Ilustrasi : Edi Wahyono
Senin, 1 April 2024Sejumlah pesawat Cessna 208B Grand Caravan EX bakal menghiasi langit Indonesia mengiringi arus mudik 3-9 April mendatang. Setiap pesawat membawa 900 kilogram hingga 1 ton garam. Kapal udara itu akan diterbangkan oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Nasional di tiga wilayah teritorial: Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Garam akan disemai di atas awan tebal atau kumulonimbus yang berjalan di ketiga wilayah ini.
“Sebelum berkumpul dan jadi lebih besar, yang kemudian menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lebih lama, si awan ini kita sudah turunkan dulu hujannya,” tutur Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari kepada detikX pada Rabu, 27 Maret 2024.
Teknologi modifikasi cuaca dilakukan BNPB sebagai tindakan preventif mencegah bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi potensi cuaca ekstrem bakal terjadi berbarengan dengan jadwal cuti bersama Idul Fitri pada 3-9 April 2024 dan sepekan setelah Lebaran. Hujan berintensitas ringan-sedang bakal terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, di antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan Papua.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan potensi hujan dengan intensitas ringan-sedang saat arus mudik ini terjadi lantaran propagasi atau pergeseran awan-awan kumulonimbus dari Samudra Hindia. Selain itu, beberapa provinsi di Indonesia, misalnya Jawa Barat, masuk dalam daerah konvergensi antar-tropik (DKAT). Daerah bersuhu tinggi dengan atmosfer udara yang lembap. Kelembapan udara ini menjadi faktor lokal yang berpotensi menyebabkan hujan ringan-sedang saat arus mudik dan balik mendatang.
“Kalau hujan ringan atau sedang, kemungkinan bisa muncul bencana hidrometeorologi banjir dan longsor karena permukaan tanah di Indonesia sudah mulai jenuh,” terang Guswanto saat dihubungi via telepon pekan lalu.
Kejenuhan tanah terjadi lantaran hujan yang belakangan membasahi beberapa provinsi di Indonesia. Beberapa di antaranya Jawa Barat, Banten, dan Kalimantan Barat. Akibatnya, tanah di ketiga wilayah ini berpotensi tidak sanggup lagi menyerap air yang jatuh dari langit. Dengan demikian, potensi banjir maupun longsor semakin besar. Probabilitas bencana longsor bisa semakin besar di wilayah-wilayah dataran dengan kontur tanah berlereng. Sementara itu, banjir bakal terjadi di daratan dengan kontur tanah cekung.
Guswanto mengingatkan potensi hujan intensitas ringan-sedang ini bisa berubah menjadi cuaca ekstrem lantaran sejumlah faktor. Salah satunya pergerakan gelombang Rossby Ekuator. Gelombang ini membawa massa udara bersifat basah yang bisa menyebabkan cuaca buruk di wilayah-wilayah yang dilewatinya. Cuaca buruk ini berpotensi mengganggu lalu lintas mudik, baik darat, laut, maupun udara.
Di darat, cuaca buruk bisa mengakibatkan tanah longsor, banjir, dan pohon tumbang. Di laut, ada potensi gelombang tinggi yang bisa menghambat aktivitas pelayaran. Sedangkan di udara, potensi pertumbuhan awan kumulonimbus juga bisa mengganggu aktivitas penerbangan. “Awan kumulonimbus juga bisa menyebabkan angin kencang, seperti puting beliung,” jelas pria kelahiran Kediri, 10 Maret 1972, ini.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menambahkan potensi cuaca ekstrem dapat terjadi lantaran saat ini Indonesia sedang memasuki masa pancaroba. Masa peralihan dari musim hujan ke musim panas. Pada masa-masa ini, biasanya terjadi cuaca ekstrem sesaat, seperti hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir. “Bahkan hujan es, yang tentunya perlu diwaspadai,” jelas Andri saat berbincang dengan detikX pekan lalu.
Peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG ini menjadi perhatian khusus pemerintah untuk menghadapi arus mudik maupun balik pada 3-23 April mendatang. Abdul Muhari bilang BNPB juga sudah mengimbau pemerintah daerah untuk menetapkan status siaga bencana. Saat ini, kata Abdul, paling sedikit 30 kabupaten/kota di Jawa Timur sudah menetapkan status tersebut. Beberapa kabupaten/kota lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera juga menetapkan status yang sama.
