Spotlight

Operasi Mossad di Jantung Pertahanan Iran

Kolaborasi Mossad dengan sejumlah warga negara Iran yang berkhianat menjadi kunci serangan Zionis Israel. Operasi ini menewaskan sejumlah tokoh penting dan memorak-porandakan beberapa situs pertahanan Iran.

 Ilustrasi : Edi Wahyono

Selasa, 24 Juni 2025

Saat menunggu waktu salat Subuh, Sidqi dan kawan-kawannya dikejutkan oleh suara ledakan dari luar asrama tempatnya tinggal di Qom, Iran. Pagi itu, 18 Juni 2025, misil Iran berhasil menembak jatuh pesawat nirawak yang diduga milik Zionis Israel. Ada dugaan pesawat nirawak ini diterbangkan penyusup yang tengah menjalankan operasi intelijen di Iran.

“Itu memang di Iran sendiri, khususnya di Teheran ini, memang ada penyusup, bahkan itu menyerangnya dari bawah (darat). Mayoritas sekarang ini menyerangnya dari bawah,” tutur mahasiswa berusia 26 tahun yang tengah menempuh program magister itu kepada detikX pekan lalu.

Sedangkan rekan Nur Hafidzatul Ilma Alfidyah, pelajar Indonesia di Iran, menjadi korban serangan darat Zionis Israel. Teror bukan hanya datang dari serangan udara Zionis Israel, tetapi juga dari bom yang dipasang di area yang dekat dengan aktivitas keseharian masyarakat sipil.

“Dia (korban) tuh kenanya waktu bom di dalam mobil, bukan dari rudal. Itu asramanya kan kena, jadi dia juga ikut kena, tapi lukanya cuma luka ringan aja di bagian punggung kaki gitu,” ujar perempuan yang akrab disapa Alfi itu kepada detikX.

Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Mohammad Boroujerdi mengakui soal adanya operasi penyusupan dari agen-agen Israel di jantung kota Iran. Agen-agen ini merupakan warga negara Iran sendiri yang diduga berkhianat dan terafiliasi dengan kelompok Munafiqin dan Mojahedin-e-Khalq Organization (MKO).

Boroujerdi menyebut organisasi ini sebagai kelompok teroris yang telah lama meninggalkan Iran dan dilatih di beberapa negara. Kini, kata Boroujerdi, kelompok teroris ini diaktifkan kembali untuk menyerang warga sipil dan pejabat Iran.

“Mereka telah berulang kali melakukan tindakan bersenjata dan pengeboman yang menewaskan banyak pejabat dan warga biasa di Iran,” ungkap Boroujerdi kepada detikX.

Operasi para pengkhianat ini disebut telah terjadi secara masif ketika serangan udara Zionis Israel bertubi-tubi diluncurkan ke pusat pertahanan Iran pada Jumat, 13 Juni 2025. Pemerintah Iran mengklaim sebagian besar serangan udara itu dapat ditangkis. Namun beberapa serangan darat dari penyusup berhasil masuk.

Agen intelijen luar negeri Zionis Israel, Mossad, mengklaim bertanggung jawab atas operasi darat tersebut. Intelijen dengan kekuatan terbesar setelah Central Intelligence Agency (CIA) ini jugalah yang diduga memanfaatkan MKO untuk menyerang fasilitas pertahanan Iran.

Seorang pejabat tinggi Israel mengklaim agen Mossad telah merencanakan penyerangan itu sejak jauh-jauh hari. Mereka telah membangun pangkalan peluncuran drone di jantung kota Iran dan menyelundupkan sejumlah senjata untuk menghalau serangan udara Iran. Senjata tersebut dirancang untuk menghancurkan pertahanan Iran dari dalam negeri mereka sendiri.

Upaya ini pun diklaim mampu meredam misil Iran sehingga, dari total 2.000 rudal jarak jauh yang diperkirakan dimiliki Teheran, hanya 270 rudal balistik yang bisa diluncurkan. Operasi senyap Mossad ini juga turut membuka jalur bagi 100 serangan udara dan 200 pesawat tempur Zionis Israel masuk ke Iran.

Sebagaimana laporan Washington Post dan Wall Street Journal, operasi terencana ini menargetkan langsung pada komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), ilmuwan nuklir, serta fasilitas militer dan nuklir Iran. Zionis Israel mengklaim berhasil membunuh 16 komandan IRGC dan 14 ilmuwan nuklir Iran dalam serangan tersebut.

Iran merespons operasi senyap ini dengan memburu orang-orang yang dicurigai sebagai pengkhianat dan agen-agen Mossad. Hingga Jumat, 20 Juni lalu, Kantor Kejaksaan Provinsi Khuzestan Iran mengklaim telah menangkap 54 orang yang diduga terlibat dalam operasi senyap Zionis Israel tersebut.

