Bakal calon presiden PDIP Ganjar Pranowo mengunggah video perjalanan hidup beserta manifesto politiknya melalui akun YouTube pribadi. Video tersebut pun ramai di jagat media sosial.
Pengamat Komunikasi Politik M. Lukman menyebut apa yang dilakukan Ganjar merupakan hal positif, bahkan dapat menjadi contoh bagi calon kandidat presiden lainnya. Menurutnya manifesto bukan sekadar pernyataan terbuka, dan wajib dimiliki oleh semua pemimpin.
"Manifesto harus dilihat sebagai sumpah atas sikap dan pandangan seseorang, daripada sekadar 'pernyataan terbuka', kenapa? Karena manifesto mempunyai efek domino bagi tumbuhnya gerakan kolektif yg mempersatukan bangsa dalam mencapai tujuan tertentu," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (13/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Calon pemimpin wajib mempunyai manifesto untuk beberapa hal: Pertama, sebagai tolok ukur terkait seberapa dalam wawasan, gagasan, dan khususnya sense of belonging pemimpin tersebut benar-benar sanggup menganalisis varian permasalahan masyarakat serta keakuratannya memutuskan penyelesaian yang tidak melulu merugikan masyarakat," tegasnya.
Seperti diketahui, kemarin Ganjar meng-upload video bertajuk #ManifestoGanjar. Dalam video tersebut, Gubernur Jawa Tengah dua periode itu mengajak masyarakat untuk menjadikan Pilpres 2024 sebagai ajang adu gagasan, bukan perpecahan.
Video berjudul "Manifesto #1: Mari Bersatu Bukan Berseteru" yang diunggah Ganjar itu, berdurasi singkat. Hanya 7 menit 2 detik. Dalam video itu, Ganjar tampil rapi dengan kemeja putih, rambut yang tersisir, duduk menghadap kamera. Sosok Capres berambut putih itu, kemudian mengisahkan perjalanan hidupnya secara singkat dan mengungkap manifesto politiknya.
Lukman mengungkapkan pernyataan Ganjar dalam video manifesto tidak seharusnya dianggap sebagai gimmick semata, melainkan perlu diapresiasi. Dia menilai lewat video tersebut masyarakat jadi bisa mengawasi serta melihat cara Ganjar menganalisa berbagai persoalan secara konkret.
"Karena manifesto adalah sumpah terbuka yang ditujukan pada publik, maka siapa pun berhak membuat manifesto, dan manifesto Ganjar harus diapresiasi sebagai prinsip utama agar dirinya selalu diawasi oleh rakyat, jangan lantas dianggap sebagai gimmick," ujarnya.
"Manifesto Ganjar lebih menampilkan ekstraksi pengalaman dan analisisnya sebagai bagian dari 'wong cilik' yang kemudian dijadikan pedomannya saat memimpin daerah. Virtue kepemimpinan Ganjar terletak pada hal-hal yang memang menjadi problem mayoritas masyarakat yaitu kesejahteraan yang timpang, pun Ganjar mengalami keprihatinan serupa pada masanya," paparnya.
Ia melanjutkan sudah sepantasnya semua pemimpin memiliki manifesto politik. Jangan hanya melakukan kampanye di atas mimbar, yang disaksikan oleh banyak pendukung
"Bahkan setiap calon pemimpin sudah seharusnya membuat manifesto secara terbuka dengan tujuan agar tidak menutup keran kritik terhadap dirinya seraya mencegah timbulnya absolutisme kepemimpinan," ujarnya.
"Namun lagi-lagi masalahnya, manifesto itu butuh keberanian mental, kerasionalan budi dan akal serta kejujuran moral. Tentu lebih mudah bagi calon pemimpin untuk berkampanye ngalor-ngidul di atas mimbar yang tinggi disaksikan banyak pendukung, atau menugaskan orang tertentu memoles citra dirinya tanpa harus bersusah payah, atau bahkan memasang spanduk/baliho berderet-deret di tiap jalan raya yang ramai dilintasi masyarakat," pungkasnya.
(akd/akd)