Pemetaan wilayah rawan bencana juga sudah dilakukan, khususnya di Jawa, Bali, dan Sumatera. Ketiga pulau ini dikhususkan lantaran 90 persen masyarakat bakal melalui pulau-pulau ini pada arus mudik mendatang. Pemetaan dilakukan berdasarkan catatan historis bencana di sejumlah wilayah pada 2019-2023. Kawasan yang mengalami bencana lebih dari lima kali selama periode ini masuk dalam kategori berpotensi tinggi.
Di Jawa-Bali, potensi bencana banjir berkategori tinggi berada di wilayah bagian utara Pulau Jawa, sebagian Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Sedangkan potensi longsor berada di kawasan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan bagian selatan Bali. Di Sumatera, potensi banjir tertinggi terletak di wilayah timur Sumatera, Aceh, dan Sumatera Utara. Sedangkan longsor mungkin terjadi di kawasan barat Sumatera, Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.
“Pemudik perlu berhati-hati untuk melewati jalur mudik yang punya potensi tinggi bencana,” ungkap Abdul Muhari.
Selain perjalanan darat, lalu lintas udara perlu diwaspadai. Berdasarkan catatan BMKG, ada potensi awan kumulonimbus terbentuk sepanjang April 2024, yang dapat menyebabkan turbulensi, hujan lebat, guntur, hingga angin puting beliung. Wilayah-wilayah udara yang perlu diantisipasi adalah pesisir barat Pulau Sumatera, sebagian Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, dan Kalimantan Barat. Lalu Kalimantan Tengah, Laut Jawa, Selat Makassar, seluruh wilayah Sulawesi, dan Laut Banda. Kemudian Maluku, Maluku Utara, hingga seluruh wilayah Papua.
Sedangkan wilayah perairan diperkirakan bakal relatif aman. Gelombang laut pada arus mudik-balik diprediksi hanya akan berada pada ketinggian moderat, yakni 1,25 hingga 2,5 meter. Meski demikian, potensi gelombang tinggi masih bisa terjadi jika Rossby Ekuator betul-betul melewati wilayah Indonesia.
Staf Khusus Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan pemerintah sudah mencatat semua informasi terkait bencana maupun cuaca ekstrem dari BNPB dan BMKG. Langkah-langkah antisipasi disiapkan secara serius untuk menjaga keselamatan pemudik. Apalagi, kata Adita, angka pemudik tahun ini diprediksi mencapai 193,6 juta orang atau 71,7 persen populasi Indonesia. Jumlah yang setara jika terjadi eksodus besar-besaran seluruh masyarakat Jerman, Belanda, Prancis, Swedia, dan Irlandia.
Ratusan posko keselamatan dan bencana di setiap kabupaten/kota yang dilalui pemudik bakal disiapkan melalui kerja sama Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Koordinasi dengan sejumlah kementerian/lembaga, termasuk Korps Lalu Lintas Polri juga dilakukan untuk mengambil tindakan reaktif saat terjadi bencana. Jalur alternatif telah disiapkan jika terjadi banjir di jalur-jalur yang dilewati pemudik.
“Selain itu, Polri sudah berkoordinasi dengan pengelola jalan tol agar menyiapkan pompa air yang besar sehingga apabila terjadi genangan dapat dikuras dengan cepat,” tulis Adita melalui pesan singkat WhatsApp kepada detikX pekan lalu.
Untuk jalur laut, Kemenhub juga telah berkoordinasi dengan seluruh kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan (KSOP) untuk menyiapkan mitigasi jika terjadi cuaca buruk. Syahbandar diimbau tidak menerbitkan surat persetujuan berlayar (SPB) apabila terdeteksi ada gelombang tinggi.
Sementara itu, untuk lalu lintas udara, Ditjen Perhubungan Udara sudah berkoordinasi dengan Balai Kalibrasi Penerbangan, AirNav, dan PT Angkasa Pura untuk memastikan kalibrasi sistem navigasi penerbangan bekerja dengan presisi. Seluruh operator penerbangan juga diminta untuk aktif berkoordinasi dengan semua pihak terkait untuk melakukan langkah mitigasi jika terjadi cuaca ekstrem.
“Begitupun dengan pelayanan delay management juga perlu dipersiapkan untuk memastikan pelayanan kepada pengguna jasa transportasi udara berjalan dengan baik,” pungkas Staf Khusus Presiden Joko Widodo periode 2018 ini.
Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto, Alya Nurbaiti
Penulis: Fajar Yusuf Rasdianto
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban