"Pernyataan Pak Prabowo di tahun 2018 tentang metafora atau perumpamaan Indonesia bubar di 2030 adalah sebagai peringatan dan bahan refleksi agar Bangsa Indonesia harus siap atas tantangan demokrasi global, perubahan iklim, dan antisipasi atas dampak dari perkembangan teknologi dan artificial intelligence (AI) dan perang proxy," kata Viva saat dihubungi, Jumat (8/12/2023).
Terlepas dari itu, Viva sepakat dengan Mahfud Md yang menyebut penegakan hukum harus jadi program prioritas agar Indonesia tidak bubar. Dia menilai demokrasi yang ada di Indonesia harus dilandasi penegakan hukum yang kokoh.
"Saya setuju Pak Mahfud Md bahwa penegakan hukum harus menjadi program prioritas agar Indonesia tidak bubar. Menurut saya, sistem demokrasi harus dilandasi oleh penegakan hukum yang kokoh dan serius. Penegakan hukum harus berprinsip pada kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan. Ibarat pisau, harus tajam di atas dan bawah," ucapnya.
Karena itulah, menurutnya penegakan hukum yang baik juga menjadi program prioritas Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
"Upaya membangun reformasi hukum agar berjalan dengan baik dan menjadi panglima dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah visi yang diperjuangkan dan akan direalisasikan oleh capres Prabowo dan cawapres Gibran jika terpilih di Pilpres 2024 nanti," ujar dia.
Mahfud Ungkit Ucapan Prabowo
Mahfud sebelumnya mengungkit pernyataan Prabowo pada 2018 lalu soal Indonesia akan bubar pada 2030. Mahfud setuju dengan hal itu jika penegakan hukum dan keadilan tidak benar-benar diterapkan.
"Pada tahun 2018, ada diskusi besar yang dipicu oleh pernyataan Pak Prabowo. Waktu itu 2018 ya, bukan sekarang. Saya nggak bicara sekarang. 2018, Pak Prabowo begitu, tahun 2030 Indonesia akan bubar. Kenapa? Ribut orang. Loh, ini sebenarnya dihitung secara Indonesia itu 2045 Indonesia emas, tapi Pak Prabowo bilang 2030 kalau negara kayak gini, ini bubar. Kenapa, Pak Prabowo? Timbul perdebatan sengit di masyarakat," ujar Mahfud saat acara Dialog Kebangsaan bersama pelajar dan mahasiswa Indonesia se-Malaysia di Kuala Lumpur, Jumat (8/12).
Mahfud mengatakan Prabowo menyampaikan itu setelah membaca novel karya seorang ahli strategi Amerika Serikat. Mahfud menyebut, saat itu Prabowo diserang, namun dia membela.
"Pak Prabowo yang dia membaca sebuah buku karya PW Singer (dan August Cole). Judulnya Ghost Fleet. Barisan Hantu. Nah, di situ disebut dalam satu paragraf. Pada tahun 2030 ketika dunia sudah dikuasai oleh artificial intelligence (AI). Dan Indonesia sudah tidak ada di dunia. Maka bentuk-bentuk peperangan akan terjadi seperti ini," ucapnya.
"Loh, sesudah ditanya buku apa itu? Pak Prabowo, itu ternyata novel intelijen, bukan karya ilmiah. Itu novel. PW Singer itu adalah seorang wartawan penulis perang. Kisah-kisah perang. Lalu dia memproyeksi itu oleh Pak Prabowo ditemukakan. Pak Prabowo waktu itu diserang ramai-ramai. Tapi saya salah satu yang membela Pak Prabowo itu benar," lanjutnya.
Simak juga Video: Prabowo Heran Ada yang Nyinyir soal Program Makan Siang-Susu Gratis
(maa/jbr)