SPOTLIGHT

Jejak Teror Abu Muslim

Agus Sujatno bukan hanya pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar. Ia pernah ikut NII dan merencanakan serangkaian aksi teror.

Foto: Istimewa

Sabtu, 10 Desember 2022

Endang, perempuan berusia 64 tahun, tengah asyik memetik daun pisang di pekarangan kamar kosnya di Desa Siwal, Kecamatan Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Rabu, 7 Desember 2022 pagi. Ia menghentikan aktivitas memetik daun, ketika sayup-sayup terdengan suara tangisan seorang perempuan.

Rupanya, tangisan itu berasal dari tetangganya yang berada di sebelah kamar kos yang dihuni Endang. Perempuan yang tengah menangis itu adalah RS, istri Agus Muslim (34 tahun). Lantas, Endang menghampiri RS untuk menanyakan ada masalah apa sehingga ia menangis.

RS, yang matanya sembab tak menjawab sepatah kata pun. Ia lantas memperlihatkan foto melalui layar handphone-nya. Foto itu menunjukkan ada seorang pria yang terbaring bersimbah darah. "'Dilihatin fotonya Mas AS, saya mbengok (teriak) astagfirullahaladzim, ya, Allah. Semoga Mas AS selamat ya Mbak.' Terus dia bilang '(AS) sudah tidak ada.' Saya teriak innalillahi wa innailaihi rojiun," kata Endang.

Mendengar hal itu, sejumlah tetangga pun berdatangan. Endang dan para tetangga saat itu tak tahu bahwa sosok Agus Muslim yang dilihat di foto itu adalah Agus Sujatno alias Abu Muslim, pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat pada pagi hari itu juga sekitar pukul 08.20 WIB.

Tiba-tiba datang sebuah mobil yang ditumpangi sejumlah orang. Mereka lalu membawa RS entah ke mana. Endang dan warga mengira, mereka adalah kerabat RS atau Agus. Siang harinya, warga Desa Siwal baru dikejutkan oleh kedatangan sejumlah personel polisi dan Densus 88 Antiteror dan menggeledah kos itu.

Warga baru terhenyak ketika tahu bahwa Agus Muslim ternyata pelaku teror bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung yang mereka lihat di televisi. Pasangan Agus dan RS memang baru tinggal di desa itu sejak 1,5 tahun lalu. Agus yang berjualan kue pukis itu dikenal sebaga sosok tertutup dan tak pernah bergaul dengan tetangga.

Rumah kos yang dihuni oleh Agus Suajtno dan keluarganya di Sukoharjo, Jawa Tengah
Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng 

“Orang tertutup, tidak pernah srawung (bergaul). Kalau istrinya masih ngluruhi (tegur sapa). Kalau suaminya kalau tidak diluruhi (disapa) dulu, ya, diam," ucap Endang.

Sekretaris RW 11 Kelurahan Cibangkong, Kecamatan Batu Nunggal, Seno Parwoto, pun merasa kaget ternyata salah satu warganya menjadi pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar. Ia juga heran, Agus yang bertahun-tahun menghilang, ternyata masih menggunakan alamat tempat tinggal di Kartu Keluarga (KK).

Memang sedari kecil, Agus tinggal bersama kakek tirinya, Supono (84 tahun) yang tinggal di lingkungan RT 04/RW 11, Kelurahan Cibangkong. Agus memang sangat tertutup. Lebih-lebih ketika ia sudah lulus sekolah menengah atas (SMA) pada 2006.

“Pak Agus itu, kan, di sini tinggal sama kakeknya. Dia sudah ditinggal dari kecil. Orangtuanya cerai. Dulu kerja di warnet. Sejak itu enggak pernah pulang. Udah tahunan enggak pernah pulang lagi ke sini," tutur Seno.

Sedangkan Supono terlihat sedih dan terpukul cucu yang dibesarkannya menjadi teroris dan pelaku bom bunuh diri. "Kaget saya juga. Terpukul rasanya. Padahal orangnya baik. Nurut sama orangtua,” ucapnya lirih.

Sebenarnya Supono sempat mencurigai adanya perubahan sikap Agus karena terpapar kelompok radikal sejak di bangku SMA. Kecurigaannya itu mulai terasa ketika Agus memutuskan tinggal di Kebon Gedang, Kiara Condong, bersama temannya.

Saat itu, Agus beralasan untuk mengajar mengaji di Antapani. Sebagai kakek, ia tak bisa melarang dan bertanya kenapa tidak mengajar mengaji di kampungnya saja. Agus tetap menolak dan meninggalkan begitu saja sang kakek dan tak pernah ada kabarnya.

