Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menilai saat ini publik tidak begitu peduli dengan isu politik dinasti dan penghianatan. Grace menilai isu itu dilempar sebagai salah satu upaya kontestan untuk memenangkan pertandingan pemilu.
"Kalau dikatakan pemilih itu tidak peduli atau ada sabotase dan sebagainya, saya melihatnya dari survei ini terlihatnya bahwa pemilih kita itu justru semakin cerdas melihat bahwa ini kita sedang ada dalam sebuah kontestasi, sebuah perlombaan, di mana perlombaan ini sudah dimulai," kata Grace dalam rilis survei Indikator Politik Indonesia secara virtual, Minggu (12/11/2023).
Grace kemudian menyinggung pihak yang kerap melemparkan isu politik dinasti hingga mengubah undang-undang. Menurutnya, publik telah memahami bahwa isu itu dilemparkan untuk memperoleh dukungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oleh karenanya manuver dari semua peserta harus dibaca sebagai upaya untuk memenangkan perlombaan, jadi ternyata isu yang kerap dimainkan oleh kubu tertentu terkait dengan isu dinasti, kemudian isu memainkan mengubah undang-udang, kemudian sampai isu penghianatan itu sudah bisa dibaca oleh pemilih, oleh masyarakat bahwa ini adalah bagian dari upaya para kontestan untuk memenangkan pertandingan," jelasnya.
"Jadi mereka bisa membaca seperti itu, olah karenanya bukan publik tidak peduli terhadap isu-isu terkait isu apakah hasil MK itu diintervensi atau tidak atau sebagainya, tapi publik sudah bisa memahami bahwa ini adalah sebuah kontestasi," imbuhnya.
Lebih lanjut, Grace menyebut pihak yang melempar itu penghianatan hingga politik dinasti itu tidak membuahkan hasil yang diinginkan. Hal itu, kata dia, tidak berhasil menurunkan kepercayaan publik terhadap pasangan yang diusung PSI Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
"Oleh karenanya isu dinasti, kemudian isu penghianatan ternyata justru tidak membawa hasil yang diinginkan oleh yang melemparkan isu, tidak berhasil menggiring opini publik untuk kemudian menurunkan kepercayaan mereka pada Prabowo dan Gibran, dan bahkan bisa dikatakan sebagai backfire, menembak kaki sendiri," sebutnya.
"Justru pihak yang melemparkan isu saat hari ini kalau dipotret dalam survei malah mengalami penurunan dukungan dan yang menikmati kenaikan justru pasangan Mas Anies dan Cak Imin yang duduk tenang-tenang melihat drama sinetron ini bermain," imbuhnya.
Serangan yang gencar terhadap Prabowo-Gibran itu, menurut Grace, malah membuat pendukung semakin solid. Dia kemudian menyinggung hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo turun tajam.
"Kemudian gencarnya serangan terhadap pasangan Prabowo-Gibran juga termasuk serangan yang begitu kuat terhadap Presiden Jokowi justru membuat pendukungnya semakin solid. Kita lihat orang yang puas terhadap kinerja Pak Jokowi semakin solid meninggalkan pasangan tadi yang terbaca dari survei dalam presentasinya Mas Burhan meninggalkan Pak Ganjar-Mahfud, kemudian solid merapat pasangan Prabowo-Gibran," pungkasnya.
Hasil Survei Indikator
Sebelumnya Indikator merilis hasil survei mengenai elektabilitas capres dan pasangan calon. Pasangan Prabowo Gibran ada pada posisi pertama dalam survei yang dilakukan 27 Oktober-1 November 2023.
Berikut elektabilitas paslon:
Prabowo-Gibran 39,7%
Ganjar-Mahfud 30%
Anies-Cak Imin 24,4%
Tidak jawab 5,9%
Simak juga Video 'Pascaputusan MK, Relawan AMIN Gaungkan Pemilu Tanpa Kecurangan':
Selengkapnya pada halaman berikut.