Bawaslu: Saksi Pakai Atribut Peserta Pemilu di PSU Kuala Lumpur Bikin Ricuh

Bawaslu: Saksi Pakai Atribut Peserta Pemilu di PSU Kuala Lumpur Bikin Ricuh

Brigitta Belia Permata Sari - detikNews
Rabu, 13 Mar 2024 10:47 WIB
Anggota Bawaslu Puadi di Kantor Bawaslu.
Foto: Rumondang Naibaho/detikcom
Jakarta -

Anggota Bawaslu RI Puadi membeberkan beberapa catatan Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Kuala Lumpur, Malaysia. Di antaranya adanya gangguan keamanan hingga intimidasi.

Ia menjelaskan salah satu faktor area Kotak Suara Keliling (KSK) menjadi wilayah yang rentan terhadap gangguan keamanan karena terdapat ketidakpuasan pemilih dengan layanan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN). Mereka tidak puas karena tak masuk sebagai DPT dan membuat provokasi.

"Adanya gangguan keamanan akibat pemilih yang tidak masuk sebagai DPT (Daftar Pemilih Tetap) KSK membuat provokasi, protes, hingga melakukan intimidasi kepada KPPS KSK maupun pengawas KSK karena menuntut hak pilih tanpa harus menunggu," kata Puadi dalam keterangannya, Rabu (13/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puadi menyebut beberapa contoh lokasi KSK yang terdapat gangguan keamanan adalahKSK020, 102, dan 103. Selain itu, terdapat intimidasi dari pemilih yang mengarahkan pemilih lainnya untuk memilih salah satu kandidat di area KSK hingga mengganggu keamanan, seperti yang terjadi diKSK039.

"Terhadap kejadian diKSK039, pengawas melakukan kajian dugaan pelanggaran Pemilu," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Catatan berikutnya, Puadi mengatakan bahwa tidak seragamnya waktu pembukaan antar-KSK dikarenakan beberapa faktor. Di antaranya logistik terlambat sampai, kendala perizinan, titik koordinat tidak sesuai, serta kejadian-kejadian lainnya.

KSK yang mengalami kendala perizinan, kata Puadi adalah KSK 010 dan 106. Sementara itu, terdapat 33KSKyang mengalami kendala logistik terlambat sampai.

"KSK yang mengalami kendala logistik terlambat sampai di antaranyaKSK068, 078, 067, 084, 081, 079, 060, 099, 011, 017, 041, 038, 031, 002, 020, 092, 041, 037, 024, 043, 023, 017, 030, 039, 051, 015, 063, 022, 084, 080, 107, 089, dan 104," ujarnya.

Kemudian, Puadi menjelaskan ketidakseragaman pembukaan KSK berdampak kepada ketidakpastian pelayanan memilih oleh pemilih, serta penurunan partisipasi pemilih PSU. Puadi lantas menyebut catatan berikutnya adalah terdapat pemilih yang memilih tidak sesuai dengan DPT lokasi KSK.

"Indikasi adanya kejadian tersebut, yaitu DPT yang menggunakan hak pilih sesuai dengan lokasi KSK berada pada angka yang kecil dibandingkan dengan jumlah Daftar Pemilih Khusus (DPK)," tuturnya.

Puadi mengatakan bahwa kejadian tersebut hampir terjadi di seluruh KSK, sehingga berimplikasi pada volume antrean pemilih DPK yang sangat banyak. Sementara itu, lanjut dia, daftar pemilih khusus (DPK) baru dapat dilayani satu jam sebelum KSK ditutup.

"Kerawanan dari adanya kejadian pemilih yang memilih tidak sesuai dengan DPT lokasi KSK yaitu pemilih menggunakan hak pilih lebih dari satu kali," katanya.

Selanjutnya, ia juga mengatakan bahwa catatan selanjutnya adalah terdapat KSK yang menutup pemungutan suara lebih awal dari pada waktu yang telah ditentukan, yakni sebelum pukul 18.00 waktu setempat karena sepi pemilih seperti KSK 035 dan 095.

"Implikasi dari pemungutan suara ditutup lebih awal yaitu berpotensi menghilangkan kesempatan pemilih untuk menggunakan hak pilih," ungkap Puadi.

Terakhir, ia menyebut ada saksi yang mengenakan atribut peserta pemilu seperti terjadi di KSK103. Hal ini juga yang menjadi faktor PSU berlangsung dengan gaduh.

"Berdasarkan hasil pengawasan pengawas pemilu, terdapat saksi yang mengenakan atribut peserta pemilu. Implikasi dari adanya kejadian tersebut adalah memprovokasi pemilih dan menimbulkan kegaduhan saat pemungutan berlangsung," tutupnya.

Sebagai informasi, pelaksanaan PSU Kuala Lumpur digelar Minggu (10/3). PSU tersebut dilakukan dengan dua metode, yakni metode TPS danKSK.

Simak juga 'Saat Pencoblosan Ulang di Kuala Lumpur, KPU Harap WNI Berpartisipasi Aktif':

[Gambas:Video 20detik]



(bel/azh)



Hide Ads