Tentang Bahasa Walikan Jogja yang Digunakan Anies dan Ganjar Hari Ini

Tentang Bahasa Walikan Jogja yang Digunakan Anies dan Ganjar Hari Ini

Danu Damarjati - detikNews
Sabtu, 28 Okt 2023 16:32 WIB
Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo
Foto ilustrasi: Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. (Brigitta Belia/detikcom)
Jakarta -

Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, dua bakal capres 2024, berinteraksi di media sosial menggunakan bahasa Jawa yang tidak biasa. Itu adalah bahasa Jawa walikan versi Yogyakarta. Simak penjelasannya.

Hari ini, Sabtu (28/10/2023), adalah hari ulang tahun Ganjar Pranowo. Bacapres PDIP itu memang punya tanggal kelahiran yang sama dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Anies Baswedan, rivalnya di Pilpres 2024, memberi selamat ulang tahun sembari bercanda, via media sosial X (dulu bernama Twitter).

"Selamet ulang tahun, Dab @ganjarpranowo! Mugi2 terus sehat, nek ono daladh2 bareng ojo lali ngundang ya," kata Anies.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, sekitar 48 menit kemudian, Ganjar membalas, "Maturnuwun Dab Anies Baswedan, sampeyan mugo-mugo sehat terus juga yo. Duh tanggal tua lagi poya mothig e, hahaha."

Itu adalah bahasa walikan Jogja (Yogyakarta) atau bahasa kebalikan gaya Jogja, tempat kampus UGM berada. Baik Anies maupun Ganjar adalah alumni UGM. Anies mengatakan 'nek ono daladh-daladh bareng ojo lali ngundang ya' artinya 'kalau ada makan-makan bersama, jangan lupa mengundang ya.' Kemudian Ganjar bilang, 'poya mothig' artinya 'tidak punya uang'.

ADVERTISEMENT

Kok bisa diartikan begitu? Simak halaman selanjutnya:

Lihat Video: Anies: Kalau Dapat Kepercayaan Warga Depok, Jabar di Tangan Kita

[Gambas:Video 20detik]



Bahasa Walikan Jogja

Dalam bahasa Jawa, istilah 'walikan' berarti 'balikan' atau 'inversi'. Berdasarkan catatan berita detikcom sebelumnya, ada catatan dari buku 'Urip Mung Mampir Ngguyu: Telaah Sosiologis Folklor Jogja' karya Sidik Jatmika, bahasa walikan adalah hasil dekonstruksi terhadap aksara Jawa yang sudah mapan.

Konon, pengguna awal bahasa walikan ini adalah para gentho, gali, garong, alias preman. Copet, maling, dan rampok menggunakan bahasa ini supaya percakapan mereka tidak diketahui otoritas Orde Baru kala itu. Namun lama kelamaan, bahasa ini mulai dipahami orang non-kriminil.

Ada pula versi sejarah heroiknya yang juga populer, bahasa walikan digunakan oleh pejuang-pejuang zaman dulu supaya percakapan mereka tidak dipahami penjajah Belanda. Entah mana versi sejarah yang benar, belum ada yang cukup meyakinkan sejauh ini.

Yang jelas, pada dekade '80-an di Jogja, bahasa walikan mulai menjadi bahasa gaul. Anak-anak muda Kota Pelajar mulai sering menggunakan 'boso walikan' ini.

Sebenarnya ini bukan sepenuhnya 'bahasa' dalam artian formal, melainkan hanya ragam bahasa yang tidak resmi dan tidak baku, alias bahasa slang. Pemakaiannya pun bukan diterjemahan dalam satu kalimat penuh, melainkan hanya sepotong-sepotong, atau kata-kata tertentu saja yang dibalik.

Sejauh pemahaman penulis, bahasa walikan Jogja lain dengan bahasa walikan Malang yang caranya langsung dibalik lewat cara bacanya. Misalnya, bila di Malang, kata sapaan 'mas' menjadi 'sam'. Tapi di bahasa walikan Jogja, kata sapaan 'mas' menjadi 'dab'. Versi Jogja sedikit lebih memusingkan.

Istilah dari bahasa walikan Jogja yang populer selain 'dab' antara lain ada 'dagadu', artinya 'matamu'. Ada lagu dangdut hip-hop berjudul 'Kimcil Kepolen' yang dinyanyikan oleh sederet penyanyi, termasuk Via Vallen. Dalam liriknya, ada kata-kata, "Pancene kowe pabu, nuruti ibumu, jare nik ra Ninja ra oleh dicinta (Emang dasar kamu pabu, nurutin ibumu, katanya kalau nggak Ninja nggak boleh dicinta)."

Persis, kata 'pabu' dalam lirik itu adalah bahasa walikan Jogja. 'Pabu' artinya 'anjing', termasuk kata-kata vulgar. Selain itu, Iwan Fals dulu juga pernah menggunakan nama samaran 'Pitat Haeng'. Nama samaran itu dia gunakan sebagai keterangan pencipta lagu 'Pak Tua' milik grup musik 'Elpamas'. Nama samaran Iwan Fals itu juga menggunakan kaidah bahasa walikan Jogja.

Masih banyak lagi istilah dari bahasa walikan Jogja yang sering digunakan di Jogja, yakni 'japemethe: teman sendiri', 'themon: perempuan', 'hongib: polisi', 'lotse: minum'.

Tentu saja itu diterjemahkan dari bahasa Jawa standar ke bahasa walikan, bukan dari bahasa Indonesia ke bahasa walikan. Begini cara membalik Bahasa Jawa biasa ke bahasa walikan Jogja:

I. Pahami baris Aksara Jawa

(1) Ha Na Ca Ra Ka
(2) Da Ta Sa Wa La
(3) Pa Dha Ja Ya Nya
(4) Ma Ga Ba Tha Nga

Aksara Jawa.Aksara Jawa. Foto: FBS Universitas Negeri Yogyakarta

II. Balik barisnya

Bila hendak menerjemahkan kata dalam bahasa Jawa ke bahasa walikan Jogja, maka baliklah huruf-huruf di baris (1) ke huruf di baris (3), juga sebaliknya. Serta, baliklah huruf di baris (2) ke huruf di baris (4), berlaku pula sebaliknya.

Langsung saja, ambil satu contoh. Mari menerjemahkan kata 'mas' ke dalam bahasa walikan Jogja. Kata 'mas' dalam penulisan Aksara Jawa berarti memerlukan huruf Ma dan huruf Sa. Cermatilah huruf Ma dan Sa pada baris Aksara Jawa di atas.

Ma berada pada baris (4). Maka Ma harus dibalik ke huruf yang ada di baris (2) yang sejajar. Perhatikanlah, huruf yang sejajar dengan Ma di baris ke (2) adalah huruf Da.

Sa berada pada baris (2). Maka Sa harus dibalik ke huruf yang ada di baris (4) yang sejajar. Huruf yang sejajar dengan Sa di baris (4) adalah huruf Ba.

Maka, Ma dan Sa (Mas) dibalik menjadi Da dan Ba (Dab). Mas=Dab.

Penerjemahannya tentu tidak perlu terlalu kaku. Bila sulit diucapkan maka bisa dimodifikasi. Harus diingat, ini adalah bahasa gaul, jadi 'presisi' bukanlah yang utama, yang utama adalah 'kemudahan' dalam melafalkannya.

Di bawah ini ada beberapa kata-kata itu, termasuk kata-kata vulgar yang perlu Anda tahu supaya mengerti bila sedang diumpat diam-diam oleh orang yang paham bahasa walikan.

poya: ora (tidak)
mothig: duwit (uang)
haha: papa (apa-apa)
dagadu: matamu
dab: mas
pahin: apik
japemethe: cah'e dewe (teman sendiri/anggota kelompok)
dosing: mobil
pisu: ibu
sahan: bapak
haladh: pangan (makan)
soco: bojo (istri/pacar)
hongibi/hongib: polisi
patub: agus (nama populer pria Jawa)
lotse: minum (minum, biasanya minuman keras)
pagob: atos (keras, menyebut watak seseorang)
pabu: asu (anjing)
saciladh: bajingan

(dnu/idh)



Hide Ads