Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memperoleh suara 2,71 persen versi hitung cepat atau quick count dari lembaga survei LSI Denny JA. Data itu belum mencapai ambang batas parliamentary threshold 4 persen.
Suara PSI versi hitung cepat LSI Denny JA ini memang menunjukkan kenaikan dari perolehan PSI pada Pemilu 2019 di angka 1,89 persen. Peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, menilai kenaikan itu berasal dari kuatnya pengaruh Jokowi, yang selama ini diasosiasikan dekat dengan PSI.
"Harus jujur kita katakan, ini sumbangan karena pengaruh Pak Jokowi. Branding mereka bahwa PSI adalah partai Jokowi memang mampu mengangkat suara mereka. Karena kalau kita lihat komposisi caleg mereka, sebenarnya tidak berbeda jauh dari 2019. Kenaikan suara PSI memang ditopang pengaruh atau image mereka melekatkan dengan Jokowi," kata Adjie dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring di YouTube LSI Denny JA, Kamis (15/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski mengalami tren kenaikan, PSI terancam kembali gagal masuk ke Senayan. Adjie mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan PSI masih belum mampu menyentuh angka 4 persen. Faktor pertama, kata Adjie, telatnya Kaesang Pangarep bergabung sebagai Ketua Umum PSI.
"Pertama, terlambat. Kaesang masuk kurang lebih empat bulan menjelang pemilu legislatif sehingga tidak optimal menarik asosiasi itu secara lebih kuat bahwa PSI adalah partainya Pak Jokowi," ujar Adjie.
Adjie mengatakan para pemilih juga telah terpecah dalam memberikan suara di pemilihan presiden. LSI Denny JA menilai suara pendukung Jokowi telah tersebar kepada partai-partai pengusung capres dan cawapres yang dianggap mendapatkan dukungan Jokowi.
"Bagi pendukung Jokowi, minimal mereka memilih capres yang didukung Pak Jokowi. Namun, untuk partai, mereka terbelah ke partai-partai koalisi yang sejak awal dari sisi image dan sosialisasi mereka sudah tersosialisasi sejak awal," katanya.
Faktor kedua yang mempengaruhi PSI masih gagal menyentuh suara 4 persen berkaitan dengan kelemahan dalam memunculkan sosok calon legislatif mumpuni di sejumlah dapil. Kurangnya ketersediaan caleg berkualitas itu membuat suara PSI tidak mampu bersaing dengan partai lain yang memiliki dua hingga tiga caleg kuat di tiap dapil.
"PSI sendiri perangkat strukturnya tidak sekuat partai-partai lain. Kalau partai yang lolos PT (parliamentary threshold) misalnya PAN, Demokrat, PKS, mereka bukan hanya mengandalkan image partai, namun juga mengandalkan kekuatan caleg-caleg mereka di tiap dapil. Kelemahan PSI tidak punya caleg-caleg yang bagus yang kuat yang kompetitif di setiap dapil sehingga bisa bertarung dengan caleg-caleg dari partai lain," tutur Adjie.
LSI Denny JA telah merilis hasil quick count mereka untuk Pileg 2024 hari ini. Tercatat sudah ada data masuk mencapai 99,60 persen hingga pukul 13.49 WIB. Hitung cepat ini dilakukan di 2.000 TPS dengan margin of error +-1 persen.
Hasil quick count dari LSI Denny JA ini mengungkap ada 10 partai yang belum menyentuh ambang batas parliamentary threshold. Partai itu, yang terdiri atas Partai Buruh, Partai Gelora, PKN, Partai Hanura, Partai Garuda, PBB, PSI, Perindo, PPP, dan Partai Ummat, suaranya belum menyentuh 4 persen.
Berikut ini data quick count 99,60% Pileg 2024 LSI Denny JA yang disusun berdasarkan nomor urut parpol:
1. PKB: 10,56%
2. Partai Gerindra: 13,43%
3. PDIP: 16,82%
4. Partai Golkar: 14,93%
5. Partai NasDem: 9,45%
6. Partai Buruh: 0,83%
7. Partai Gelora: 1,256%
8. PKS: 8,36%
9. PKN: 0,46%
10. Partai Hanura: 0,96%
11. Partai Garuda: 0,50%
12. PAN: 6,59%
13. PBB: 0,47%
14. Partai Demokrat: 6,98%
15. PSI: 2,71%
16. Perindo: 1,38%
17. PPP: 3,88%
24. Partai Ummat: 0,45%
Simak Video 'Quick Count LSI Denny JA: 8 Partai Berpeluang Lolos DPR':