipisah, sehingga Aisyah jarang berkomunikasi dengan Doan, yang baru dikenalnya sejak syuting video prank (mengerjai orang) yang ternyata merupakan kedok pembunuhan terhadap Kim Jong-nam. “Saya di sana tidak memegang handphone. Semua kan ditahan. Sekarang belum memegang apa-apa,” ujar Aisyah.

Aisyah merupakan putri bungsu pasangan Asria dan Benah. Perempuan kelahiran 11 Februari 1999 itu adalah lulusan SMA Negeri 1 Serang. Ia memiliki empat orang saudara kandung. Selepas SMA, Aisyah sempat bekerja di PT Nikomas Gemilang, Cikande, Serang.

Setelah menikah pada umur 18 tahun, Aisyah dikarunia seorang putri yang kini berusia 9 tahun dan tinggal bersama mantan suaminya. Pada 2015, Aisyah memutuskan bekerja di Batam. Di sana ia sempat bekerja di sebuah butik pakaian dan menjadi sales promotion girl (SPG). “Ke Batam kemauan sendiri. Terus ke Malaysia ada teman juga di sana,” terang Aisyah menceritakan awal ia bekerja di Malaysia.

Warga Kampung Rancasumur menyambut kepulangan Siti Aisyah
Foto: Bahtiar Rifai/detikcom

Menurut Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal, status Aisyah di Malaysia bukanlah sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI), sehingga tidak tercatat datanya. Memang Aisyah masuk Malaysia dari Batam sejak 2015. Visa Aisyah sendiri sempat habis sehingga ia ke Batam lagi untuk memperbaruinya.

”Dia bekerja self employed (mempekerjakan diri sendiri), tidak bekerja pada majikan, karena dia bukan kategori TKI, tetapi dia WNI,” jelas Iqbal kepada detikX di kantornya.

Iqbal juga menerangkan, awalnya Aisyah ditawari bekerja paruh waktu atau freelance untuk syuting acara prank milik orang Korea Utara. Namun Iqbal meminta agar masalah substansi kasus tidak diungkit dulu mengingat akan mempengaruhi proses peradilan yang kini masih berjalan.

Aisyah pun enggan menceritakan kembali awal kasus menimpa dirinya itu. Yang jelas, seusai syuting, ia dan Doan kembali ke Hotel Flamingo by The Lake di kawasan Ampang, Selangor, untuk bekerja seperti biasa. Tapi pada Kamis, 16 Februari 2017, pukul 02.00, ia kaget karena ditangkap polisi. “Saya tidak tahu kalau kasus yang saya ditangkap ada kasus kayak begitu. Setelah di polisi, membuat keterangan dan minta bantuan,” jelas Aisyah.

Begitu juga ketika ditanya soal orang-orang Korea Utara yang ditengarai mengelabuinya. Aisyah juga tidak tahu siapa laki-laki yang dibekapnya dengan cairan beracun, yang ternyata keluarga tokoh dunia. “Nggak tahu sama sekali. Yang itu saya nggak mau bahas lagi. Yang penting sekarang sudah dibebaskan,” jawab Aisyah.

Aisyah dan orang tuanya saat menunggu bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara
Foto: Ray Jordan/detikcom

Setelah berada di rumah akan beraktivitas apa? Tanya detikX. “Belum kepikiran. Yang penting istirahat dulu, piknik dulu. Nanti dulu, tunggu nggak puyeng dulu,” jawab Aisyah lagi sambil tersenyum.

Kedatangan Aisyah di kampungnya di Rancasumur disambut ratusan warga, Selasa, 12 Maret 2019, malam. Warga berkumpul sambil mengumandangkan selawat dengan iringan rebana. Bahkan sehari sebelumnya, Senin, 11 Maret 2019, malam diadakan pengajian.

Aisyah, yang didampingi orang tuanya, diantar dengan kendaraan Kemenlu bernomor polisi merah B-1278-PQQ. Aisyah dan orang tuanya tak langsung menuju rumahnya, tapi menuju rumah tokoh masyarakat yang tak lain mantan Kepala Desa Sindangsari, Indra Muta’i. Aisyah dikabarkan sempat pingsan karena kelelahan. Maklum, selama dua hari banyak mengikuti serangkaian acara di Malaysia dan Indonesia, termasuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka.

Setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabutapen Serang, Polda Banten, dan Kemenlu, akhirnya diputuskan Aisyah harus menenangkan diri dulu setiba di Tanah Air. Ia kini disebut-sebut tengah berada di sebuah safe house yang tak disebutkan alamatnya. Pihak Polda Banten sendiri menjelaskan, penempatan Aisyah di rumah aman itu bukan karena faktor adanya ancaman kepada dirinya.

“Kan dari proses hukum yang panjang dialami di sana, tentu dia mau tenang. Kalau di rumah kan nggak bisa tenang. Jadi dia minta biar, ‘saya inilah… cooling down’,” ungkap Kepala Bidang Humas Polda Banten AKBP Edy Sumardi.


Reporter: Gresnia F Arela, Bahtiar Rifa’i (Serang)
Redaktur: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim

[Widget:Baca Juga]
SHARE