Capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo bercerita keluarganya pernah terlilit hutang rentenir semasa dirinya masih muda. Uang pinjaman tersebut digunakan untuk biaya pendidikan.
Hal tersebut disampaikan Ganjar saat meresmikan program satu keluarga miskin satu sarjana di Lapangan Desa Cangkol, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (26/12/2023). Mulanya Ganjar menjelaskan pentingnya pendidikan bagi generasi penerus bangsa.
"Bapak, ibu kenapa anak kita harus sekolah tinggi? Ada satu harapan besar dari keluarga, bahwa nasib di keluarga itu, nasib anaknya berharap jauh lebih baik," kata Ganjar di lokasi, Selasa (26/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ganjar mengatakan isu yang kerap dibahas dalam kontestasi politik yakni perbaikan kehidupan masyarakat Indonesia dan mengentaskan kemiskinan. Beberapa program sudah diluncurkan mulai dari BLT, jaminan kesehatan hingga pendidikan.
Ganjar tidak menampik biaya pendidikan tinggi tidaklah murah. Dia lalu bercerita saat duduk di bangku kuliah, orang tuanya sempat meminjam uang kepada rentenir untuk biaya pendidikan.
"Ketika kami kesulitan membiayai pada saat sekolah, ketika kami harus kuliah dan tidak ada biaya. Ketika orang tua saya seperti tadi disampaikan oleh warga dari Sukoharjo menceritakan hanya bisa bersedih," kata dia.
"Tapi orang tua selalu mencoba bagaimana anaknya bisa jauh lebih baik kehidupannya. Betul?. Orang tua saya pernah terlilit rentenir untuk membiayai kuliah anaknya. Orang tua saya pernah jualan bensin dan kami harus membantu itu untuk bisa survive," imbuhnya.
Ganjar mengatakan perjuangan tersebut dilakukan tidak lain untuk kebaikan pendidikan dirinya. Dari pengalaman tersebutlah, muncul semangat untuk melawan kemiskinan dan mengedepankan pendidikan.
Maka dari itu, lanjut Ganjar, pada Pilpres 2024 dia dan pasangannya, Mahfud Md membuat program satu keluarga miskin satu sarjana. Dia berharap program tersebut bisa mengurangi jumlah keluarga miskin Indonesia demi memaksimalkan bonus demografi dan menciptakan Indonesia emas di tahun 2045 mendatang.
"Bantu kami, mari kita bekerja sama. Kita cari satu data yang baik, kita kelola dengan bagus dan kita punya profil warga bangsa warga negara Indonesia. Ketika keluarga miskin ini bisa kita capture dari data NIK yang ada, maka di situ lah sebenarnya negara bisa hadir untuk membantu dari keluarga itu agar ada anaknya minimal satu sarjana dalam satu keluarga miskin untuk dia bisa mengubah nasibnya," jelasnya.
(wnv/aud)