Calon Gubernur Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun, mendebat Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil (RK), terkait Teras Cihampelas yang menjadi program RK saat menjadi Wali Kota Bandung. RK menegaskan dirinya bukan tipe pemimpin yang tinggal diam selama lima tahun.
Debat itu bermula saat Dharma bertanya mengenai proyek Teras Cihampelas yang kini sepi. Para pedagang mulai pindah ke trotoar setelah pandemi COVID-19.
"Ternyata apa yang Bapak sudah imajinasikan, imajinasi Bapak, Bapak realisasikan, ternyata setelah pandemi COVID itu mati suri dan para pedagang menjadi malas untuk meneruskan, mereka sekarang berdagang di trotoar atau di emper-emper karena apa? karena sepi tempatnya," kata Dharma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
RK lalu menjawab pertanyaan itu dengan komitmennya untuk memuliakan PKL. Dia juga menyinggung kondisi ekonomi yang turun di sejumlah daerah akibat COVID-19.
"Cihampelas itu PKL nya merangsek ke jalanan aspal, pilihannya digusur atau dimuliakan. Saya memilih memuliakan PKL," ujar Dharma.
RK lalu mengilustrasikan proyek Teras Cihampelas seperti rumah yang tidak diurus oleh pemilik baru. Menurut RK, proyek Teras Cihampelas tersebut tak dilanjutkan oleh wali kota selanjutnya sehingga berdampak terhadap kondisi pedagang.
"Karena pengganti saya tidak melanjutkan, tidak mempromosikan sehingga terjadilah apa yang tadi disebutkan. Beda halnya kalau kami membangun, terus gagalnya saat kami memimpin. Nah itu kan bisa didebatkan, tapi kalau mempertanyakan masa lalu, padahal ada pengganti yang seharusnya melanjutkan, memelihara, memuliakan PKL ya itulah kira-kira jawabannya," tutur RK.
Dharma merespons jawaban tersebut dengan bicara periodisasi wali kota dan waktu pandemi COVID-19. Setelah itu, dia kembali menegaskan mengenai penolakannya terhadap pandemi yang berdampak terhadap kondisi ekonomi.
"Beda waktu Bapak masih wali kota dengan sudah jadi gubernur, Pak. Waktu Bapak jadi wali kota, COVID belum ada, pandemi itu terjadi awal tahun 2020. Sebenarnya COVID ini tidak perlu terjadi kalau kita berani menyampaikan kepada pimpinan, karena COVID inilah yang selama ini saya perjuangkan untuk menolak pandemi lagi, karena saya tahu semua persoalan inflasi yang terjadi di bangsa ini, ini by design, Pak," jawab Dharma.
Setelah itu, RK bicara lagi. Namun dia menegaskan tidak ingin fokus berdebat soal COVID karena sudah lewat. Dia lalu memberikan perumpamaan tentang Tanah Abang.
"Misalkan begini. Di zaman Pak Anies, misalnya Tanah Abangnya sepi. Terus gubernur selanjutnya tidak mempromosikan, gubernur selanjutnya tidak memuliakan pedagang Tanah Abang. Terus tiba-tiba media, atau sekelompok orang menyalahkan Pak Anies, padahal kan tugas gubernur selanjutnya untuk mencari solusi, itulah yang disebut keberlanjutan kepemimpinan," imbuh RK.
RK tidak masalah kekeliruan selama dirinya menjabat dicari-cari. Namun dia menegaskan seburuk-buruknya pemimpin adalah pemimpin yang tidak mau mengambil keputusan.
"Mending jadi pemimpin, ngambil keputusan keliru diperbaiki. Daripada diam, pencitraan, takut salah, takut dibully kemudian hanya duduk diam menunggu 5 tahun, saya kira saya tidak begitu," kata RK.
(knv/gbr)