SAINS

Prince, Chuck Norris, dan Konspirasi Cuaca

"Hanya orang bodoh dan mereka yang terlibat membantah sesuatu yang tak terbantahkan."

Prince di Miami pada Februari 2007.
Foto: Getty Images

Jumat, 26 Agustus 2016

Prayin' that the police sirens

Pass you by at night?

While the helicopter circles

& the theory's getting deep

Thing they're spraying chemicals over the city

While we sleep?

Prince Rogers Nelson bukan hanya penyanyi dan pemain musik yang hebat, hidupnya sendiri juga penuh drama dan warna. Satu hal yang jarang dibicarakan adalah bagaimana sikap Prince terhadap kabar burung soal “proyek rahasia” pemerintah menyemprotkan bahan kimia di atmosfer bumi.

Lewat sepenggal lirik lagu Dreamers dari album Lotusflower yang dirilis pada 2009 itu, Prince bicara soal sikapnya terhadap proyek chemtrail atau chemical trail tersebut. Beberapa bulan kemudian, dalam wawancara dengan PBS, Prince menegaskan kembali pendapatnya.

“Kamu tahu, saat masih kecil, aku sering sekali melihat jejak asap di langit itu,” kata Prince. Entah bagaimana asal muasalnya, dia menduga, asap putih di langit itu mempengaruhi orang-orang yang ada di darat. “Ketika pesawat jet lewat, beberapa saat kemudian kalian akan melihatnya…. Dan tak lama kemudian, orang-orang akan mulai bertengkar dan berdebat tanpa tahu kenapa.”

Prince meninggal empat bulan lalu. Seperti halnya kematian Raja Pop Michael Jackson, orang-orang segera sibuk mengarang teori soal kematian Prince. Penyiar radio Alex Jones, yang sering menebar cerita-cerita konspirasi, punya versinya sendiri soal kematian Prince. Menurut Jones, seperti dikutip Vocativ, Prince bernasib sama dengan penyanyi country Merle Haggard.

Contrail di langit Glastonbury, Inggris, pada Oktober 2009.
Foto: Getty Images

Lewat lagunya, What I Hate, Merle menyuarakan sikapnya soal “proyek rahasia” chemtrail. “What I hate is looking up and seeing chemtrails in a clear blue sky today,” Merle menulis lirik. Lagu Merle ini sangat populer di antara pendukung teori konspirasi chemtrail. Dia meninggal hanya beberapa hari sebelum kematian Prince.

Waktunya untuk bangun, Amerika."

“Prince dan Merle sama-sama berpendapat bahwa orang-orang disemprot bahan kimia dari atas sana dan menderita sakit. Dan kini dua penyanyi itu mati,” kata Alex, penyiar acara Alex Jones Show. Penyakit flu yang diderita Prince, dia menduga, bisa jadi bersumber dari virus flu yang ditebar dari pesawat.

Namanya teori konspirasi, jangan tanya soal bukti. Jangan pula bicara soal bukti saat Dave Mustaine, vokalis grup trashmetal Megadeth, menulis seperti ini di Twitter beberapa waktu lalu. “Memalukan sekali para pilot menyemprotkan bahan kimia di langit San Diego yang cantik. Shame. Shame. Shame.” Empat jam kemudian, dia menulis sekali lagi. “Yang mereka semprotkan adalah aluminium oksida dan garam barium…. Hanya orang bodoh dan mereka yang terlibat membantah sesuatu yang tak terbantahkan.”

* * *

Di luar sana, kendati berulang kali dibantah para peneliti, ada orang-orang yang sangat percaya bahwa kabut putih yang mengekor pesawat terbang bukanlah proses fisika-kimia biasa, melainkan bahan kimia atau biologi yang sengaja disemprotkan oleh pilot-pilot pesawat. Pilot-pilot ini, menurut orang-orang yang percaya pada teori konspirasi chemtrail atau chemical trail, tentu tak melakukannya lantaran iseng-iseng belaka. Mereka bagian dari proyek rahasia pemerintah.

Chuck Norris, kini 76 tahun, salah satunya. Pada 1980-an, Chuck Norris sangat kondang dengan film-film aksi, seperti Missing in Action dan The Delta Force. Setelah tak lagi aktif di layar bioskop, Norris makin dekat dengan gereja. Dia menulis sejumlah buku rohani. Di lapangan politik, Chuck Norris aktif mendukung politikus-politikus dari kelompok konservatif. Dia juga rutin menulis kolom di media konservatif di Internet, World News Daily (WND).

Dave Mustaine, vokalis Megadeth di St. Paul, Amerika, pada 2013.
Foto: Getty Images


Pada April lalu, Chuck menulis kolom di WND bertajuk Sky Criminals. Dengan sangat meyakinkan, Chuck mengatakan bahwa proyek rahasia chemtrail itu bukan omong kosong belaka. Dia menyodorkan sejumlah “bukti” dan tautan artikel ilmiah soal kemungkinan adanya “vaksinasi massal” oleh pemerintah dengan menyemprotkan bahan kimia atau biologi di atas sana.

Chuck juga merujuk pada “investigasi” situs rumor Snopes soal proyek Badan Antariksa Amerika (NASA) menyemprotkan litium di atmosfer untuk terapi kejiwaan. Snopes mengklaim telah menemukan bukti adanya percakapan antara peneliti di NASA, Douglas Rowland, dan seorang perempuan soal proyek itu. “Waktunya untuk bangun, Amerika,” Chuck mengingatkan.

Sayangnya, Chuck Norris tak mengutip data lain dari NASA soal proyek semprotan litium di atmoseir bumi. NASA, sama sekali tak berusaha menyembunyikan fakta bahwa memang ada proyek yang melibatkan roket dan semprotan litium ke lapisan ionosfer.

Chuck Norris di Hollywood, California, pada 2012.
Foto: Getty Images

NASA tentu saja tak ada urusan dengan terapi kejiwaan dengan litium segala macam. Semprotan litium itu, seperti dijelaskan Douglas Rowland, dipakai sebagai salah satu indikator untuk memantau pergerakan udara di lapisan atmosfer tersebut. Tapi Chuck tetap pada keyakinannya. Beberapa pekan lalu, dia kembali menulis kolom soal proyek chemtrail. Kali ini dengan menyitir pernyataan John Brennan, mantan Direktur Dinas Intelijen Amerika (CIA).

Kabut asap yang kadang muncul mengekor pesawat sebenarnya bukanlah hal aneh. Apa yang diyakini Chuck Norris, Prince, Dave Mustaine, dan orang-orang yang percaya pada konspirasi chemtrail adalah contrail atau condensation trail, yang ditinggalkan pesawat. Contrail terbentuk ketika uap air yang disemburkan oleh mesin jet pesawat bertemu dengan suhu udara sangat dingin di ketinggian. Dengan sangat cepat, uap air itu mengembun dan membeku menjadi kristal-kristal es.

Pekan lalu, 77 peneliti gabungan dari Carnegie Institution for Science, Universitas California, Irvine, dan lembaga Near Zero menerbitkan artikel di jurnal Environmental Research Letters. Sekali lagi mereka membantah dugaan soal proyek rahasia chemtrail. “Bagi mereka yang masih belum bisa menerima, kami memberikan bukti ilmiah untuk membantah dugaan adanya proyek menyemprot atmosfer bumi dengan bahan kimia,” kata Steven Davis dari Universitas California, Irvine.

Menurut Steven dan teman-temannya, fenomena kabut asap di ekor pesawat itu bisa dijelaskan dengan teori-teori fisika maupun kimia yang relatif sederhana. Sampai detik ini, kata dia, tak ada bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa kabut asap itu merupakan produk dari semprotan bahan kimia.

“Sangat mungkin terjadi, kabut asap itu bertahan lebih lama lantaran faktor perubahan iklim,” kata Steven, dikutip Science Daily. “Kami mungkin tak akan bisa mengubah pendapat para die-hard teori konspirasi chemtrail, tapi kami berharap teman-teman mereka akan berubah pikiran.”


Penulis/Editor: Sapto Pradityo
Desainer: Fuad Hasim


Rubrik Sains mengulik penemuan-penemuan baru serta seluk-beluk sains dan teknologi.

SHARE