Keterlibatan orang-orang yang ditangkap ini tidak hanya terbatas pada serangan senjata, tapi juga dalam upaya mengumpulkan informasi dan membocorkan informasi untuk Zionis Israel. Beberapa orang juga dituding telah melakukan propaganda dengan menyebarkan berita bohong untuk mengganggu situasi keamanan dalam negeri Iran dan memanipulasi psikologi masyarakat.

Ahad, 22 Juni lalu, satu orang yang diduga sebagai pembocor informasi kepada Mossad telah dihukum gantung. Sebagaimana dilansir Mizan Online, pria bernama Majid Mosayebi itu bertindak sebagai pembocor dengan upah mata uang kripto.

"Majid Mosayebi digantung pagi ini setelah melewati proses penuh prosedur kriminal dan setelah hukumannya dikonfirmasi oleh Mahkamah Agung,” tulis situs tersebut.

Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia Broto Wardoyo mengatakan operasi senyap seperti yang dilakukan Mossad beberapa hari belakangan bukan hal yang baru. Mossad telah terlibat dalam pembunuhan tokoh-tokoh penting yang dianggap sebagai musuh Zionis Israel.

“Bahkan sampai ke kasus Ismail Haniyeh. Pembunuhan Ismail Haniyeh itu kan juga kinerjanya Mossad,” tutur Broto kepada detikX.

Haniyeh merupakan pemimpin Hamas yang tewas akibat alat peledak yang dioperasikan jarak jauh saat menginap di rumah khusus tamu Pasukan Garda Revolusioner Iran (IRGC) di Teheran. Pembunuhan ini dilakukan setelah Haniyeh menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada 21 Juli 2024.

Dalam konteks perang Iran-Israel, Broto melanjutkan, Mossad berperan melakukan serangan dari dalam. Serangan Mossad ini menyasar target-target lunak, seperti beberapa ilmuwan nuklir Iran untuk menghentikan pengayaan uranium Iran yang diklaim telah mendekati persentase pembuatan senjata.

Menurut laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), pengayaan nuklir Iran kini sudah mencapai tahap 60 persen. Angka ini tinggal selangkah lagi menyentuh persentase pengayaan untuk senjata nuklir, yakni 90 persen.

Mossad juga berperan dalam upaya penghancuran sistem anti-udara Iran dan instalasi nuklir Iran. “Karena kalau itu didekati oleh agen, oleh manusia, agak susah, agak sulit untuk mendeteksinya,” ungkap Broto.

Guru Besar sejarah dan geopolitik Timur Tengah UI Yon Machmudi mengungkapkan upaya-upaya Mossad dalam penyerangan senyap ke Iran sudah berlangsung sejak Iran dipimpin Ayatollah Ruhollah Khomeini pada 1979. Kala itu, Iran yang dipimpin Khomeini memutuskan mengganti Kedutaan Israel di Teheran dengan Kedutaan Palestina. Langkah ini dianggap sebagai perubahan sikap Iran terhadap pengakuan Israel sebagai negara dan berbalik mendukung Palestina.

Pemandangan dari ruang keluarga sebuah bangunan yang hancur akibat serangan Zionis Israel di Teheran, Iran, Jumat (13/6/2025).
Foto : Majid Saeedi/Getty Images

Khomeini juga yang membentuk pasukan Garda Revolusi untuk memobilisasi dukungan terhadap perjuangan Palestina melawan Amerika Serikat dan Israel. Sejak saat itu pula, Israel mulai menganggap Iran sebagai musuh. Mossad pun mulai menyusupkan agen-agennya ke organisasi-organisasi di Iran untuk mengetahui perkembangan informasi terkait pergerakan melawan Israel.

“Nah, di situlah sering terjadi aksi-aksi sabotase, perang secara sembunyi-sembunyi ya antara Mossad dan pasukan yang dibawahi oleh Garda Revolusi, terutama pasukan Al-Quds,” ungkap Yon kepada detikX.

Bukan hanya di Iran, Mossad juga menyelipkan beberapa agennya ke negara-negara yang dianggap dekat dengan Iran, termasuk Lebanon dan Suriah. Mereka terus memantau pergerakan negara-negara ini selama bertahun-tahun untuk mengetahui potensi serangan terhadap Israel.

“Maka itu membuat mereka ya semakin kuat untuk melakukan operasi-operasi di berbagai belahan dan Iran menjadi target karena dianggap sebagai musuh yang utama gitu. Selama Iran eksis dengan kekuatan senjatanya, maka pada saat itu Iran akan tetap menjadi musuh utama Israel dan menjadi target operasi intelijen yang bisa kita lihat ya terjadinya berbagai pembunuhan pejabat di Iran,” pungkas Yon.


Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto, Ahmad Thovan Sugandi, Ani Mardatila
Penulis: Fajar Yusuf Rasdianto
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
SHARE