Agus Sujatno
Foto: Istimewa

Supono baru mengetahui keberadaan Agus setelah cucunya itu ditangkap dalam kasus bom panci di Cicendo pada 2017. "Jadi sebelum ketangkap (tahun 2017) saya sudah curiga, gelagatnya udah kelihatan soalnya. Dan, ternyata kejadian, kan, Agus ini pernah ketangkap kasus terorisme," imbuh Supono.

Sejak Agus keluar penjara pun, Supono belum tahu ke mana dan di mana cucunya tinggal. Baru pada 2022 lalu, Agus sempat pulang ke rumah Supono dengan menggunakan motor bebek Suzuki Shogun warna biru, yang ternyata digunakan untuk melakukan bom bunuh diri. Agus tak banyak bicara dengan kakeknya itu.

“Waktunya saya lupa. Tapi yang jelas tahun ini dia pernah datang. Setelah pulang itu saya kasih beras buat bekal dia sama istrinya,” pungkas Supono.

Dari catatan Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Agus Sujatno alias Abu Muslin bin Wahid lahir di Bandung, 24 Agustus 1988. Agus memang sempat di penjara selama 4 tahun di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah sejak 14 Maret 2017-14 Maret 2022.

Ia didakwa terbukti bersalah atas keterlibatanya dalam merakit bom panci yang diledakan temannya Yayat Cahdiyat di Taman Pendawa, Cicendo, pada 27 Februari 2017. Lalu majelis hakim Pengadilan Jakarta Timur melalui surat keputusan bernomor 751/Pid.Sus/2017/PN.Jkt.Tim pada 14 Maret 2017 mengganjarnya hukuman 4 tahun penjara.

Setelah bebas dari penjara pada 14 Maret 2021, Agus disinyalir kembali bergabung dengan jaringan lamanya, yaitu Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung atau Jawa Barat. Agus disebutkan statusnya merah dalam proses deradikalisasi, sehingga sulit diajak berdialog. "Agus masih sulit diajak bicara dan cenderung menghindar,” kata Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Foto olah TKP bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung
Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA Foto 

Kapolri menambahkan, timnya akan terus mengusut tuntas jaringan Agus yang terafiliasi dengan JAD, yang diduga berada di balik aksinya melakukan bom bunuh diri di Polsek Astana Anyer. “Dari olah TKP ini, kita lakukan proses pencarian terhadap kelompok yang terafiliasi dengan pelaku di TKP,” ujar Sigit.

Jejak Agus Sujatno dalam aksi terorisme juga tercatat dalam laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) nomor 42 setebal 20 halaman dengan judul berjudul "Extremist in Bandung: Darul Islam to ISIS-And Back Again?" pada 12 Februari 2018. Lembaga di bidang pencegahan konflik kekerasan itu mencatat sejumlah daftar nama dan jejak kasus terorisme di Indonesia yang melibatkan JAD Bandung.

Anggota JAD disebutkan pernah bergabung dengan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pada bulan Ramadan tahun 2015. Lalu aksi pelemparan bom molotov di Pendopo atau rumah dinas Wali Kota Bandung Ridwan Kamil pada 1 Januari 2016. Perencanaan bom pada malam tahun baru 2017. Bom panci di Cicendo pada 27 Februari 2017.

Aksi bom bunuh diri di Kampung Melayu pada 27 Mei 2017, perencanaan bom kimia di Istana Presiden dan Mako Brimob Kepala Dua pada Agustus 2017. Ia juga merencanakan pemboman di rumah makan Celengan, Cafe Bali, dan gereja di Buah Batu pada Juli 2017. Lalu rencana untuk bergabung dengan kelompok pro-ISIS di Marawi, Filipina pada 2017.

Agus Sujatno sebelumnya sempat bergabung dengan kelompok Negara Islam Indonesia (NII) pimpinan Zakaria atau disebut Komandemen Wilayah 7 (KW7). Tapi sejak JAD dibentuk pada 2015, Agus Sujatno keluar dari kelompok NII Zakaria.

Ia bergabung dengan JAD mudiriyah (tingkat kabupaten) Bandung sebagai anggota tim militer bersama Deden alias Abu Faiz dan Budi alias Abu Sofi. JAD Bandung Raya ini dipimpin oleh Ujang Suhaya. Bendaharanya adalah Jajang Iwan Shodikin alias Abu Revan. Ketiga orang ini sudah ditangkap dan sempat ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua.

Struktur ini juga tercantum di dalam amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara nomor 1328/Pid.Sus/2017/PN.Jkt Utara pada 2 April 2018 dalam perkara Waris Suyitno alais Mas Suyit aluas Wijaya Expres alias Abu Umar salah satu terdakwa kasus bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur tahun 2017.


Reporter: Agil Trisetiawan Putra (Sukoharjo), Rifat Alhamidi (Bandung)
Penulis: M Rizal
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE