Tentang Split Ticket Voting, Disinggung Terkait Perbandingan Suara PDIP-Ganjar

Tentang Split Ticket Voting, Disinggung Terkait Perbandingan Suara PDIP-Ganjar

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Minggu, 18 Feb 2024 15:55 WIB
Petugas KPPS menunjukan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2024 di TPS 34, Manahan, Solo Jawa Tengah, Rabu (14/2/2024). Berdasarkan hasil penghitungan suara di TPS 34 tempat Gibran Rakabuming Raka mencoblos dari total 171 suara yang masuk, pasangan no urut 02 Prabowo-Gibran menang dengan perolehan 110 suara, pasangan 03 Ganjar-Mahfud dengan 53 suara, pasangan 01 Anies-Muhaimin memperoleh 6 suara. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/YU
Foto: Ilustrasi perhitungan suara di Jawa Tengah (ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)
Jakarta -

PDIP menjadi partai yang unggul dalam hitung cepat tetapi calon presiden yang mereka usung, Ganjar Pranowo justru mendapat suara terendah. Lembaga survei LSI Denny JA menyebut ini akibat fenomena split ticket voting. Apa itu split ticket voting?

Penjelasan terkait split ticket voting pernah ditulis oleh guru besar ilmu politik Universitas Gajah Mada (UGM) Prof. Dr. Ichlasul Amal dkk dalam tulisan berjudul 'Split Ticket Voting dan Faktor-faktor yang Menjelaskannya pada Pileg & Pilpres 2014'. Tulisan ini dipublikasikan lewat situs jurnal online UGM.

Dalam tulisan itu dijelaskan bahwa split-ticket voting adalah fenomena yang lahir akibat adanya bermacam pemilihan, seperti misalnya pemilihan legislatif (DPR) dan pemilihan eksekutif (presiden). Jika pemilih memilih calon yang berbeda untuk beberapa jenis pemilihan itu, disebut sebagai split-ticket voting (Kang, 2006:82).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Sebagai contoh, seorang pemilih memilih Partai Golkar, sementara untuk pemilu presiden, memilih calon yang diusung oleh Partai Demokrat. Di sini pemilih membagi suara (split) untuk bermacam partai pada beberapa jenis pemilihan.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa fenomena split-ticket voting ini kerap terjadi di pemilu Indonesia pasca Orde Baru. Sedangkan di Amerika Serikat dan Eropa kajian split-ticket voting sudah cukup lama dan karena itu telah terbangun sejumlah teori dominan.

Secara umum, sejumlah teori melihat pemecahan suara (split) adalah bagian dari strategi pemilih dengan tujuan tertentu. Misalnya untuk moderasi atau keseimbangan ideologi, untuk memuaskan kebutuhan pemilih yang beragam, cara pemilihan yang berbeda, menciptakan kontrol di pemerintahan (check and balances) atau karena memenuhi ekspektasi pesan kampanye (pemasaran politik).

Simak Video 'Ganjar: Bukan soal Ikhlas atau Tidak, Penghitungan Belum Selesai':

[Gambas:Video 20detik]






Hide Ads