Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku mendapat cerita soal kartu truf ketua umum partai pendukung Gibran Rakabuming sebagai bakal calon wakil presiden (Cawapres). Gerindra menyebut tak ambil pusing dengan pernyataan Hasto tersebut.
"Kami tidak Mau ambil pusing dengan pernyataan yang berbau negatif campaign. Rakyat bisa menilai bahwa siapa yang menggunakan pola-pola kampanye negatif dengan menyebar fitnah atau pernyataan yang insinuatif Justru akan dijauhi," kata Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman, saat dihubungi, Minggu (29/10/2023).
Menurut Habiburokhman, publik sudah cerdas dan bisa menilai. Pemilih dalam pemilu bisa melihat argumen berbasis data dan fakta atau sekedar propaganda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini publik sudah cerdas, mereka bisa paham pernyataan para politisi, mereka tahu mana yang berbasis argumentasi, bukti dan fakta dan mana yang bernada propaganda hitam," ucapnya.
Habiburokhman pun menyampaikan, Joko Widodo (Jokowi) telah menjabat selama 10 tahun menjadi presiden. Rakyat Indonesia pun dinilai puas dengan kinerja Jokowi.
"Jelas hampir 10 tahun memimpin, Pak Jokowi sangat dipercaya oleh rakyat. Tingkat kepuasan rakyat kepada beliau sangat tinggi, ini adalah ukuran paling nyata integritas beliau," katanya.
Hasto: Kartu Truf Ketum Parpol Pendukung Gibran Dipegang
Diketahui, PDIP mengkritik keras proses pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal cawapres Prabowo Subianto. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pun mengaku dapat cerita soal kartu truf ketua umum partai politik (ketum parpol).
"Indonesia negeri spiritual. Di sini moralitas, nilai kebenaran, kesetiaan sangat dikedepankan. Apa yang terjadi dengan seluruh mata rantai pencalonan Mas Gibran, sebenarnya adalah political disobidience terhadap konstitusi dan rakyat Indonesia," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (29/10/2023).
Hasto menyinggung soal tekanan kekuasaan hingga kartu truf ketua umum partai politik menyangkut pencalonan Gibran. Dalam dunia politik, kartu truf bisa dikatakan sebagai kiasan yang artinya kartu terakhir untuk menghalau manuver seseorang.
"Kesemuanya dipadukan dengan rekayasa hukum di MK. Saya sendiri menerima pengakuan dari beberapa ketua umum partai politik yang merasa kartu truf-nya dipegang. Ada yang mengatakan life time saya hanya harian; lalu ada yang mengatakan kerasnya tekanan kekuasaan," ujarnya.
Hubungan PDIP dengan Jokowi dan keluarga belakangan memang merenggang setelah Gibran menjadi cawapres Prabowo. PDIP merasa saat ini ditinggalkan oleh Jokowi usai memberikan hak istimewa kepada Jokowi dan keluarga.
"Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan Konstitusi. Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi," imbuh Hasto.
(aik/imk)