Ilustrasi : Edi Wahyono
Rabu, 28 Juni 2023Pada 25 Juni 2022, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan partainya tidak akan bekerja sama dengan Partai Demokrat pada Pemilu 2024. Namun, empat bulan menjelang pendaftaran calon presiden dan wakilnya, ketegangan kedua partai ini mencair. Penyebabnya, tokoh kunci kedua partai, Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengadakan pertemuan politik.
Pertemuan itu berawal dari pernyataan Puan Maharani pada 6 Juni 2023 yang menyebutkan AHY termasuk 10 nama bakal cawapres Ganjar Pranowo. Puan mendapatkan tugas dari Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan, yang juga ibunya sendiri, untuk berdialog dengan ketua umum partai politik. Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan pernyataan Puan tersebut direspons positif oleh partainya.
Gayung bersambut, pada 11 Juni 2023, Hasto bertemu dengan Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya. Pada kesempatan itu, hadir pula Wakil Sekjen yang juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI Utut Adianto. Selain itu, anggota Tim 8 Koalisi Perubahan dari Partai Demokrat, yaitu Iskandar Sulaiman, juga hadir. Pertemuan di bilangan Jakarta Selatan itu berlangsung satu jam, sejak pukul 5 sore.
"Saling bertanya (dalam pertemuan itu), menanyakan mau ketemu nggak, gitu. Saling menjajakilah, gitu. Komunikasi kedua partai berjalan baik, Demokrat menyambut baik," kata Herzaky kepada reporter detikX.
Pada Jumat, 15 Juni 2023, Puan, yang semula dijadwalkan bertolak ke Bali, mendadak membatalkan acara ke Pulau Dewata tersebut. Ketua DPP Bidang Politik dan Keamanan PDI Perjuangan tersebut memberi instruksi untuk menggelar pertemuan dengan AHY pada Minggu, 18 Juni 2023. Kabar itu disambut baik oleh Demokrat.
Salam komando Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani saat bertemu di Plataran Hutan Kota, Senayan, Jakarta, Minggu (18/06/2023).
Foto : Grandyos Zafna/detikcom
Keduanya akhirnya bertemu di Plataran Hutan Kota, Senayan, Jakarta Pusat. Rombongan pengurus kedua partai saling menyambut dengan suasana santai dan penuh kehangatan. Sedangkan Puan dan AHY langsung melakukan pertemuan empat mata di salah satu ruangan kaca. Pertemuan itu dilakukan secara tertutup di antara keduanya, tidak ada kader dari kedua partai yang ikut ke dalam ruangan.
Ya, pertemuan awal itu mencairkan suasanalah, bahwa selama ini dikesankan PDIP tidak mau berkomunikasi ke Partai Demokrat waktu itu. Melalui Mbak Puan kan berkomunikasi."
Menurut sumber detikX yang mengetahui isi perbincangan empat mata itu, perbincangan dibuka dengan saling menanyakan kabar keluarga masing-masing. Selain itu, Puan dan AHY sama-sama menyampaikan pesan dan salam dari Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pesan dari Megawati dan SBY disebut tidak hanya terkait politik praktis, tetapi juga hal-hal lain menyangkut masalah kebangsaan. Dari perbincangan itu, keduanya juga sama-sama mengkonfirmasi sejumlah kesepahaman yang selama ini terjadi antara PDI Perjuangan dan Partai Demokrat.
Wasekjen Partai Demokrat Renanda Bachtar menganggap pertemuan tersebut bukan sekadar gimik politik. Menurutnya, ketegangan politik di antara kedua partai ini hanya masa lalu yang harus ditanggalkan. Rekonsiliasi bisa berawal dari sini untuk kerja sama politik yang bahkan bukan hanya untuk Pilpres 2024, tetapi bisa jangka panjang untuk kepentingan negara.
"Mbak Puan kemarin sudah menjelaskan bahwa tidak saja Ibu Megawati mendukung pertemuan generasi pelanjut Mega-SBY ini," kata Renanda Bachtar, Selasa (20/6/2023).
Tidak dimungkiri bahwa menu utama pertemuan Puan dengan AHY itu terkait dinamika Pilpres 2024. Di sisi lain, kedua kubu sepakat untuk tidak terburu-buru menjalin kerja sama politik.
"Lalu bagaimana nanti di Oktober? Waktu pendaftaran gitu. Bagaimana nanti misalnya pada putaran kedua. Lalu bagaimana nanti pasca-terpilihnya presiden baru. Jadi ada diskusi juga seperti itu. Juga tetap saling menghormati posisi masing-masing," terang salah satu kader partai yang enggan disebutkan namanya kepada reporter detikX.
Selain itu, sumber detikX mengatakan ada semacam ajakan agar kedua partai dapat bersatu dalam satu kubu saat Pilpres 2024. Adapun pihak PDI Perjuangan juga dikatakan sempat menanyakan, kira-kira kondisi seperti apa yang dibutuhkan agar Demokrat bisa merapat.
