Dia mengatakan 'Jokowi Effect' kerap dikaitkan dengan bansos dan lainnya. Padahal, menurut dia, 'Jokowi Effect' berkaitan dengan nama dan kerja para relawan Jokowi di akar rumput.
"Tidak pernah disinggung sisi paternalistik sosiologis nama Jokowi dan tidak pernah disinggung bagaimana kerja kami, para relawan, menggarap habis akar rumput," Isnaini kepada wartawan, Kamis (16/2/2024).
Dia mengatakan paternalistik sosiologis nama Jokowi itu sungguh sangat sensitif. Menurut dia, begitu Jokowi direndahkan, banyak orang yang sakit hati dan ingin melakukan pembalasan.
"Pilpres kemarin itulah momen pembalasan itu. Baru kita sentuh untuk penguatan lewat tabloid kanvasing door to door, sudah berantakan. Nama Jokowi itu sakral bagi kami. Bukan kultus individu, tetapi kecintaan mendalam karena kerja nyata bagi rakyat. Begitu direndahkan, goyang saja, bubar peta mereka," kata Isnaini.
Dia juga menyinggung banyak pihak yang menarasikan bansos terlalu berlebihan. Dia menyebut bansos hanya dijadikan alasan kubu lain sebagai pembelaan atas kekalahan telak.
"Janganlah selalu masyarakat bawah itu dianggap bodoh dan naif. Hanya karena bansos lantas sehebat itu mereka merobohkan 'kandang banteng'. Jika Jokowi Effect selalu disimplikasi bansos, sangat receh dan merendahkan sekali," ujar Isnaini.
Karena itu, dia mengatakan Jokowi Effect yang sesungguhnya adalah nama Jokowi yang sangat sensitif di masyarakat.
"Substansi Jokowi Effect itu ya sensitivitas sangat tinggi di masyarakat bawah. Direndahkan, dibusukkan, dihina... ya tsunami pembalasan. Ini faktual!" ujar Isnaini.
Simak juga Video: Hasto soal Peluang PDIP Jadi Oposisi, Gerindra: Kami Hormati
(knv/gbr)