Bahlil Respons Faisal Basri: Menteri Investasi Tak Pernah Bagi-bagi Bansos

Bahlil Respons Faisal Basri: Menteri Investasi Tak Pernah Bagi-bagi Bansos

Dwi Rahmawati - detikNews
Senin, 01 Apr 2024 18:50 WIB
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (Dwi Rahmawati/detikcom)
Foto: Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (Dwi Rahmawati/detikcom)
Jakarta - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia merespons Tim Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang juga ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri soal dugaan politisasi bantuan sosial (bansos). Bahlil mengatakan Menteri Investasi tak pernah bagi-bagi bansos.

"Menteri Investasi tidak pernah bagi-bagi bansos. Maksudnya seperti apa? Ya terserah saja lah mereka sebut apa," kata Bahlil kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (1/4/2024).

Ia mengatakan Menteri Investasi tak ada ranah untuk membagikan bansos. Bahlil menepis pernyataan Faisal.

"Yang jelas menteri investasi tidak pernah bagi-bagi bansos. Dan bukan domain juga mengurus bansos. Mengurus investasi," sambungnya.

Faisal Basri Kritik Bansos

Sebelumnya, Faisal Basri dihadirkan sebagai ahli dalam sengketa hasil Pilpres 2024 dari pasangan Anies-Muhaimin. Dia menyebut bantuan langsung tunai (BLT) el nino hanya untuk memenangkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan ada politisasi bansos secara vulgar.

Sidang tersebut digelar di ruang sidang Mahkamah Konstitusi (MK), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (1/4). Sidang dipimpin oleh Ketua MK Suhartoyo.

Faisal Basri awalnya mengungkit soal politik gentong babi atau pork barrel. Dia mengatakan fenomena pork barrel ini terjadi di Amerika Serikat (AS), yakni saat anggota parlemen ingin terpilih lagi maka akan memasukkan banyak proyek dengan anggaran besar di daerah pemilihannya.

Dia menyebut pork barrel ini dilakukan dengan cara berbeda di Indonesia. Dia menyebut pork barrel di Indonesia dilakukan dengan pemberian bansos. Salah satu yang diungkitnya ialah BLT el nino.

"Nah kita lihat, el nino sudah mereda, kemarin juga kalau kita lihat jumlah kekeringan, jumlah banjir dan cuaca ekstrem lebih parah tahun 2021 daripada 2023, kenapa 2021 nggak ada (BLT) el nino?" kata Faisal.

"Jadi nyata bahwa el nino ini kebutuhan untuk meningkatkan suara, only that, dari segi data itu, ini yang sangat memilukan dan seolah-olah kita semua bodoh. Ramalan cuaca sudah di-support oleh BMKG, BPS sudah di-support oleh BRIN. Jadi tidak dipercaya lembaga yang pemerintah sendiri," sambungnya.

Dia kemudian menyoroti pemerintah mengimpor jutaan ton beras. Dia mengatakan harusnya harga beras tak naik jika beras impor ada dan beredar di pasar.

"Dengan segala macam bencana yang selalu ada tetapi tidak ada yang bersifiat nasional, itu luas lahan panen tetap di atas 10 juta, nggak pernah di bawah 10 juta, produktivitas naik sehingga per hektarenya naik sehingga produksi beras cuma turun 600 ribuan ton, tapi seolah-olah kita mau kiamat, diimpor lah 3 juta ton beras," ucapnya.

"Logikanya, kalau 3 juta ton beras ini digelontorkan ke pasar, tidak mungkin harga beras mencapai harga tertinggi sepanjang sejarah pada bulan Februari lalu. Jadi kita impor ini untuk apa kalau tidak untuk stabilisasi pangan?" imbuhnya.

Dia lalu menyebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan paling vulgar dalam mempolitisasi bansos pada Pilpres 2024. Menurut Faisal, tiga menteri itu aktif mendemonstrasikan bansos berasal dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Jadi, sudah uangnya ada, tapi kurang magnetnya, harus ditujukan ini loh yang ngasih secara demonstratif, maka Airlangga Hartato misalnya dan banyak menteri lagi lah, tapi yang paling vulgar, Airlangga Hartarto, Bahlil, dan Zulkifli Hasan," ujarnya. (dwr/jbr)




Hide Ads