"Dari PDIP, Mbak Puan sudah menyampaikan ke Mas AHY, apa nih, dalam kondisi apalah, Demokrat bisa bergabung bersama PDIP," ucap sumber tersebut.
Ketua Departemen Bidang Pemerintahan di DPP PDI Perjuangan Masinton Pasaribu mengatakan pertemuan Puan dengan AHY memang ada perbincangan tentang kondisi politik hari ini dan ke depan. Namun belum ada pembicaraan secara spesifik ke arah koalisi. Ke depan, jika dianggap perlu, akan ada pertemuan maupun komunikasi lanjutan.
"Ya, pertemuan awal itu mencairkan suasanalah, bahwa selama ini dikesankan PDIP tidak mau berkomunikasi ke Partai Demokrat waktu itu. Melalui Mbak Puan kan berkomunikasi," kata Masinton kepada reporter detikX.
Baca Juga : Saling Kunci Cawapres Anies
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono duduk satu meja di jamuan makan malam G20 Indonesia, Selasa (15/11/2022).
Foto : Dok. Istimewa
Pertemuan Puan Maharani dan AHY dianggap sebagai momentum rekonsiliasi politik. Keduanya mencairkan ketegangan politik lama di antara orang tua masing-masing, yaitu Megawati dan SBY.
Benih konflik bermula pada akhir 2003, ketika SBY memutuskan maju untuk bersaing melawan Megawati pada Pilpres 2004. Saat itu SBY masih menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Dia sering tampil di televisi untuk sosialisasi pemilu. Sedangkan Megawati, yang saat itu menjabat presiden, kecewa karena SBY seharusnya mundur dari jabatannya.
Lalu, pada 1 Maret 2004, Sesmenko Polkam Sudi Silalahi menyatakan SBY merasa dikucilkan oleh Presiden Megawati dengan tidak dilibatkan dalam pembahasan tentang PP Kampanye Pejabat Tinggi Negara. Istana menjawab, saat itu SBY ada di Beijing. 'Perang mulut' kedua kubu pun dimulai. Taufiq Kiemas menyebut SBY 'jenderal kok kayak anak kecil'. Renik peristiwa ini disarikan dari buku Tjipta Lesmana bertajuk ‘Dari Soekarno sampai SBY: Intrik & Lobi Politik Para Penguasa’, yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pada 2008.
Menyikapi itu, pada 9 Maret 2004 SBY mengirim surat kepada Megawati. Isinya konsultasi tugasnya sebagai Menko Polkam. Megawati tak membalasnya. Akhirnya, pada 11 Maret 2004, SBY mengirim surat kepada Megawati, mengundurkan diri sebagai Menko Polkam. Selanjutnya, setelah lepas dari kabinet, pada 13 Maret 2004 SBY mulai berkampanye di Banyuwangi, Jawa Timur, untuk Partai Demokrat.
Hubungan panas keduanya terus berlanjut dan makin serius. Pada 16 September 2004, saat 'debat capres' di televisi, Mega berpesan kepada panitia bahwa tidak ada acara jabat tangan di antara capres.
Begitu juga pada tahun-tahun setelahnya. Setiap momentum pemilihan presiden, masih ada perang dingin antara SBY dan Megawati. Bahkan, menjelang pemilihan presiden 2019, SBY kembali mengungkapkan terkait luka lamanya.
"Hubungan saya dengan Ibu Megawati, saya harus jujur, memang belum pulih, masih ada jarak," kata SBY di kediamannya kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (25/7/2018).
Meski begitu, menjelang Pilpres 2024, gerbang rekonsiliasi sudah dibuka oleh anak-anak mereka. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menganggap pertemuan Puan dengan AHY dapat diartikan sebagai upaya perdamaian dari gencatan senjata setelah 20 tahun lebih.
"Cuma apakah tawaran cawapres kepada AHY itu rasional ataupun tidak, realistis atau tidak, betul adanya atau tidak, itu tentu lain hal. Karena sering kali tampak di panggung depan itu berbeda dengan panggung belakangnya. Panggung depannya mungkin adalah tawaran cawapres, tapi bisa saja panggung belakangnya adalah konsesi negosiasi politik yang setara dengan cawapres," kata Adi kepada reporter detikX.
Di sisi lain, Adi melihat Demokrat menyambut baik tawaran PDI Perjuangan. Hal itu ditunjukkan dengan cuitan SBY di Twitter tentang mimpinya membersamai Megawati dan Jokowi dalam satu kereta. Menurut Adi, itu dapat diartikan sebagai keinginan SBY untuk dapat bersama dalam satu barisan dengan PDI Perjuangan.
"Itu adalah sebagai bentuk respons positif yang dijadikan sinyalemen bahwa Demokrat sangat terbuka untuk koalisi. Berdamai dengan PDIP, tinggal apakah proposal perdamaian itu disetujui oleh kedua belah pihak," ujar dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah tersebut.
Reporter: Ahmad Thovan Sugandi
Penulis: Ahmad Thovan Sugandi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban